Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka
Naskah ini bertuliskan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Naskah ini bertuliskan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka
Orang Sunda zaman dahulu rupanya sudah membicarakan proses penciptaan alam dunia yang maha dahsyat lewat tradisi lisan. Informasi itu kemudian dibagikan turun temurun sebagai sumber pengetahuan dan diabadikan melalui sebuah naskah.
-
Apa isi pesan yang disampaikan dalam sisindiran Sunda "Aya roda na tanjakan Katinggang ku pangpung jengkol Aya randa gogoakan Katinggang ku pohpor banpol."? "Aya roda na tanjakanKatinggang ku pangpung jengkolAya randa gogoakanKatinggang ku pohpor banpol." Sisindiran Sunda ini menggambarkan sebuah nasihat. Seseorang yang sedang dalam kesulitan, atau melewati masa-masa sulit, pasti akan melewati fase tersebut dan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari, seperti halnya roda yang bisa menanjak meskipun terhalang oleh batu.
-
Apa arti "rungkad" dalam bahasa Sunda? Kata rungkad, diambil dari bahasa Sunda yang memiliki arti runtuh, roboh, tumbang, ambruk, dan hancur.
-
Mengapa kata-kata sisindiran Sunda dianggap kocak? Sisindiran Sunda ini juga mempunyai pesan yang hendak disampaikan pada pembaca atau para pendengar. Umumnya, sisindiran akan ditulis dalam dua hingga empat baris selayaknya bentuk pantun kebanyakan.
-
Apa arti dari "Sacangreud pageuh sagolek pangkek" dalam bahasa Sunda? "Sacangreud pageuh sagolek pangkek."Artinya : Apa yang kita lakukan harus diiringi dengan komitmen dan konsisten.
-
Kapan kata-kata sisindiran Sunda mulai ramai? Merangkum dari beragam sumber, Kamis (4/1) berikut adalah 25 contoh sisindiran bahasa Sunda yang kocak untuk dijadikan sumber inspirasi.
-
Kapan kata-kata Sunda nyindir biasanya disampaikan? Kata-kata ini biasanya disampaikan secara halus.
Naskah Sunda Sanghyang Raga Dewata jadi satu-satunya catatan kuno yang menggambarkan proses terbentuknya bentang alam dan seisinya.
Mengutip laman Napak Jagat Pasunda, lembar dari media tulisan itu masih amat sederhana berbahan daun lontar kering. Berikut informasi selengkapnya.
Ditulis dengan aksara dan bahasa Sunda kuno
Dalam sumber lainnya dikatakan bahwa naskah ini pertama kali dibuat pada abad ke-XVI Masehi, dengan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Saat pertama kali ditemukan, naskah ini tidak dalam keadaan utuh dan harus disatukan. Dalam naskah juga tertulis tahun saka 1455 atau tahun 1533 masehi.
Tulisannya dibuat menggunakan tinta dengan tipe bahasa Priangan juga Cirebon dan dikelompokkan ke dalam satu jilid bersama Serat CaturBumi dengan judul “Sang Hyang Raga Dewata”
Gambarkan proses penciptaan alam semesta
Naskah ini diketahui menggambarkan proses penciptaan alam semesta, serta tatanan hidup dalam nilai kosmologi yang dianut oleh masyarakat setempat.
Kosmologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta.
Di sana dijelaskan tentang hubungan antar ruang dan waktu, dengan alam semesta seperti asal usul pembabakan hidup juga kondisi alam semesta secara garis besar melalui beberapa mitos.
Saat ini naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Mulanya siang dibangunkan dari kegelapan
Mengutip scribd.com, mitos tentang penciptaan alam dan seisinya ini dimulai dari dibangunkannya siang dari kegelapan oleh sang bayu (angin).
Setelahnya lanjut dengan proses pembentukkan bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang di bawah atap yang amat luas bernama angkasa.
Di sana disebutkan bahwa matahari diposisikan di arah timur, dan bulan di barat. Dalam naskah itu, manusia harus menjalankan segala ajaran Sanghyang Darma saat hidup di dunia, agar menjadi prbadi yang mampu mencapai surga abadi.
Sudah menyebutkan soal alat musik karinding
Menurut laman pangaubankarinding.com, dalam naskah tersebut turut digambarkan alat musik tradisional Sunda bernama karinding.
Di sana karinding dimuat di baris ke dua, dan berada di bait ke-36. Di sana karinding dikatakan sebagai alat musik yang disukai oleh Dewa Bayu yang sebelumnya membangunkan siang hari.
Naskah ini menjadi bukti bahwa orang Sunda di zaman dahulu sudah bisa menggambarkan kondisi alam yang mereka tinggali.