Mengenal Sosok Djuanda Kartawidjaja, Pahlawan Nasional Pencetus Deklarasi Djuanda Asal Jawa Barat
Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Mengenal Sosok Djuanda Kartawidjaja, Pahlawan Nasional Pencetus Deklarasi Djuanda Asal Jawa Barat
Biografi Singkat
Djuanda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 Januari 1911 dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat. Ayahnya merupakan mantri Guru di Hollandsch Inlansdsch School (HIS). Djuanda pun menempuh pendidikan Sekolah Dasarnya di sana dan sempat pindah ke sekolah anak orang Eropa yaitu Europesche Lagere School (ELS) hingga tahun 1924.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kapan Ibu Yayu menerima kabar duka tentang kematian Jenderal Ahmad Yani? Hingga pada tanggal 3 Oktober 1965 akhirnya Ibu Yayu keluar dan mengaku telah mengikhlaskan dan mengaku didatangi oleh sang suami lewat mimpi yang berpesan untuk menjaga anak-anaknya. Tidak diduga selepas Ibu Yayu mengikhlaskan kepergian suaminya, pasukan ABRI menyampaikan kabar duka kepada keluarga bahwa Jendral Ahmad Yani ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kenapa surat kabar menjadi primadona di Bandung? Di era kejayaannya, surat kabar menjadi primadona bagi masyarakat yang tengah menantikan informasi.
Setelah menamatkan sekolah di ELS, ayahnya memasukkan Djuanda ke sekolah menengah khusus orang Eropa yaitu Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS) sampai lulus tahun 1929. Kemudian pada tahun yang sama, Djuanda memutuskan untuk melanjutkan studi perguruan tinggi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) yang sekarang kita kenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia mengambil jurusan teknik sipil dan lulus Sarjana pada tahun 1933.
Aktif Organisasi Sejak Muda
Melansir dari beberapa sumber, Djuanda sudah sering ikut organisasi nonpolitik pada masa mudanya, di antaranya Paguyuban Pasundan hingga Muhammadiyah. Kemudian ia juga meniti kariernya sebagai pegawai Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat masa Hindia Belanda sejak tahun 1939.
Suka Mengajar
Sosok Djuanda tak lepas dari peran seorang abdi negara dan abdi masyarakat. Pasalnya, sejak lulus kuliah ia sering mengajar di tengah masyarakat. Ia memilih untuk mengajar di SMA Muhammadiyah ketimbang menjadi asisten dosen yang upahnya jauh lebih besar. Ia sempat mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta selama 4 tahun lamanya.
Menjabat di Kursi Kementerian
Melansir dari Liputan6.com, Djuanda juga sempat menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertahanan hingga Menteri Keuangan. Ia juga pernah menjadi Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir.
Deklarasi Djuanda
Selama menjabat sebagai Perdana Menteri, Djuanda membuat perubahan bagi kedaulatan laut Indonesia yaitu lahirnya Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Dalam deklarasinya, ia menegaskan bahwa laut Indonesia adalah laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia. Wilayah laut tersebut menjadi satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelumnya, kondisi perairan Indonesia berdasarkan Peta Kolonial Belanda yaitu Territoriale Zeen en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO). Berdasarkan peta tersebut luas laut Indonesia hanya 3 mil saja, sehingga beberapa wilayah laut di Indonesia menjadi laut bebas atau perairan internasional. Kondisi perairan itu dinilai bahaya karena menjadi zona bebas kapal-kapal asing lewat perairan Indonesia tanpa izin pemerintah. Akhirnya, dari situlah muncul yang namanya Deklarasi Djuanda.
Nama Selalu Dikenang
Djuanda meninggal dunia pada 7 November 1963 dikarenakan terkena serangan jantung dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Berkat jasanya, namanya pun tersemat di berbagai tempat seperti Bandara Djuanda, Hutan Raya di Bandung, serta nama perguruan tinggi di Bogor.