Sosok Titim Fatimah, Pesinden Sunda yang Multitalenta dan Punya Jiwa Sosial Tinggi
Titim bisa memainkan berbagai macam variasi suara, menyanyikan banyak lagu dengan rupa cengkok, serta mampu menghadirkan seni visual panggung yang memikat.
Sosok Titim Fatimah pernah menjadi primadona di masa silam. Sinden Sunda tersebut namanya kini melegenda karena kreativitasnya. Bahkan, penampilannya pernah menghundang ribuan orang hingga penonton mengular sejauh 3 kilometer.
Kualitas Titim dinilai melebihi sinden maupun penyanyi ternama di era 1950 sampai 1960-an. Titim bisa memainkan berbagai macam variasi suara, menyanyikan banyak lagu dengan rupa cengkok, serta mampu menghadirkan seni visual panggung yang mencuri perhatian siapapun.
-
Siapa Fatimah binti Maimun? Fatimah binti Maimun merupakan pendakwah Islam di tanah Jawa sebelum Walisongo. Sosok Fatimah mencuri perhatian masyarakat biasa hingga bangsawan di wilayah Jawa Timur.
-
Bagaimana Fatimah dibunuh? Korban dibunuh diduga dengan cara menjerat leher korban dengan kabel catokan rambut, kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (5/5).
-
Kapan Fatimah binti Maimun wafat? Fatimah binti Maimun meninggal pada hari Jum’at 12 Rabiu’ul Awal, tahun 495 Hijriah atau 1101 Masehi.
-
Dimana Fatimah ditemukan? Jasadnya ditemukan dalam kondisi telanjang dan lehernya dijerat dengan kabel. Korban ditemukan tak bernyawa di satu penginapan, Jalan Raya Pemogan, Kamar Nomor 26, Lingkungan Banjar Taman, Desa Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, pada Sabtu (4/5) sekitar pukul 11. 30 Wita.
-
Siapa pelaku pembunuhan Fatimah? Pelaku ditangkap di sekitaran Pelabuhan Benoa, Denpasar, Sabtu (4/5) sekitar pukul 20.30 Wita. dan pihak kepolisian menembak kedua betisnya karena berusaha kabur dan melawan polisi saat dilakukan pengembangan. "Pada saat pelaku diamankan di daerah Pelabuhan Benoa berusaha melarikan diri dan melawan petugas. Jadi petugas melakukan tindakan tegas dan terukur," kata Kapolresta Denpasar Kombes Pol Wisnu Prabowo.
-
Dimana Fatimah binti Maimun dimakamkan? Ia dimakamkan di kompleks makam Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Kehadirannya bahkan sampai mencuri perhatian presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Konon, ia sangat menggemari Titim dan menjadikannya artis favorit saat sedang berada di Jawa Barat karena suara dan penampilannya yang tidak membosankan.
Sebagai perempuan, Titim kemudian menyampaikan pesan bahwa kehadiran perempuan sebagai sinden bukan untuk dipandang sebelah mata. Ini karena ia mampu membuktikan bahwa sinden juga harus memiliki kualitas suara dan adaptasi yang baik dengan berbagai jenis musik. Yuk kenalan dengan sosok hebatnya berikut ini.
Titim Fatimah, Sinden Sunda yang Lebih Tenar daripada Dalangnya
Dalam buku Lokalitas, Gender dan Seni Pertunjukan di Jawa Barat, dikatakan bahwa Titim merupakan sinden Sunda yang sangat digemari masyarakat. Kehadirannya selalu ditunggu, dan mampu menghadirkan banyak penonton.
Pada dekade 1960-an, Titim boleh dibilang sebagai ratu sinden dan hampir mengungguli seniornya yakni Upit Sarimanah. Suaranya yang bagus, dengan paras yang cantik kala itu membuat siapapun berusaha mendatangi setiap pertunjukkannya.
Saking kuatnya gaya sinden Titim, penggemarnya sampai datang dari pelosok desa hingga kota-kota besar. Yang dicari pun bukan pertunjukan wayang, melainkan lantunan sinden ala Titim.
- Ingat Sosok Anak Kecil Lucu dan Menggemaskan di Lagu 'Rindu Muhammadku' Haddad Alwi? Ini 6 Potretnya yang Kini Sudah Jadi Mahasiswa
- Sosok Fauzan Fahmi, Tukang Jagal Kambing Mutilasi Kepala Perempuan di Muara Baru Pakai Pisau
- Bukan Sosok Sembarangan, Berikut Ini 10 Potret Rizki Natakusumah Tunangan Beby Tsabina
- Sosok Cantik Sesepuh Persit Istri Eks Panglima ABRI, Beri Pesan Penting untuk Para Istri Prajurit TNI
“Keunggulan Titim ada pada aksi panggungnya. Saat itu, Titim berani membawakan lebih banyak lagu dibanding sinden-sinden lain. Kemudian, memiliki kualitas suara yang jauh lebih baik. Itulah mengapa banyak dalang yang merasa “tersaingi”,” tulis Ismet Ruchimat dalam buku tersebut.
Pertunjukkannya Mampu Undang Orang hingga Radius Tiga Kilometer
Kehebatan Titim dalam mengemas lagu di sela-sela pertunjukan wayang membuat siapapun terpesona.
Suaranya lembut, namun tetap tegas sesuai tema dari penampilan cerita wayang. Kemudian, lagu-lagu yang dibawakan juga selalu menyesuaikan dengan musik yang sedang banyak diperdengarkan, salah satu di antaranya adalah lagu berjudul Sekar Caturan.
Satu hal yang paling ditunggu dari setiap pertunjukkannya adalah “kedipan mata” dari Titim yang membuat seluruh penonton histeris pada saat itu.
“Kedipan mata Titim selalu menjadi hal yang berarti bagi para penontonnya, maka tidak heran bahwa penampilannya selalu ditunggu dan menjadi pusat perhatian khalayak,” lanjut Ismet.
Multi Talenta
Keunikan Titim juga terletak dari kemampuan entertainmentnya. Selama berkarier, Titim selalu merekam lagu secara profesional. Titim juga menyanyikan lagu-lagunya dengan penuh penghayatan dan disajikan ke dalam rekaman piringan hitam.
Dari kemampuannya ini, Titim mampu meraup massa yang sangat besar. Dekade 1960-an di wilayah Jawa Barat utara sampai selatan, nama Titim selalu menggema. Lagu-lagunya juga banyak diperdengarkan di radio.
“Setiap pertunjukannya, Titim selalu menciptakan histeris di kalangan para penontonnya,” katanya, menambahkan.
Pernah Disaksikan Penonton hingga Radius Tiga Kilometer
Daya tarik Titim juga terlihat saat pertunjukan di Bandung pada tahun 1959. Kala itu Titim diundang untuk mengisi pertunjukan wayang di wilayah Gang Mochammad Iskak, Bandung. Sebelum kehadirannya, warga berbenah dengan merapikan lingkungan hingga mengecat rumah.
Saat pertunjukkannya tiba, warga berbondong-bondong sejak sore dan saat tiba penampilannya, penonton sudah mengular hingga sejauh radius tiga kilometer.
“Penyelenggaraan pementasan itu kemudian mirip pelaksanaan pasar malam,” kata seniman Sunda, Tan Daeseng.
Penonton Rela Serahkan Harta Benda Demi Bisa Menonton Titim
Fenomena unik terakhir dari kehadiran Titim di masa itu adalah, euforia penonton yang rela menukar apapun demi bisa menyaksikan penampilannya. Kabarnya, ada yang menyerahkan mobil, rumah, uang dalam jumlah besar dan harta benda lainnya.
Lalu, Titim pun pernah ditandu warga, dikawal menggunakan mobil mewah bahkan dijemput memakai helikopter. Tak heran, di masa itu, Titim pernah mendapat royalty hingga Rp50 juta yang terbilang sangat besar di masanya.
“Harta benda penonton seperti sawah, hewan ternak, mobil hingga bangunan rumah mewah sering menjadi jalan untuk menyaksikan pertunjukannya,” tulisnya lagi
Daya pikatnya ini juga mampu menyedot perhatian Presiden Soekarno dan sering mengundangnya tampil di istana.
Dirikan Sekolah
Titim Fatimah juga menunjukkan kepekaan sosialnya. Hasil pemasukannya sebagai sinden tidak ia gunakan untuk memenuhi gaya hidupnya, melainkan ia sisihkan untuk kegiatan sosial.
Di wilayah Subang, Titim diketahui mendirikan sebuah sekolah dasar untuk anak-anak setempat yang tidak berkesempatan mendapatkan bangku pendidikan. Saat ini, sekolah telah dikelola operasionalnya oleh pemerintah setempat.
Sebelumnya, Titim lahir di Sumatera Utara pada 1936 dan wafat pada 24 Maret 1995. Namanya sampai sekarang dikenal sebagai seniman besar Sunda.