Lestarikan Warisan Leluhur, Ini Cerita Pria Asal Bantul 30 Tahun Menjadi Perajin Keris
Usaha regenerasi pembuat keris di Dusun Banyusumurup penting dilakukan agar keberadaan mereka tidak hilang ditelan zaman
Usaha regenerasi pembuat keris di Dusun Banyusumurup penting dilakukan agar keberadaan mereka tidak hilang ditelan zaman
Lestarikan Warisan Leluhur, Ini Cerita Pria Asal Bantul 30 Tahun Menjadi Perajin Keris
Dusun Banyusumurup yang terletak di Kalurahan Girirejo, Kanapewon Imogiri, Bantul, telah lama dikenal sebagai kampung keris. Di sana banyak warganya yang berprofesi sebagai pembuat keris. Keahlian membuat keris itu telah diwariskan dari generasi ke generasi.
- Cerita Lucu Pria di China, Batuk Tak Sembuh 2 Tahun Dikira Kanker Paru Ternyata Tersedak Cabai
- 6 Cerita Pendek Santri Lucu dan Menghibur, Menambah Suasana Kian Penuh Warna
- “Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris
- 8 Cerita Sunda Lucu Bikin Ngakak, Menghibur dan Mengocok Perut
Tak hanya sebagai mata pencaharian, rupanya pembuatan keris di Dusun Banyusumurup juga merupakan upaya pelestarian. Bila tak dipertahankan, bisa saja para pembuat keris di Dusun Banyusumurup makin menyusut jumlahnya dan pada akhirnya punah.
Marjono (47) misalnya. Ia telah menjadi pembuat keris selama 30 tahun. Setelah lulus SMA tahun 1994, ia langsung fokus menekuni dunia pembuatan keris.
“Dari saat itu sampai sekarang saya belum pernah kerja selain membuat keris,” kata Marjono saat ditemui Merdeka.com pada Selasa (2/4).
Selama tiga dekade menekuni dunia pembuatan keris, Marjono tak pernah sekalipun berpikir untuk pindah profesi. Apalagi di usianya yang hampir menginjak kepala lima, mempelajari kemampuan lain yang bisa menghasilkan selain membuat keris merupakan hal yang sulit baginya.
Saat Merdeka.com berkunjung ke rumahnya, Marjono tengah membuat bagian “pendok” pada keris. Pendok sendiri merupakan salah satu bagian dari keris berfungsi sebagai pembungkus warangka keris.
Salah satu keunikan pendok yang dibuat Marjono adalah bentuk ornamennya yang rumit dan beragam. Ia pun tak pelit untuk berbagi ilmu bagaimana mengukir ornamen pendok hasil karyanya.
“Tapi satu pendok ini yang buat nggak cuma saya. Saya dibantu orang lain, terutama untuk proses menatahnya. Nanti kalau sudah jadi saya bayar. Saya proses ‘finisihing’ saja,” kata Marjono.
Wariskan Ilmu pada Generasi Muda
Marjono sadar bahwa profesinya saat ini tak hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun ada misi besar untuk mewariskan ilmu pembuatan keris pada anak-anak muda.
Hal itulah yang membuat Marjono dan teman-temannya sesama pembuat keris membentuk Paguyuban Tunggak Semi.
“Paguyuban itu kami buat agar generasi tetap ada. Apalagi anggota kita ada anak mudanya. Kalau mereka tidak dirangkul lama-lama generasi pembuat keris bisa punah,” ujar Marjono.
Sampai saat ini, anggota aktif paguyuban itu ada 25 orang. Selain mewujudkan regenerasi pembuat keris, paguyuban itu juga ingin mewujudkan Dusun Banyusumurup sebagai kampung wisata. Harapannya, banyak pengunjung yang datang ke Banyusumurup dan belajar tentang keris langsung dari pembuatnya.
“Hampir 80 persen warga di sini pengrajin. Kan jalan-jalan di sini enak. Nanti pengunjung bisa masuk ke rumah-rumah warga, di sini tempat membuat mendak, di sana tempat membuat pendok, lalu ada tempat membuat warangka, dan sebagainya,” katanya.
Harapan pada BRI
Paguyuban Tunggak Semi sendiri terdaftar sebagai klaster usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI). Banyak pembuat keris di Banyusumurup yang melakukan peminjaman modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Marjono sendiri mengajukan KUR saat penjualan keris lagi lesu.
“Jadi untuk modal pembuatan keris juga. Nanti setelah lebaran, atau saat musim nikah keris kan banyak yang laku. Langsung bisa saya bayar saat itu juga,” kata Marjono.
Sebagai salah satu klaster usaha BRI, Marjono berharap ada kemitraan terutama dalam pengadaan sarana edukasi pembuatan keris pada pengunjung yang datang ke Dusun Banyusumurup.
“Yang saya pikirkan nanti kalau ada kunjungan, mereka bisa menonton semacam film dokumenter yang kami buat tentang sejarah dan pembuatan keris di sini. Jadi kami butuh peralatan LCD dan proyektor untuk menampilkan film dokumenter itu,” pungkasnya.