Mengenal Pernikahan Adat Sunda, Prosesi Suci yang Bawa Pesan Kebahagiaan Sejati
Setiap daerah di Indonesia, memiliki adat pernikahan yang berbeda-beda. Pernikahan adat Sunda disebut sebagai salah satu adat pernikahan yang unik dan digemari hampir seluruh penduduk di Pulau Jawa.
Jawa Barat memiliki berbagai tradisi unik yang teraplikasikan rapi dalam setiap aktivitas sosial. Salah satu tradisi yang masih dipegang teguh adalah penerapan adat Sunda dalam pernikahan. Setiap daerah di Indonesia, memiliki adat pernikahan yang berbeda-beda.
Pernikahan adat Sunda disebut sebagai salah satu adat pernikahan yang unik dan digemari hampir seluruh penduduk di Pulau Jawa. Beberapa rangkaian prosesinya dianggap membawa pesan kebahagiaan dan keabadian.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi "pabetot betot bakakak hayam" di pernikahan Sunda? Dalam tradisi pernikahan Sunda terdapat salah satu prosesi bernama pabetot betot bakakak hayam. Pabetot betot diartikan sebagai tarik menarik atau berebutan lauk ayam utuh oleh mempelai laki-laki dan perempuan.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Dalam acara resepsi pernikahan adat Jawa, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan istilah “piring terbang”.
-
Kenapa tradisi "pabetot betot bakakak hayam" dilakukan dalam pernikahan Sunda? Konon hasil potongan yang diperoleh akan melambangkan rezeki setelah berumah tangga.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi "piring terbang" di pernikahan adat Jawa? Seluruh hidangan tidak diberikan pada tamu secara sekaligus. Namun, memiliki urutan tertentu. Beberapa daerah membaginya dengan hidangan pembuka dan makanan berat. Tujuannya adalah agar para tamu bisa menikmati hidangan satu per satu.
-
Kapan tradisi "pabetot betot bakakak hayam" dilakukan dalam pernikahan Sunda? Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa (Kemdikbud), prosesi berebut lauk ayam ini ada di urutan paling akhir dari tradisi pernikahan adat Sunda saat resepsi.
-
Apa tradisi pernikahan khas Cina Benteng di Tangerang yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda? Baru-baru ini tradisi pernikahan Cio Tao khas Cina Benteng, Kota Tangerang, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemdikbudristek.
Prosesi Narosan (Melambangkan Proses Lamaran)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Dikutip dari laman Mahligai Indonesia, calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan dengan menggunakan adat tradisional Sunda, akan dimulai dengan prosesi narosan.
Sesuai dengan namanya 'naros' atau bertanya, prosesi tersebut merupakan upaya membuka jalan untuk saling mempersatukan. Prosesi ini dimulai melalui komunikasi awal dari kedua belah pihak keluarga calon mempelai.
Prosesi yang mirip dengan tradisi lamaran ini dilakukan dengan membicarakan terkait kapan dan bagaimana acara akad nikah akan diselenggarakan.
Yang Harus Dibawa Saat Prosesi Narosan
Selain itu, dalam tradisi narosan juga dilakukan pembahasan terkait pemenuhan biaya yang diperlukan. Termasuk pembahasan acara lamaran yang tengah dilangsungkan.
Yang menarik pada saat melamar Mojang (gadis) yang diincar, pihak keluarga calon mempelai pria diwajibkan datang ke kediaman keluarga wanita dengan membawa lemareun (seperti daun sirih, apu atau kapur sirih), dan gambir. Selain itu, juga dibawa seperangkat busana untuk calon mempelai wanita.
Prosesi Ngebakan (Menyucikan Diri Agar Berkah)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Tradisi ngebakan merupakan upaya memohon keberkahan serta dimudahkannya segala urusan menjelang hari pernikahan tiba,. Termasuk meminta perlindungan serta kemantapan hati dari kedua belah mempelai.
Prosesi tersebut dilakukan setelah terjadi kesepakatan antar kedua belah pihak keluarga calon mempelai pada prosesi sebelumnya (narosan). Dan, di beberapa hari menjelang pengucapan ijab qabul (biasanya satu minggu).
Kedua calon pengantin melakukan prosesi ngebakan atau menyucikan diri di rumah masing-masing. Pelaksanaannya pun dilakukan dengan cara disiram secara simbolis oleh anggota keluarga dan dilanjutkan dengan memperindah diri.
Ngeyeuk Sereuh (Memohon Doa Restu kepada Kedua Orang Tua)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Pada prosesi ini, kedua orangtua akan memberikan nasihat kepada anaknya, sembari disawerkan dengan beras dan sapu lidi sebagai nasihat. Tujuan simbolisnya, agar hidup sejahtera dan meminimalisir perpecahan, melalui lambang benda-benda yang telah dibawa sebelumnya.
Ngeyeuk Sereuh biasanya dilaksanakan satu hari menjelang pernikahan. Kedua belah pengantin meminta doa restu kepada masing-masing orang tua yang hanya boleh disaksikan sanak keluarga mereka. Prosesi ini diiringi lagu kidung Sunda oleh Pengeuyeuk.
Menyawer Uang (Pesan Kemakmuran Setelah Berumah Tangga)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Pada prosesi ini melambangkan kemakmuran bagi keluarga mempelai kelak. Prosesi ini disimbolisasi menebar uang receh dengan beras yang telah diberi kunyit dan air yang telah dibacakan doa oleh sesepuh adat.
Pada saat melaksanakan sawer, lantunan kidung Sunda berisi nasihat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan rumah tangga terus dilantunkan. Menurut informasi, kidung tersebut merupakan serangkaian doa agar keduanya selalu harmonis hingga menua bersama.
Meleum Harupat (Berjanji Untuk Saling Bekerja Sama Meredam Konflik)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Dalam tradisi adat Sunda banyak sekali simbolisasi yang mendukung keharmonisan hubungan. Salah satunya meleum harupat atau menyalakan dan mematahkan lilin.
Tata cara pelaksanaannya yaitu pengantin pria memegang harupat (wadah lilin dari kuningan), lalu pengantin wanita membakar lilin sampai menyala yang dilanjutkan penyiraman nyala harupat hingga padam. Kemudian pengantin pria mematahkan, lalu membuangnya.
Prosesi ini melambangkan kerja sama dari kedua mempelai untuk meredam konflik ketika sudah berumah tangga.
Nincak Endog (Melambangkan Tanggung Jawab Suami dan Bakti Istri)
Dalam berumah tangga salah satu syarat tercapainya makna kebahagiaan adalah ketika kedua belah pihak melaksanakan perannya masing-masing. Seperti suami dengan tanggung jawab nafkahnya dan istri dengan baktinya.
Dalam rangkaian adat Sunda, upaya tersebut dilambangkan dengan prosesi nincak endog atau menginjak telur oleh mempelai pri. Dan, dibersihkan kakinya oleh mempelai wanita setelah prosesi berlangsung sebagai ungkapan rasa bakti.
Ngaleupas Japati (Bermakna Melepas Tanggung Jawab Orang Tua)
Setelah nincak endog, prosesi akan dilanjutkan dengan melepas sepasang burung merpati putih oleh kedua perwakilan orang tua.
Ritual tersebut digambarkan sebagai selesainya tanggung jawab orang tua kepada sang anak. Karena kedua pasangan telah menyatu dan mampu hidup secara mandiri dalam ikatan perkawinan.
Muka Panto (Saling Meyakinkan dan Mengasihi Satu Sama Lain)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Yang unik dalam tradisi adat Sunda adalah terdapatnya unsur sastra lawas berupa pantun tradisional (macapat) yang dibacakan oleh masing-masing juru maca (baca). Tradisi ini dilakukan dengan mengetuk pintu tiga kali oleh pengantin pria yang berada di luar pintu dan pengantin wanita yang berada di dalam rumah.
Tradisi unik tersebut merupakan bentuk saling meyakinkan dengan mengutarakan proses tanya jawab bernada syair atau tembang. Tujuannya agar suami istri bisa saling menghargai dan mengasihi satu sama lain.
Huap Lingkup (Penyamaan Ungkapan Kasih Sayang Kedua Orang Tua)
Dalam tradisi Sunda, prosesi huap lingkup merupakan lambang dari kasih sayang kedua orang tua kepada masing-masing anak atau menantunya dengan menyuapi kedua belah mempelai.
Hal tersebut merupakan penyamaan ungkapan sayang antara kepada anak dan kepada menantu yang sama bermaknanya.
Parebut Bakakak (Saling Berbagi Kasih)
Youtube Budaya Saya ©2020 Merdeka.com
Prosesi yang terakhir adalah prosesi saling berebut ayam bakar utuh. Prosesi ini dilakukan oleh kedua pasangan yang telah sah secara adat Sunda dan agama.
Barang siapa yang mendapatkan bagian ayam yang paling besar setelah tarik-tarikan, maka dia harus membagi pasangannya dengan menggigit bersama.
Parebut bakakak mengandung filososi saling berbagi, saling menahan ego dan saling canda agar keduanya selalu dikaruniai kebahagiaan di saat suka maupun duka.