Sejarah 28 Maret 1830: Pangeran Diponegoro Ditangkap hingga Diasingkan ke Manado
Pangeran Diponegoro semasa hidupnya terkenal sebagai salah satu musuh Belanda yang paling sulit ditaklukkan. Perlawanannya selama lima tahun pada tahun 1825-1830 begitu merepotkan bahkan membuat keuangan pemerintah kolonial kolaps.
Bagi rakyat Indonesia, nama Pangeran Diponegoro tentu sudah tidak asing lagi sebagai salah satu pahlawan nasional yang selalu dikenang. Selain dalam pelajaran sejarah nasional, namanya terabadikan dalam berbagai nama jalan dan gedung-gedung megah di kota-kota besar di seluruh wilayah Indonesia.
Bahkan nama besarnya juga turut diabadikan dalam kesatuan komando wilayah TNI. Tak heran jika Pangeran Diponegoro terekam dalam benak setiap warga negara Indonesia di mana pun mereka berada dan dari mana pun mereka berasal.
-
Di mana Jumhari tinggal? Selama ini kakek berusia 84 tahun tersebut tinggal seorang diri di rumahnya di Dusun Sawahan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada Waduk Jatiluhur saat ini? Terdampak Kemarau, Begini Potret Waduk Jatiluhur yang Kini Surut Waduk Jatiluhur bahkan surut hingga 10 meter. Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air.Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Apa yang terjadi di jalan Tol Jakarta - Cikampek pada Senin siang? Banyak pemudik yang melanggar batas jalur contraflow saat melintas di jalan Tol Jakarta - Cikampek (Japek) atau selepas Exit Tol Cikampek Utama mengarah ke Jakarta di KM 70 sampai KM 65, pada Senin (15/4) siang.
-
Kenapa kata-kata lucu hari ini penting? Ya, kata-kata hari ini lucu tidak bisa dianggap sepele. Sebab, kata-kata ini justru sering kali membantu Anda dalam mengatasi kebosanan dengan cara menyenangkan dan menghibur.
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785 tepat sebelum matahari terbit pada hari Jumat Wage 7 Muharram 1200 H. Dalam urutan waktu Jawa, waktu dan tanggal kelahirannya dianggap bertuah. Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung Hamengku Buwana III dari isteri selirnya R.A. Mangkarawati.
Semasa kecil, Pangeran Diponegoro bernama Raden Mas Antawirya, sesuai dengan tradisi karena ia merupakan putra raja, maka setelah dewasa diberi gelar Pangeran Diponegoro. Masa kanak-kanak dan remajanya banyak dihabiskan di luar istana, tepatnya di Tegalrejo. Di bawah asuhan Ratu Ageng, isteri Sultan Hamengku Buwana I.
Pangeran Diponegoro semasa hidupnya terkenal sebagai salah satu musuh Belanda yang paling sulit ditaklukkan. Perlawanannya selama lima tahun pada tahun 1825-1830 begitu merepotkan bahkan membuat keuangan pemerintah kolonial kolaps.
Perselisihannya dengan Belanda berujung penangkapan hingga Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado. Berikut ini informasi lengkap mengenai sejarah 28 Maret 1830: Pangeran Diponegoro ditangkap hingga diasingkan ke Manado yang telah dirangkum merdeka.com melalui liputan6.com.
Awal Mula Perselisihan dengan Belanda
Periode kemunduran Keraton Yogyakarta di bawah pemerintahan Hamengku Buwana II membawa dampak yang sangat besar bagi perubahan budaya serta politik pemerintahan di Jawa. Setelah meninggalnya Hamengku Buwana I, Keraton Yogyakarta mengalami banyak pertikaian terutama akibat campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.
Campur tangan ini membuat Pangeran Diponegoro keluar dari keraton dan mengangkat senjata. Hal ini dilakukan karena turut campur pihak Belanda merupakan hal yang sangat bertentangan dengan hukum adat dan agama yang berlaku. Belum lagi dengan adanya sekelompok bangsawan istana dan pejabat Belanda yang bersikap sewenang-wenang terhadap rakyat.
Perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro secara garis besar disebabkan oleh tiga hal yaitu :
- Kekuatan kolonial sejak awan 1800-an berusaha menanamkan pengaruh di Jawa, khususnya pada Pemerintahan kerajaan yang ada.
- Pertentangan politik yang dilandasi kepentingan pribadi dalam keraton semakin lama semakin meruncing. Pengangkatan Hamengku Buwana V yang masih kecil membawa banyak kepentingan pribadi dari Dewan Perwalian yang dibentuk.
- Beban rakyat akibat pemberlakuan pajak yang berlebihan mengakibatkan keadaan masyarakat semakin tertekan. Misalnya, pintu rumah dikenakan bea cumpleng, pekarangan rumah dikenakan bea pengawang-awang, bahkan pajak jalan pun dikenakan bagi tiap orang melintas, termasuk barang bawaannya.
Ditangkap hingga Diasingkan ke Manado
Pemberontakan Pangeran Diponegoro
Pemberontakan Pangeran Diponegoro oleh Sejarawan Belanda disebut Java Oorlog (Perang Jawa) yang merupakan perang melelahkan bagi kedua belah pihak. Perlawanan orang Jawa kemudian banyak diakui sebagai perlawanan yang sangat mengagumkan. Meskipun prajurit Jawa terkesan tampak bodoh dan pemalas, namun kenyataan membuktikan bahwa prajurit Jawa mampu menjadi prajurit yang pemberani, ulet, dan tangguh dalam perang.
Pemerintah Hindia Belanda sangat paham bahwa Perang Jawa hanya akan berhasil jika mereka berhasil menangkap Pangeran Diponegoro. Namun, tentu tak semudah itu karena serangan Belanda ke Desa Jekso pada Juli 1926 berujung kegagalan. Pangeran Diponegoro telah meninggalkan desa tersebut begitu pasukan De Kock datang sebagai mata-mata.
Pada akhir tahun 1829, Pangeran Diponegoro memiliki perasaan bahwa cepat atau lambat dirinya akan ditentukan. Setelah sebelumnya hampir tertangkap pada 11 November, selama tiga bulan Pangeran Diponegoro berjuang nyaris hanya seorang diri. Kondisi Pangeran Diponegoro cenderung semakin sulit pasca terkena serangan malaria tropika yang cukup parah. Akibatnya ia harus diam di hutan-hutan daerah Bagelen Barat.
Sayembara Menangkap Pangeran Diponegoro
Sejalan dengan itu, pihak Belanda justru semakin gencar mengadakan sayembara besar-besaran untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Sayembara itu berhadiah uang senilai 20.000 gulden.
Maka ketika Jenderal De Kock mendapati laporan bahwa Pangeran Diponegoro dan sisa-sisa pasukannya berada di hutan jati Remojatinegoro, maka dengan sigap ia membuat keputusan yang tak pernah diduga bawahannya. Jenderal De Kock memerintahkan Kolonel Cleerens untuk membujuk Pangeran Diponegoro agar mau diajak berunding.
Jenderal De Kock mampu mengeksploitasi nilai-nilai budaya sebagai sistem senjata yang kemudian dimanfaatkannya untuk memukul lawan. Ungkapan “Sabda Pandito Ratu” dan jawaban “ya” dari Pangeran Diponegoro sudah cukup bagi De Kock. Dengan jaminan Clereens bahwa ia akan selamat, Pangeran Diponegoro berangkat tanpa pretensi apa pun ke Magelang.
Pertemuan santai dan menyenangkan dari Clereens rupanya menipu sang pangeran. Maka tepat pada 28 Maret 1830, setelah bulan puasa berakhir, Pangeran Diponegoro datang ke kediaman residen yang menjadi tempat perundingan.
Sang pangeran tak curiga meski pengamanan tampak lebih banyak dari biasanya. Sang pangeran berpikir, karena perundingan dilakukan setelah bulan puasa berakhir, maka ia mengedepankan sopan-santunnya dan berniat melakukan silaturahim.
Meski terkejut dengan akhir perundingan, Gondokusumo, panglima muda sekaligus pengiring Pangeran Diponegoro di Magelang, mengatakan Diponegoro selalu tahu pada akhirnya ia akan ditangkap.
“Sang pangeran akan malu bila ia mundur dari tuntutannya. Namun dengan cari ini martabatnya di mata rakyat akan tetap terjaga, tidak berkurang,” demikian kesaksiannya seperti dicatat De Stuers.
Tempat pengasingan pertamanya adalah Manado, Sulawesi Utara. Namun, Pangeran Diponegoro tak lama berdiam di Benteng Amsterdam. Pihak kolonial memutuskan memindahkannya ke Benteng Fort Rotterdam di Makassar.
Pangeran Diponegoro akhirnya wafat di pengasingan pada 8 Januari 1855. Jenazahnya dikebumikan di makam yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.