Kisah Mbah Asri Jaga Makam Korban Erupsi Krakatau 1883, Ceritakan Dahsyatnya Letusan
Mbah Asri memiliki harapan agar bencana mahadahsyat tersebut tidak kembali terjadi. Hal itu karena dampaknya yang sangat parah terhadap kondisi sekitar.
Mbah Asri merupakan seorang nenek berusia 95 tahun asal Desa Muruy Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ia merupakan penjaga dan perawat makam korban letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Saat itu disebutkan Mbah Asri, efek letusannya begitu dahsyat, dan berdampak kepada masyarakat di sekitarnya.
Menurutnya, kala itu erupsi besar gunung Krakatau mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami di wilayah selat sunda.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Disebutkan, bencana letusan Gunung Krakatau di zaman itu telah menimbulkan korban jiwa hingga kurang lebih 36 ribu warga. Para korban tersebut berasal dari pesisir Pantai Banten dan Lampung. Melansir Merdeka dari ANTARA, Selasa (17/4), berikut kisah selengkapnya.
Banyak Korban yang Meninggal di Pengungsian
©2014 Merdeka.com
Saat itu, Desa Muruy menjadi salah satu tempat pengungsian dari para korban erupsi. Banyak di antara para pengungsi yang kondisinya memprihatinkan akibat luka-luka, sakit hingga kerawanan pangan.
Dikabarkan dahsyatnya letusan Gunung Krakatau membuat abu vulkanik meluncur hingga ke Benua Eropa.
Bencana Gunung Krakatau itu juga menyebabkan banyak korban meninggal dunia di lokasi pengungsian di Desa Muruy hingga menjadi bukti sejarah.
Kawasan pemakaman korban letusan Gunung Krakatau hingga kini masih utuh yang ditandai dengan bebatuan. Sehari-hari Mbah Asri menyapukan kawasan tersebut, dan membersihkannya dari sampah agar tetap terjaga.
Pemakaman Sudah Tidak Dikunjungi Keluarga
Diperkirakan jumlah pengungsi korban Gunung Krakatau di Desa Muruy mencapai puluhan orang yang kebanyakan meninggal dunia. Dari jumlah itu, rata-rata merupakan warga Caringin, Labuan.
Pemakaman korban letusan Gunung Krakatau sudah jarang bahkan tidak pernah lagi dikunjungi sanak keluarganya untuk berziarah baik saat Ramadhan maupun menjelang Idulfitri.
Mbah Asri warga asli Muruy mengurus dan merawat makam seluas 1.000 meter persegi itu kebanyakan korban Gunung Krakatau juga sebagian lainnya warga setempat.
Merawat dan menjaga pemakaman itu dengan ikhlas tanpa imbalan, karena merupakan bagian sejarah.
Berharap Bencana Krakatu Tak Terjadi Lagi
Kepada wartawan, Mbah Asri memiliki harapan agar bencana mahadahsyat tersebut tidak kembali terjadi. Hal itu karena dampaknya yang sangat parah terhadap kondisi sekitar.
"Letusan Gunung Krakatau cukup dahsyat dan jangan sampai kembali terjadi bencana," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat setempat yang tidak mengharapkan terjadinya bencana tsunami di sekitar pantai Carita, Labuan, Panimbang hingga Sumur seperti pada 2018. Longsoran Gunung Anak Krakatau cukup terakhir.
"Kami berharap saat ini status Gunung Anak Krakatau Siaga Level III tidak menimbulkan bencana, " katanya menjelaskan.
(mdk/nrd)