Borong Mobil hingga Lahan, Ini Sederet Desa di Indonesia yang Jadi Miliarder Dadakan
Di salah satu desa bernama Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, ada warga yang mendapatkan ganti rugi hingga Rp8 miliar. Dengan uang itu, ia membeli hingga tiga unit mobil baru.
Di awal tahun 2021 ini, masyarakat dihebohkan dengan munculnya fenomena desa ‘miliarder’. Para warga di desa itu 'mendadak' kaya raya, memborong mobil, hingga ada yang membeli lahan. Ternyata, kekayaan mereka berasal dari uang ganti rugi pembebasan lahan untuk proyek pemerintah.
Di salah satu desa bernama Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, ada warga yang mendapatkan ganti rugi hingga Rp8 miliar. Dengan uang itu, ia membeli hingga tiga unit mobil baru.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Mengapa konten video Jakarta di masa depan menjadi viral? Karena kreativitasnya, postingan @fahmizan kemudian menjadi viral dan di repost oleh banyak akun di berbagai sosial media.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
Fenomena desa miliarder ini tak hanya terjadi di Tuban, di beberapa daerah seperti Kuningan dan Boyolali juga ada. Masih dengan persoalan yang sama, yakni uang ganti rugi pembebasan lahan.
Desa Sumurgeneng di Tuban, Jawa Timur
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Salah satu desa ‘Miliarder’ yang masih mendapat sorotan hingga saat ini adalah Desa Sumurgeneng, di Kecamatan Jenu, Tuban Jawa Timur. Desa tersebut sempat viral awal Februari lalu, karena sebagian besar warganya memborong mobil. Mereka mendapatkan uang ganti rugi pembebasan lahan dari PT Pertamina, paling banyak Rp8 miliar.
Desa tersebut merupakan kawasan yang akan dijadikan proyek pembangun kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) oleh PT Pertamina yang bekerja sama dengan perusahaan Rusia, Rosneft.
Gihanto Kepala Desa Sumurgeneng mengungkapkan bahwa di desa ini tercatat ada penambahan 176 mobil baru, begitu uang ganti rugi pembebasan lahan cair.
“Ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga, itu belum yang mobil bekas. Warga membeli dengan menggunakan uang dari pembebasan lahan proyek kilang. Satu orang ada yang beli dua sampai tiga mobil,” terang Kades Sumurgeneng dilansir dari Liputan6.com.
Desa Kawungsari, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
©2021 Kanal youtube Fokus Indosiar/editorial Merdeka.com
Berbeda dengan warga di Desa Sumurgeneng, Tuban yang memborong mobil. Warga di Desa Kawungsari, Kecamatan Cibereum Kabupaten Kuningan, Jawa Barat justru ramai-ramai memborong sepeda motor.
Kepala Desa Kawungsari, Kusto menjelaskan para warga di desanya mendapatkan ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp300 juta sampai Rp1,3 miliar. Kusto menyebut ada penambahan kurang lebih 30 unit motor baru. Hampir di setiap rumah di desanya memiliki lebih dari satu motor, begitu uang ganti rugi pembangunan Waduk Kuningan cair.
"Iya benar, sejak mendapat ganti rugi dari pemerintah banyak yang membeli kendaraan. Sekitar 30 unit sepeda motor datang setiap harinya. Kami juga mencatat, ada penambahan sekitar 30 persen warga yang memiliki kendaraan seperti motor maupun mobil," terang Kepala Desa Kawungsari, Kusto (Senin 22/02), dilansir dari dream.co.id
Mega proyek tersebut diketahui sudah berjalan sejak 2013 lalu, saat ini proses bangunan fisik sudah diselesaikan. Dari ganti rugi 179 bidang tanah yang dibebaskan dengan nilai mencapai Rp134 miliar.
Desa Kapungan dan Karangduren Klaten
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Tak jauh berbeda dengan yang dialami beberapa warga di Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Sejumlah warga di desa tersebut diketahui juga mendapat bantuan dari pemerintah terkait pembangunan jalan tol Yogyakarta-Solo. Warga yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani ini diketahui menerima ganti rugi hingga Rp1,5 miliar, dengan rincian Rp671 ribu per meter.
Salah satu warga yang menerima bantuan tersebut adalah Purnomo. Ia menerima bantuan dengan nominal lebih dari Rp1 miliar. Dan uang itu akan ia gunakan untuk usaha kos-kosan di luar kota.
Selain di Polanharjo, warga di Dusun Karangdureng, Kecamatan Kebonarum, Klaten juga ketiban rezeki nomplok. Pasalnya, beberapa warga di sana juga mendapat uang ganti rugi pembangunan jalan tol.
Kelurahan Purwomartani Sleman
Berdekatan dengan Klaten, sebanyak 25 warga di Kelurahan Purwomartani, Kapanewon, Kalasan, Sleman, juga dikabarkan mendapatkan ganti rugi dari proyek Jalan Tol Jogja-Solo untuk seksi pertama.
Warga terdampak paling sedikit menerima pembayaran tahap pertama senilai Rp73,9 juta. Sementara untuk ganti rugi paling besar mencapai angka Rp2,7 miliar dengan luas tanah 500 meter persegi.
Menurut data yang dilansir dari Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) lman.kemenkeu.go.id, pembayaran dana ganti rugi lahan sebesar Rp26,2 miliar telah dibayarkan Senin (8/1) lalu. Nilai tersebut diberikan untuk 25 bidang tanah seluas 9.147 meter persegi yang terletak di Desa Purwomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Desa Sekapuk Gresik Jawa Timur
YouTube Indosiar ©2020 Merdeka.com
Terakhir desa yang sempat viral karena mendapat julukan desa miliarder dadakan adalah Desa Sekapuk di Gresik, Jawa Timur.
Berbeda dengan desa miliarder lainnya, Desa Sekapuk bisa menjadi miliarder dadakan karena hasil kerjasama dengan perangkat desa setempat. Desa Sekapuk meraih predikat tersebut dengan mengembangkan potensi wisata bekas tambang karst Setigi.
Dari aset wisata tersebut, Desa Sekapuk kini diketahui telah memiliki aset yang ditaksir mencapai miliaran rupiah. Berkat kelihaian Pemerintah Desa (Pemdes) yang didukung dengan semangat wirausaha dari masyarakat, Desa Sekapuk telah memiliki aset bernilai fantastis. Pemerintah Desa berhasil membeli 3 minibus, 1 mobil double cabin untuk operasional, dan 56 sepeda listrik.
Kepala Desa Sekapuk, Abdul Halim menyebutkan pendapatan lain yang membuat desa tersebut menjadi desa miliarder adalah produksi makanan kecil agar pendapatan yang dimiliki terus berputar di Desa Sekapuk.
"Semangat itu berdampak kepada PKK untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Setiap kampung bikin snack snack dan itu luar biasa. Mendapatkan angka (uang) yang berputar di angka Rp1,9 miliar untuk PKK," terang Abdul.