Kisah Ibu Jenab, Ningrat Cianjur yang Rela Keliling Rumah Demi Kenalkan Pendidikan
Di masa penjajahan Belanda silam, Ibu Jenab banyak membantu kaum perempuan untuk mendapat akses pendidikan gratis. Bahkan sebagai keturunan ningrat, ia tak gengsi mendatangi satu per satu rumah guna mendampingi belajar agar lebih mandiri.
Sosok ibu amat berperan sebagai pemberi ilmu pertama di lingkup keluarga. Ia bisa menurunkan bekal keilmuan bagi anak-anaknya dengan ketulusan hati, tanpa pamrih.
Konsep itu yang turut dibawa oleh seorang tokoh pendidikan perempuan asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bernama Raden Siti DJenab Djatradidjaja atau biasa dipanggil Ibu Jenab (1890 - 1951).
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Di masa penjajahan Belanda silam, Ibu Jenab banyak membantu kaum perempuan untuk mendapat akses pendidikan gratis. Bahkan sebagai keturunan ningrat, ia tak gengsi mendatangi satu per satu rumah guna mendampingi belajar agar lebih mandiri. Melansir berbagai sumber (22/12), berikut kisah inspiratifnya.
Pejuang Pendidikan Cianjur
©2021 geni.com/Merdeka.com
Dikutip dari geni.com, Ibu Jenab dilahirkan di keluarga yang menjunjung tinggi nilai pendidikan. Sang ayah yang bernama Raden Martadilaga, merupakan keturunan dari keluarga Patih Purwakarta, R Raden Dipamanggala dan R Martadilaga. Sedangkan sang ibu, Nyi Raden Siti Mariah, merupakan kerabat dari kalangan priyayi di Brebes, Jawa Tengah.
Kendati memiliki darah ningrat, ia tak gengsi mengajak kalangan perempuan yang berada di garis kemiskinan untuk maju bersama mengenyam pendidikan sehingga menghilangkan ketergantungan.
Semangatnya ini didasari keresahannya akan sistem pendidikan Belanda di akhir abad ke-19, yang saat itu hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki dan keluarga pribumi elit.
Menghapus Budaya Dapur, Sumur, Kasur lewat Pintu ke pintu
Saat itu Jenab merasa sadar, jika kaum perempuan yang baru lulus sekolah dasar banyak yang tak bisa bergerak akibat sistem pendidikan dan sosial yang dibuat oleh Belanda. Keadaan itu yang kemudian membuat para perempuan dan ibu rumah tangga hanya berkutat di ranah domestik (dapur, sumur dan kasur).
Atas keilmuan yang diperoleh Jenab semasa mengenyam ilmu di Sakola Istri milik Dewi Sartika dan Sakolah Kautamaan Istri milik Lasminingrat, ia berani mengajarkan Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Belanda, Berhitung, Pendidikan Budi Pekerti.
Selain itu, turut diajarkan pendidikan praktis (praktek sehari-hari) yang dekat dengan kaum perempuan saat itu seperti membatik dan merenda.
Kerap Mendapat Cemoohan
Sekolah Ibu Jenab Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ©2021 YouTube Info Cianjur/Merdeka.com
Saat awal mendirikan sekolah, Jenab banyak mendapat cemoohan dari kalangan ningrat di sana. Hal ini dirasa wajar, karena statusnya yang tinggi, namun banyak merangkul kalangan perempuan tak mampu di sudut-sudut Kabupaten Cianjur.
Namun sebagai guru sekaligus pimpinan, ia tak menanggapi hal itu dengan serius. Jenab pun terus teguh dan berusaha menerobos segala rintangan, sesuai misi yang dibawa sekolah bernama lain Meisjes Vervolg School itu.
Saat itu, Djenab banyak mendapat murid anak-anak gadis yang telah tamat Sekolah Dasar tiga tahun dan langsung masuk di kelas IV dengan murid awal sebanyak 27 orang. Tak jarang para siswanya itu banyak yang melanjutkan pendidikannya ke Van Deventer School di Bandung.
Wariskan Sekolah Pertama di Cianjur
Gerilya pendidikannya pun terus ia kembangkan hingga menjadi salah satu sekolah termahsyur di Tatar Parahyangan. Keberadaannya terus berlanjut hingga masuk zaman penjajahan Jepang.
Saat itu, sekolah milik Djenab berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Gadis. Kemudian setelah proklamasi kemerdekaan namanya kembali diubah menjadi Sekolah Rakyat, dan lagi-lagi diganti menjadi Sekolah Dasar St. Jenab.
Saat ini, sekolah tersebut telah berkembang dan menjadi sekolah negeri di Cianjur. Namannya turut diubah menjadi Sekolah Dasar Ibu Jenab. Tercatat ada empat sekolah bernama Ibu Jenab yakni SD Negeri Ibu Jenab Satu, Dua, Tiga hingga Empat.
Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Dilansir dari ANTARA edisi 14 Februari 2018, pakar sejarah Jawa Barat Profesor Nina Herlina Lubis bersama Lutfi Yondri dari Dewan Cagar Budaya Jabar mengusulkan Raden Siti DJenab Djatradidjaja atau Raden Siti Jenab (Ibu Jenab) sebagai pahlawan nasional.
Menurut Nina, Ibu Jenab layak mendapat gelar tersebut lantaran usahanya memajukan kaum perempuan melalui pendidikan dan sekolah gratis. Usul ini kemudian diterima baik oleh Bupati (saat itu Wabup) Cianjur Herman Suherman dan sejumlah tokoh sejarah, budaya dan kesenian Cianjur
"Raden Siti Jenab merupakan seorang tokoh yang turut memperjuangkan pendidikan, terutama bagi kalangan perempuan" kata Nina.