Mengenal Pencak Silat Beksi, Bela Diri Tradisional Jadi Media Dakwah Islam yang Melegenda
Pemainnya harus turut melafazkan kalam-kalam dari Al-Qur'an dan hadis. Ini untuk menyakini keberadaannya yang bukan untuk menyakiti.
Islam berkembang pesat di nusantara bukan semata karena adanya satu jenis media dakwah. Kehadirannya mudah diterima oleh masyarakat, salah satunya karena marak dikenalkan melalui pementasan seni yang bernapaskan kalam Illahi.
Jika di Banten kita mengenal debus sebagai media pengenalan Islam masa Sultan Maulana Hasanudin, di Batavia dan sekitarnya ada juga Pencak Silat Beksi yang dulu kesohor untuk memperluas ajaran Allah SWT.
-
Apa itu Silat Pelintau? Di Aceh, terdapat sebuah suku bernama Tamiang yang memiliki kesenian tradisional bela diri yang sampai sekarang masih terus lestari, yaitu Silat Pelintau.
-
Siapa pencipta Silat Pelintau? Silat Pelintau tercipta pada tahun 1953 oleh Maha Guru OK Said bin Unus yang merupakan putra asli Tamiang.
-
Kapan Silat Pelintau diciptakan? Silat Pelintau tercipta pada tahun 1953 oleh Maha Guru OK Said bin Unus yang merupakan putra asli Tamiang.
-
Kenapa budaya palang pintu muncul di Betawi? Budaya palang pintu muncul ketika daerah-daerah Betawi masih rawan. Dulu jauh sebelum seperti saat ini, orang melamar untuk nikah harus berangkat pada malam hari.
-
Apa itu Silat Perisai? Silat Perisai di Kabupaten Kampar kini dibawakan sebatas kesenian pertunjukan untuk menyambut tamu penting dan juga sebagai hiburan masyarakat.
-
Di mana Silat Perisai berasal? Silat Perisai ini memiliki sejarah yang cukup panjang, bahkan sudah ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Tak dipungkiri, karena kehadirannya begitu ditunggu oleh masyarakat. Atraksi bela diri yang atraktif, dengan lafaz doa yang diucapkan ketika menghalau musuh menjadikan daya tarik tersendiri kala itu.
Silat Beksi kemudian berkembang bukan hanya sebagai seni bela diri, melainkan untuk melindungi anggota keluarga maupun orang-orang baik di sekitar.
Muncul di Abad ke-19
Mengutip Dinas Kebudayaan Jakarta, Rabu (16/10), Silat Beksi tercatat muncul pertama kali pada abad ke-19 silam.
Ketika itu di tahun 1860-an, terdapat seorang warga Tionghoa yang menetap di wilayah Kampung Dadap, Kosambi, Tangerang bernama Lie Tjeng Ok Bin Lie Ah Tjin, mengenalkan gerakan-gerakan bela diri yang dinamakan “maen pukul”.
Istilah ini lahir dari aktifnya gerakan memukul dan menghalau serangan menggunakan tangan, sehingga musuh tak berdaya.
Gabungkan Bela Diri dari Tiongkok
Mengutip Wikipedia, Lie Tjeng Ok merupakan keturunan dari keluarga petani asal Amoy, Xiamen, Tiongkok. Diperkirakan, gerakan-gerakan dalam "maen pukul" diadaptasi dari kebudayaan leluhurnya.
Kemudian gerakan disempurnakan lewat gerakan-gerakan kuda-kuda dan antisipasi tangan yang diajarkan para guru bela diri dari Betawi saat dirinya masih berusia muda.
Selanjutnya, "maen pukul" berkembang pesat terutama setelah diturunkan kepada murid-murid Lie Tjeng Ok hingga menyebar ke sebagian wilayah Jakarta.
Beksi Berarti Kuda-Kuda
Silsilah penyebarannya berawal dari guru-guru Betawi bernama Ki Jidan dan Ki Miah (atau ada yang menyebut Ki Maimah). Dari sini, dikombinasikan gerakan tradisional khas Tiongkok hingga melahirkan gerakan yang semakin solid.
Dalam bahasa Hokkian, Beksi berasal dari kata “Bhe’Si” yang memiliki arti kuda-kuda kaki yang kokoh. Lie Tjeng Ok kemudian mengenalkan ke murid-muridnya, salah satunya adalah Ki Muharli yang dikenal berbakat.
Ki Muharli lantas mengajarkan ilmunya pada murid-muridnya termasuk Haji Ghazali di Petukangan, Jakarta Selatan, yang menjadi basis paguyuban Silat Beksi hingga sekarang.
Terdapat 23 Jurus Silat Beksi
Kesenian ini setidaknya memiliki 23 jurus dengan macam-macam gerakan seperti Loco Buni (Pukulan Celentang), Goleng (Ngeles/Menghindar), Bandut Atas - Bandut Bawah, Singkur Kiri - Singkur Kanan, Tiles (Pukul Kanan), Jejek Kaki, Raub, atau Saub (untuk tangan).
Lalu, Dedak Kuda ke Tanah, Tangkis, Sikut Belakang - Sikut Depan, Kibas Luar, Tangkep Dalem - Tangkep Luar, Kepret: arah bawah samping dan ke muka dengan jari, Totok dengan jari ke muka, Jurus Cabut Pisau, Jurus Pedang Tangan Kosong, Jurus Pedang Serangkai, Jurus Bangau Terbang, Jurus Ganden, Jurus Toya (Jurus Toya 1 - Jurus Toya 2), Susul (Dobel Pukulan), Baduk Kebo hingga Tekuk Saub.
Secara umum, jurusan ini menggabungkan unsur kesenian, keindahan dan kecepatan tangan untuk menangkis dan melumpuhkan lawan.
Jadi Media Dakwah
Dalam Seni Budaya Betawi, Silat Beksi kemudian digunakan sebagai salah satu media dakwah. Menariknya, langkah awal Beksi dikenalkan di kalangan anak-anak Betawi.
Para guru dari bela diri silat ini saat itu tak sedikit yang menjadi guru ngaji. Kesenian Silat Beksi lalu diajarkan setelah anak-anak membaca kitab suci Al-Qur'an.
Di kebudayaan Betawi, seorang anak laki-laki setidaknya harus menguasai dua hal dalam hidup yakni harus bisa silat dan mengaji. Silat untuk membentengi diri dari kejahatan di dunia, mengaji untuk melindungi dari siksa di akhirat.
Ada Lafaz Islam di Setiap Gerakan
Merujuk penelitian mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Afifah berjudul: “Aktifitas Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi Betawi Ciganjur”, dalam setiap gerakan di sana rupanya memiliki nilai ke-islaman.
Ini dilihat dari gerakan dan jurus yang diajarkan oleh para pendahulu dan guru-guru di sana, seperti penyebutan lafaz-lafaz Al-Qur'an saat memukul, menangkis atau mengahalu musuh. Kemudian, ada juga gerakan-gerakan yang diadaptasi dari hadis.
Disebutkan bahwa siapapun yang memperdalam Beksi diwajibkan untuk mengamalkan ajaran Islam, termasuk mengikuti pengajian. Ini sebagai bentuk penguatan mental dan spiritual sehingga meyakini seni bela diri bukan upaya untuk menyakiti melainkan untuk memberikan pelajaran kepada siapapun yang berbuat jahat.