Totalitas Wa Kabul Demi Lestarikan Sandiwara Sunda, Rela Jual Rumah agar Pentas Tetap Jalan
Ingin grup sandiwara yang ia pimpin tetap jalan, Wa Kabul sampai harus menjual rumahnya.
Ingin grup sandiwara yang ia pimpin tetap jalan, Wa Kabul sampai harus menjual rumahnya.
Totalitas Wa Kabul Demi Lestarikan Sandiwara Sunda, Rela Jual Rumah agar Pentas Tetap Jalan
Sudah mengenal Sandiwara Sunda? Jika belum ada baiknya mengenal kesenian ini sebagai salah satu warisan budaya khas tanah Priangan.
Pelaksanaan sandiwara Sunda biasanya dipentaskan di panggung-panggung, dengan latar tempat sesuai kisah yang dibawakan.
Beberapa pemain akan membawakan perannya, dengan tema zaman kerajaan maupun kehidupan sosial pra kolonial.
-
Apa isi pesan yang disampaikan dalam sisindiran Sunda "Aya roda na tanjakan Katinggang ku pangpung jengkol Aya randa gogoakan Katinggang ku pohpor banpol."? "Aya roda na tanjakanKatinggang ku pangpung jengkolAya randa gogoakanKatinggang ku pohpor banpol." Sisindiran Sunda ini menggambarkan sebuah nasihat. Seseorang yang sedang dalam kesulitan, atau melewati masa-masa sulit, pasti akan melewati fase tersebut dan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari, seperti halnya roda yang bisa menanjak meskipun terhalang oleh batu.
-
Kapan Sahrul Gunawan diwisuda? Alhamdulillah, guys! Hari ini, Selasa, 21 November 2023, setelah sukses banget lulus sidang tesis bulan April kemarin, kita semua merayakan Wisuda Magister Ilmu tafsir Al Quran universitas PTIQ yang pertama.
-
Kapan kata-kata sisindiran Sunda mulai ramai? Merangkum dari beragam sumber, Kamis (4/1) berikut adalah 25 contoh sisindiran bahasa Sunda yang kocak untuk dijadikan sumber inspirasi.
-
Kapan kata-kata Sunda nyindir biasanya disampaikan? Kata-kata ini biasanya disampaikan secara halus.
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
-
Bagaimana Sandur dipertunjukkan? Pementasan Sandur dilakukan di tanah lapang, dibatasi pagar tali berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8 x 8 meter yang disebut Blabar Janur Kuning, diberi hiasan lengkungan janur kuning dan digantungi aneka jajan pasar, ketupat dan lontong ketan atau lepet.
Agar pertunjukan semakin meriah, terdapat iringan musik tradisional Sunda seperti kendang, terompet, saron dan gong. Daya tarik sandiwara Sunda ada pada tema yang beragam, mulai dari sedih, marah sampai bahagia.
Di balik eksistensi sandiwara Sunda, terdapat salah satu tokoh yang berpengaruh yakni Kabul E. Samsudin atau Wa Kabul yang sangat total dalam memperjuangkannya. Saking tak ingin kesenian ini berhenti, Wa Kabul turut rela menjual rumahnya demi pementasan tetap berjalan. Berikut selengkapnya.
Sudah Berkecimpung di Teater Sunda Sejak Usia 12 Tahun
Teater Sunda menjadi kesenian rakyat di Jawa Barat sejak 1940-an, pementasannya selalu ditunggu oleh masyarakat setempat terutama di wilayah Bandung.
Wa Kabul mulai terjun di dunia sandiwara Sunda ketika usianya masuk 12 tahun, pada 1960 dan mulai mendalami banyak peran.
“Teater Sunda itu mulai tumbuh tahun 1940-an, tetapi masa keemasannya pada 1960-an. Nah saya mulai masuk ke sandiwara grup Sinar Muda di masa itu, saat masih 12 tahun,” kata Wa Kabul, mengutip Instagram Napak Jagat Pasundan, Kamis (11/1).
Punya Keinginan Kuat untuk Berperan Total
Saat itu, Wa Kabul masih berusia bocah dan masih harus banyak belajar untuk mendalami peran di setiap pementasan.
Bahkan tak jarang ia hanya mengamati pemain dari bawah, atau atas panggung sebelum terlibat secara penuh.
“Karena waktu itu masih kecil, saya lebih banyak diam di bawah atau di atas panggung, di area gamelan,” terangnya lagi.
Mencari Sampingan dari Bermain Band
Menjelang akhir 1960-an, ia mendalami kesenian lainnya hingga awal 1970-an. Menjamurnya klub malam juga membuat Wa Kabul mencoba bergabung di sebuah grup band Bandung.
- Ditakuti Rumahnya Angker Anak Mau Diambil Setan, Wanita di Sunter Kena Tipu Rp500 Juta
- Raksasa Properti China Rugi Besar, Ratusan Rumah Tak Laku Dijual
- Potret Rumah Masa Kecil Anang Hermansyah di Jember yang Sederhana Beberapa Kali Dijual
- Penampakan Rumah Mewah Bak Istana Muzdalifah yang Kini Jadi 'Gudang', Ngaku Akan Dijual Rp40 Miliar
Namun perpindahannya ini tidak berlangsung lama lantaran klub malam tempat ia manggung secara tetap tutup akibat kalah dengan kemunculan diskotik. Wa Kabul pun kembali ke pentas kesenian yang ia dalami sebelumnya.
Tak sampai di situ, dia juga sempat tergabung ke dalam seni longser atau teater rakyat yang ia ketuai di TVRI bernama Jati Nugraha, hingga terus bertahan.
Lakukan Berbagai Inovasi agar Menarik
Merujuk laman Padepokan Seni Ringkang Gumiwang, pada awal 1980-an, Wa Kabul terus menaikkan pamor sandiwara Sunda di padepokan tersebut. Tak lama padepokan berganti nama menjadi Ringkang Gumiwang yang masih ada hingga sekarang.
Wa Kabul terus mencari peminat-peminat baru dengan cara berinovasi dan mengikuti tren yang sedang terjadi kala itu.
Salah satu inovasi yang signifikan adalah di tema, tata cahaya termasuk ornamen panggung yang disukai penonton, termasuk dengan memilih pemain yang berparas menarik.
Berusaha Konsisten Walau Harus Jual Rumah
Idealisme Wa Kabul dalam seni sandiwara Sunda perlu diacungi jempol. Pasalnya ia selalu berusaha agar tetap konsisten dalam menampilkan pertunjukan terbaik, bahkan mengorbankan dirinya.
Pada 2010 silam, Wa Kabul bahkan harus menjual rumahnya agar padepokan sandiwara yang ia pimpin bisa tetap pentas. Ini karena sudah 7 tahun terakhir padepokannya tak pernah pentas, sehingga harus diangkat kembali.
Selama memperjuangkan padepokan sandiwara Sundanya, ia harus tinggal di kontrakan sederhana hingga saat ini kondisinya kembali membaik. Wa Kabul pun kini menjadi pegiat sandiwara Sunda yang terus konsisten.