Sejarah Tjipetir, Lempeng Gutta Perca Asal Sukabumi yang Pernah Gegerkan Eropa
Lempeng gutta perca pernah menjadi komoditas yang dibutuhkan dunia pada masanya, produk asli Desa Cipetir, Kadudampit, Kabupaten Sukabumi tersebut juga disebutkan pernah menggegerkan benua Eropa pada 2012 silam. Ini kisahnya
Tjipetir merupakan sebuah desa di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi yang memproduksi lempeng lentur gutta perca (getah perca) dan diekspor ke berbagai negara di dunia di masa lalu.
Bahkan balok karet persegi tersebut di awal abad ke-19 sempat menjadi primadona di pangsa pasar dunia lantaran kegunaannya yang beragam.
-
Apa itu Tjipetir? Ya, Tjipetir merupakan sebuah perkebunan penghasil zat seperti karet yang disebut sebagai gutta percha atau getah perca.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana tanggapan Titiek Puspa atas kabar hoaks kematiannya? Titiek Puspa, meski santai, mengakui kesal karena berita palsu yang menyebutkan dirinya telah meninggal dunia.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan Titiek Puspa terakhir kali diterpa kabar hoaks kematiannya? “Ya sudah terima kasih dikabarkan apapun, yang penting aku masih disayang Tuhan. Sudah ada 4 kali, 10 malah,” tukasnya.
Satu Satunya di Dunia
Sisa kejayaan pabrik gutta perca Tjipetir
©2020 merdeka.com/al amin
Banyak sumber yang mengatakan jika getah perca dari pohon Palaquium Gutta yang ada di Desa Cipetir merupakan tanaman asli Indonesia.
Disebutkan juga dalam laman Good News From Indonesia, jika pabrik gutta perca yang berada di Kecamatan Kaduampit merupakan satu satunya pabrik di dunia yang memproduksi bahan tersebut sejak tahun 1885.
Permintaan Tinggi
Lempeng Tjipetir
©facebook.com/TjipetirMystery
Biasanya lempeng gutta perca digunakan sebagai bahan dasar dalam melapisi kabel, bola golf, lapisan gifsum untuk cidera tulang hingga pembuatan gigi palsu dan berbagai bahan kebutuhan rumah tangga di era 1800-an.
Kabarnya Tjipetir juga pernah memproduksi lempeng getah perca untuk kebutuhan insulasi kabel bawah laut sepanjang 184.000 mil di sekitar pantai di Amerika, Eropa, Asia hingga Semenanjung Afrika.
Sejak saat itu, pemerintah Belanda melalui anak usahanya Perkebunan Hindia Belanda mulai mengembangkan perkebunan karet guna memenuhi kebutuhan getah perca di masa perang dunia ke II.
Menggegerkan Eropa
Lempeng Tjipetir yang mengapung dan ditemukan oleh warga Eropa
©2020 Merdeka.com
Di tahun 2012, di benua Eropa pernah heboh lantaran banyak ditemukan lempengan berbentuk talenan dan bertuliskan Tjipetir yang mengambang di seluruh kawasan pantai Inggris dan Eropa. Salah satu penemunya adalah Tracey Williams.
Saat itu Ia sedang mendampingi anaknya untuk berlibur di kawasan Pantai Newquay, Cornwall, Inggris. Ketika itu Tracey menemukan benda berbentuk persegi dengan tulisan Tjipetir di bagian tengahnya.
Bahkan setelah ia mempublikasi penemuan tersebut di media sosial, hingga 2013 masyarakat dari negara Eropa lain seperti Shetland, Channel Islands, Jerman, Swedia, Denmark, Norwegia, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Skotlandia juga menghubungi dirinya dengan penemuan benda serupa.
Berdasarkan riset yang ia temukan dan kecocokan data dari masyarakat lain yang menemukan benda serupa, ia menyimpulkan bahwa Tjipetir yang ia temukan merupakan produk dari Desa Cipetir, Sukabumi yang pernah diangkut oleh beberapa kapal besar seperti Titanic dan Miyazaki Maru asal Jepang sebagai komoditas ekspor di masa lalu.
Tjipetir Era Sekarang
Dilansir dari laman Liputan6, saat ini pabrik tersebut masih beroprasi di bawah naungan PTPN Nusantara VIII, Sukamaju, Sukabumi dan memiliki 30 an orang karyawan.
Namun karena permintaan yang terus turun perusahaan dengan merek dagang Cipetir (tanpa ejaan lama) tersebut hanya memproduksi sesekali waktu.