Jadi Saksi Perkembangan Islam di Priangan Sejak 1881, Intip Uniknya Ponpes Sukamiskin
Kiprahnya sebagai tempat menimba ilmu agama tidak diragukan lagi. Lokasi ini menjadi salah satu saksi perkembangan Agama Islam di masa penjajahan Belanda.
Aktivitas menjemur pakaian hingga alat salat menjadi pemandangan sehari-hari dari Pondok Pesantren Sukamiskin di Jalan Raya Timur (A.H Nasution) No. 128, Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat. Di balik khasnya suasana di sana, lembaga pendidikan itu ternyata jadi yang tertua di tatar priangan karena sudah eksis sejak medio 1881.
Kiprahnya sebagai tempat menimba ilmu agama tidak diragukan lagi. Lokasi ini menjadi salah satu saksi perkembangan Agama Islam di masa penjajahan Belanda.
-
Kenapa surat kabar menjadi primadona di Bandung? Di era kejayaannya, surat kabar menjadi primadona bagi masyarakat yang tengah menantikan informasi.
-
Apa yang sebenarnya terjadi di foto-foto yang beredar di media sosial tentang Bandung yang dipenuhi salju? Berdasarkan hasil penelusuran, foto tersebut merupakan hasil suntingan dan telah beredar dari tahun lalu.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Bagaimana Sariban menyebarkan pesan kebersihan di Bandung? Di sepeda tuanya, ia menuliskan pesan untuk masyarakat agar membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Imbauan ini diserukan agar banyak orang yang makin sadar akan kebersihan lingkungan demi masa depan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Seperti tertulis di penelitian yang dimuat oleh UIN Sunan Gunung Jati Bandung, dilansir Minggu (9/4), tempat ini juga menjadi saksi lahirnya tokoh-tokoh progresif Islam Sunda macam KH Abdullah Mubarak yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Suryalaya Tasik sampai KH Zaenal Mustofa yang merupakan pahlawan nasional asal Jawa Barat.
Hingga saat ini, Pondok Pesantren Sukamiskin masih menjadi daya tarik bagi masyarakat di Jawa Barat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Berikut keunikan selengkapnya.
Berdiri di Abad ke-19
©2023 YouTube Suara Santri/ Merdeka.com
Menilik sejarahnya, ponpes ini mulanya didirikan oleh Muhammad bin Alqo di abad ke-19. Sebelum mendirikannya, si empunya memiliki misi untuk menerjemahkan nilai dan norma antara agama Islam dengan keseharian masyarakat sekitar sebagai motivasi sosial.
Ini semakin didukung dengan konsep ketradisionalan yang diajarkan di ponpes ini, mengajarkan tentang kerendah hati dan saling membantu antar sesama.
Sejalan dengan tujuan dari pendirian ponpes di awal yakni menerapkan ilmu Thoriqoh, atau jalan menuju keridhoan Allah atau memiliki tujuan hidup untuk meraih Ma’rifat-Nya. Santri-santrinya lantas diarahkan untuk secara maksimal untuk mengenal Allah melalui suluk-suluk yang dibacakan setiap waktunya.
Mempertahankan Gaya Bangunan Lawas
Merujuk ANTARA, Pondok Pesantren Sukamiskin ini juga memiliki keunikan di bangunannya. Tampak dinding-dinding di sekitar lokasi memiliki desain khas kolonial lawas, dengan motif kubah yang mulai usang.
Kemudian ciri khas lawasan lainnya terlihat jelas di bangunan utama pesantren yang dibuat dengan dinding juga bermotif berundak (kubah). Bagunan ini memiliki gaya struktur khas Eropa Belanda, dengan tembok bermotif batunya.
Saat awal-awal pendiriannya, metode pembelajaran yang diterapkan adalah menggunakan bahasa Sunda untuk pembacaan kitab kuningnya. Namun lama kelamaan kurikulumnya dibuat terarah, dengan materi-materi yang lebih luas.
Adapun penamaan Sukamiskin disarikan dari bahasa Arab, yakni “Suq” dan “Misk” yang artinya minyak wangi. Ini direpresentasikan sebagai tempat yang menebar keharuman karena mengenalkan agama Islam secara dalam kepada masyarakat.
Jadi Saksi Perkembangan Islam di Tanah Priangan
Sebagai permulaan, Pondok Pesantren Sukamiskin mulanya hanyalah sebuah musala kecil. Ketika itu banyak masyarakat yang perlahan-lahan tertarik untuk belajar mengaji di bawah asuhan Muhammad bin Alqo.
Lambat laun, musala sederhana itu diubah menjadi bangunan yang lebih besar hingga menjadi tempat belajar agama yang mumpuni. Bacaan-bacaan wirid setelah salat, serta shalawat menjadi yang khas di sini.
Itu yang menarik minat masyarakat Sunda untuk belajar agama. Sebagai tempat belajar, Ponpes Sukamiskin juga tidak terlepas dari berbagai terror termasuk dari kalangan penjajah. Ini yang membuat bangunan tersebut sempat hancur karena dibom oleh mereka.
Oleh pengurus selanjutnya, bangunan pondok akhirnya berhasil didirikan kembali. Hingga saat ini, pondok tersebut masih mempertahankan pembacaan kitab kuning dan mengaji dengan langgam Sunda yang unik.
Pengurus Ponpes Sukamiskin
©2023 YouTube Suara Santri/ Merdeka.com
Adapun kepengurusan Ponpes Sukamiskin diawali oleh Kiai Muhammad bin Alqo selama 36 tahun, lalu dilanjutkan oleh Kiai Kholil yang merupakan menantunya. Kemudian diikuti oleh KHR Ahmad Dimyati.
Setelahnya, kepengurusan kembali dilanjutkan oleh putranya yakni Kiai Ahmad Haedar Dimyati. Di masa ini, pembaharuan kembali dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan Bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Haedar Dimyati wafat, dan kepemimpinan digantikan oleh sang istri R.H. Siti Romlah. Terakhir, kepemimpinan diserahkan kepada KH. R. Abdul Aziz Haedar bin KH. R. Haedar Dimyati.