Sosok Iman Surahman Hadi, Mengasuh Ratusan Anak Telantar Kurang Kasih Sayang Melalui Dongeng
Kebahagiaan bagi Iman Surahman bukan saat dirinya memiliki banyak uang, tetapi saat bisa melihat senyum keceriaan di wajah anak-anak telantar
Pengalaman mendongeng keliling Indonesia membuat Iman Surahman Hadi menemukan realitas sosial yang membuat hatinya terketuk. Ia menyaksikan banyak anak telantar di berbagai daerah di Indonesia.
Mereka tak mendapatkan kasih sayang layak sebagaimana yang seharusnya didapatkan. Iman pun mendirikan Rumah Ceria untuk memberikan perlindungan dan kasih sayang kepada anak-anak telantar dari seluruh Indonesia.
- Terancam Dibui dan Diminta Uang Damai Rp50 Juta, Ternyata Segini Gaji Supriyani yang Dituduh Pukul Siswa Anak Polisi
- Sedih Lihat Kakek 80 Tahun Masih Keliling Jualan Bantal Kapuk, Punya Anak Sudah Besar Bukannya Memberi Malah Minta Uang
- Iwan Sutrisman Dijanjikan Jadi Tentara Malah Dibunuh Prajurit TNI AL, Ini Sosok Korban & Pelaku
- Anaknya Menangis Lantaran Tak Enak Hati Minta Uang Kuliah Profesi, Respons Ayah Ini Bikin Terenyuh
“Anak-anak kami kumpulkan di rumah ini, kami buat dari dongeng mereka kembali ceria,” ungkap Iman, dikutip dari YouTube Liputan6, Sabtu (14/9/2024).
Anak Telantar
Kemiskinan, konflik dalam rumah tangga, hingga eksploitasi anak membuat anak-anak telantar di jalanan. Tak jarang anak-anak telantar ini berkeliaran di jalan tanpa mendapatkan perlindungan dan pengasuhan sesuai kebutuhan mereka.
Atas dasar itulah, Iman Suharman membulatkan tekad untuk mengasuh anak-anak telantar melalui pendekatan yang seru dan inklusif di Rumah Ceria yang beralamatkan di Desa Ciledug, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Iman berupaya mengembalikan keceriaan anak-anak telantar yang datang dari berbagai daerah di Indonesia melalui dongeng.“Pendongeng itu seperti guru, mereka menyampaikan pesan, memberikan nasihat dengan cara yang menyenangkan, tidak menakut-nakuti, tidak mengancam, tidak menekan,” jelas Iman.
Sepak Terjang
Kini, Iman dikenal sebagai salah satu pendongeng andal. Ia telah mendongeng keliling Indonesia. Sebelum menjadi pendongeng, Iman rupanya merupakan seorang guru.
“Pernah mengajar di TK, ekstrakurikuler di beberapa SMA, pernah bekerja juga di lembaga kemanusiaan,” tutur pria yang senang menggunakan syal itu.
Titik balik Iman dari pendongeng profesional menjadi pendongeng yang memiliki kepekaan sosial tinggi berawal saat ia bergabung dengan tim manajemen bencana alam.
“Ternyata yang paling mengerikan bagi saya ialah bencana sosial buat anak. Akhirnya saya mengambil dua peran. Peran pertama tetap di dunia sosial kebencanaan, peran kedua saya mendampingi anak-anak supaya tetap selamat dari bencana sosial,” ungkap Iman.
Sebelum mendirikan Rumah Ceria, Iman mengaku penghasilannya dari mendongeng keliling Indonesia lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Rumah Ceria
Keberadaan Rumah Ceria ialah cara Iman mengubah perspektif dirinya selaku pendongeng.
“Setiap kali pulang mendongeng saya dapat amplop (bayaran). Terus saya ubah, menjadi bagaimana saya menghidupkan senyum anak-anak (lewat dongeng). Bukan lagi hidup dari senyum anak-anak,” imbuh pria berkacamata itu.
Iman pun mencari anak-anak telantar dengan terjun langsung ke lokasi bencana alam, pergi ke daerah-daerah terpencil, ke kawasan pedalaman, untuk diasuh di Rumah Ceria.
Mengutip YouTube Liputan6, Rumah Ceria yang berdiri sejak 2008 ini menjadikan anak-anak sebagai satu keluarga yang hidup bersama. Anak-anak yang tinggal di sini ialah mereka yang telah kehilangan kasih sayang orang tua, anak-anak dari kawasan bencana alam yang telah diizinkan keluarganya untuk tinggal di Rumah Ceria.
“Kami tidak lihat anak ini harus hafal sekian juz, harus ini, harus itu,” ujar Iman.
Saat ini, anak-anak yang tinggal di Rumah Ceria berasal dari berbagai daerah, seperti Lombok, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sumatra dan masih banyak lagi.
Rumah Ceria memfokuskan pada pendidikan umum dan pendidikan agama sebagai bekal untuk mengasuh anak-anak. Ratusan anak-anak di Rumah Ceria juga dibekali keterampilan praktis sesuai minat masing-masing. Ada praktik pembuatan mi, tempe, hingga keterampilan bengkel.