Sejarah PT Pindad Bandung, dari Bengkel Senjata Daendels hingga Produksi Mobil Maung Garuda yang Dipakai Prabowo
Daendels awalnya mendirikan bengkel senjata untuk kebutuhan mengantisipasi masuknya kolonialisme Inggris ke pulau Jawa.
Kendaraan yang digunakan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto beserta wakilnya Gibran Rakabuming Raka saat pelantikan pada 20 Oktober 2024 lalu mencuri perhatian. Mobil tersebut tampak elegan, dengan warna putih dan chrome yang dominan.
Ternyata, kendaraan bernama MV3 Garuda Limousine tersebut merupakan produk dalam negeri yang diproduksi oleh PT Pindad (Persero). Selain gagah, mobil berjuluk Maung Garuda ini didesain anti peluru sehingga memberikan pengamanan berlapis bagi penggunanya.
-
Siapa yang memiliki mobil bernama Garuda? Ilmuwan ini memiliki kendaraan kesayangannya. Bahkan ia menamai kendaraan tersebut sebagai Garuda.
-
Pesawat apa yang Prabowo naiki? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16.
-
Bagaimana cara Presiden Soekarno mendapatkan mobil dinas? Para pemuda mencari sebuah mobil yang layak untuk Presiden RI. mereka menemukan sebuah mobil Buick mewah milik pejabat Jepang. Sudiro, salah seorang pemuda meminta sopir pejabat tersebut menyerahkan kunci mobil Buick itu. Kemudian dia disuruh pulang kampung. Sementara mobil mewah itu menjadi mobil dinas pertama Presiden Indonesia.
-
Siapa pemilik Kerajaan Mobil Prabu Motor Ponorogo? Pemilik showroom itu adalah seorang crazy rich asal Ponorogo bernama Doni Ahmad Ramadhani.
-
Mobil apa yang Soekarno gunakan? Buick Limited 8 menjadi mobil kepresidenan RI yang pertama Mobil dinas ini dipakai Presiden Soekarno pada 1945-1949.
-
Dimana Prabowo terbang dengan F-16? Prabowo mengitari daerah selatan Indonesia dengan rute Halim-Pelabuhan Ratu-Halim.
PT Pindad (Persero) sendiri telah diakui sejak lama sebagai perusahaan milik negara satu-satunya di Indonesia yang memproduksi alutsista, seperti senjata sampai amunisi kemiliteran. Sebagai sebuah industri manufaktur pertahanan, Pindad memiliki perjalanan yang panjang. Berikut informasi selengkapnya.
Didirikan Daendels di Surabaya Pada 1808
Mengutip laman resmi Pindad, kehadiran perusahaan tersebut tidak terlepas dari masa berkecamuknya perang kolonial yang terjadi di Indonesia. Saat itu, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels baru saja mendapat tugas untuk memimpin tanah jajahan Indonesia agar tidak jatuh ke tangan kerajaan Inggris.
Daendels langsung mengambil strategi dengan memperkuat pertahanan wilayah, terutama pulau Jawa yang rentan direbut sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian Hindia Belanda. Salah satu cara yang diakukan adalah dengan mendirikan bengkel senjata bernama Contructie Winkel (CW) di Turen dekat Surabaya, untuk memperbaiki perkakas serta persenjataan saat kondisinya rusak pada 1808.
Kemudian, Daendels juga mendirikan bengkel amunisi berkaliber besar bernama Proyektiel Fabriek (PF). Lalu dibangun lagi bengkel pembuatan, perbaikan amunisi dan bahan peledak untuk angkatan laut Pyrotechnische Werkplaats (PW).
Pindah ke Bandung agar Aman
Selepas Daendels turun, pemerintah Belanda terus mengembangkan perusahaan yang didirikan Daendels. Agar semakin kuat, Proyektiel Fabriek (PF) dan Pyrotechnische Wekplaats (PW) dilebur. Penggabungan ini kemudian dinamai Constructie Winkel (ACW) di tahun 1851.
ACW kemudian mengintegrasikan produksinya melalui tiga instalasi unit yakni, senjata dan alat-alat perkakas (Wapen Kamer), amunisi dan bahan-bahan peledak (Pyrotechnische Werkplaats), serta laboratorium penelitian bahan-bahan maupun barang-barang hasil produksi.
Tahun 1914, terjadi perang dunia ke-1. Belanda mulai merancang cara agar pertahanannya semakin kuat. Salah satu caranya adalah dengan melindungi Batavia. Berkaca dari itu, keberadaan ACW kemudian dipindah ke Kiaracondong, Bandung sebagai salah satu strategi keamanan dan kestabilan kolonial rentang tahun 1918-1920.
Dipatenkan di Bandung Tahun 1932 hingga Pasca Kemerdekaan
Upaya ini berhasil, lantaran pertahanan Belanda jadi semakin kuat. Sementara, alasan dipilihnya Bandung karena wilayah ini memiliki kontur daerah pegunungan yang sulit diakses musuh. Kemudian, Bandung juga dinilai terhubung melalui berbagai moda transportasi darat yang lebih dibutuhkan seperti kereta api dan jalan raya post (De Grote Postweg).
Agar semakin lengkap, Belanda kembali menambah dua instalasi yakni laboratorium kimia dari Semarang dan sekolah pemeliharaan serta perbaikan senjata asal Meester Cornelis (Jatinegara) hingga kembali dilakukan perubahan nama menjadi Artilerie Inrichtingen (AI).
Dalam laman bumn.info, disebut bahwa setelah kemerdekaan, Indonesia masih terus mempertahankan wilayahnya karena penjajah masih ada. Sebagai upaya antisipasi, seluruh persenjataan kemudian direbut oleh pejuang dan salah satu adalah perusahaan AI yang kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Senjata Kiaracondong di tanggal 9 Oktober 1945.
Pada masa setelahnya nama ini kembali berganti menjadi Leger Produktie Bedrijven (LPB) atau Lembaga Pabrik Besi.
Dikelola oeh TNI 1950
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 27 Desember 1949 menghasilkan pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Dalam kesepakatan ini, Belanda menyerahkan aset-asetnya secara bertahap kepada pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno, termasuk Lembaga Pabrik Besi (LPB).
LPB kemudian berganti nama menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM), yang dikelola oleh TNI-AD. PSM mulai memproduksi laras senjata, berhasil membuat laras berkaliber 9mm dan 7,7 mm pada November 1950.
Setelah mesin produksi diganti menjadi lebih modern, perusahaan ini langsung dipatenkan dengan Nama Pindad. Produknya jadi semakin beragam, termasuk kini memproduksi Mobil MV3 Maung Garuda Limousine yang digunakan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Kendaraan ini diproduksi secara khusus untuk kendaraan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Indonesia.
Anti Peluru dan Tetap Bisa Melaju saat Mengalami Kebocoran
Disampaikan Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose, mobil ini merupakan salah satu produk tercanggih yang diproduksi Pindad. Secara umum bobotnya mencapai 2,95 ton, dimensi panjang hingga 5,05 meter, lebar 2,06 meter, tinggi 1,87 meter dan berbentuk long wheelbase yang nyaman.
Moden transmisinya otomatis, dengan 8 kemampuan kecepatan dan daya mesin sebesar 202 PS/199 HP hingga 100 Km/jam.
Sebagai kendaraan kepresidenan, mobil ini dibuat dengan mempertimbangkan sisi keamanan yakni anti peluru dan mampu melaju secara stabil saat kondisi roda tertusuk benda tajam.
“Kendaraan MV3 Garuda Limousine memiliki desain yang memperlihatkan karakter yang kuat dengan identitas bangsa Indonesia yang kental, dilengkapi dengan fitur keamanan dan kenyamanan untuk penumpang di dalamnya,” kata Abraham, mengutip ANTARA.
Ia pun bangga, produk dalam negeri bisa menjadi kendaraan kepresidenan dan dikenalkan secara luas kepada masyarakat.