Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Wilayah Sumedang, Jawa Barat, merupakan daerah dengan kebudayaan nenek moyang yang kuat. Warisan itu banyak mengajarkan rasa hormat kepada ciptaan Tuhan, termasuk alam.
-
Mengapa tradisi Ruwat Jagat Mapag Hujan penting bagi masyarakat Subang? Pasalnya di musim kering air kerap kali tidak mengalir, dan membuat masyarakat setempat kesulitan.
-
Dimana tradisi ini dilakukan di Sumedang? Kebiasaan ini masih dijalankan oleh masyarakat di beberapa desa seperti Kadu, Lebaksiuh, Cintajaya, dan Cipicung, Kecamatan Jatigede.
-
Bagaimana cara warga Sumedang kurban ramah lingkungan? Uniknya wadah tahu bernama bongsang digunakan untuk mengganti plastik.
-
Bagaimana mitigasi bencana di Sumut? Salah satu aspek utama dari mitigasi bencana adalah identifikasi risiko dan kerentanannya. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang potensi bencana yang mungkin terjadi di suatu wilayah, seperti gempa bumi, banjir atau badai.Dengan memahami risiko ini, pihak terkait dapat merancang langkah-langkah konkret untuk mengurangi dampak potensial dan meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.
-
Kenapa masyarakat Wehea menjaga hutan dengan pendekatan adat? Melalui pendekatan adat, masyarakat setempat punya tanggung jawab bersama menjaga hutan sebagai sumber kehidupan.
-
Apa itu Kupat Tahu Sumedang? Kupat tahu menjadi salah satu kuliner andalan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.Penganan ini biasanya disantap sebelum memulai aktivitas di pagi hari. Rasanya khas, dengan perpaduan rasa manis dan gurih yang menggugah selera. Kupat tahu wajib dicicipi saat mencari sarapan di kota tersebut.
Harmonisasi ini kemudian melahirkan sebuah budaya yang oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Hajat Uar. Baru-baru ini, kearifan lokal tersebut telah dilaksanakan di pendopo Desa Darmaraja, Kecamatan Darmaraja.
Hajat Uar tak sekedar pelaksanaan upacara adat, melainkan sebuah renungan akan pentingnya harmonisasi manusia dengan alam setelah terjadinya sebuah bencana alam. Berikut informasi selengkapnya.
Sebagai Bentuk Tolak Bala
Dilaksanakannya tradisi Hajat Uar menjadi salah satu cara warga untuk mencegah terjadinya bencana alam maupun kondisi yang merugikan. Hajar Uar juga merupakan ikhtiar dari masyarakat untuk melakukan tolak bala.
Mengutip YouTube Pelosok Sumedang, ada Hajat Uar yang berlangsung pada Minggu, 7 Januari 2024 itu turut dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, BPBD Kabupaten Sumedang hingga perwakilan Keraton Kasumedangan.
Mengajak Agar Masyarakat Bisa Memperlakukan Alam dengan Baik
Disampaikan Radya Anom dari Keraton Kasumedangan, acara ini merupakan ajakan kepada masyarakat agar bisa memperlakukan alam dengan baik. Ini juga merupakan bentuk penghormatan, lantaran manusia banyak bergantung hidup terhadap alam.
Ketika harmonisasi itu terwujud, kejadian bencana alam seperti gempa yang terjadi sejak 31 Desember 2023 itu bisa diminimalisir ke depannya.
Manusia juga diajak untuk merekatkan lagi tali silaturahmi melalui kegiatan kumpul bersama, juga mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan di saat warga ditimpa musibah.
Gunakan Sasaji
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hajat Uar memang jadi tradisi turun temurun khas Kabupaten Sumedang dan sekitarnya dengan melibatkan masyarakat juga hasil alamnya.
Semuanya dikumpulkan di satu tempat seperti pendopo, untuk bersama-sama berdoa dan memberikan nasihat-nasihat penting tentang kekuatan alam dan kehidupan yang harmonis.
Sesuai anjuran nenek moyang, warga akan menyediakan sejumlah sasaji (sesajen) berupa kemenyan, congcot (nasi tumpeng), daging ayam, bekakak ayam, ketupat, tenteng angin, epres (penganan dari campuran kelapa, tepung terigu dan gula putih), otoktowo atau kue tradisional yang berwarna kuning dan coklat serta keras yang terbuat dari tepung terigu dan gula putih.
Ijab Qobul jadi Puncak Acara
Setelah semua sesajen dikumpulkan, juru kunci atau sesepuh kampung akan melanjutkan pembacaan ijab qobul dan doa-doa. Ini untuk memohon ampun kepada Tuhan.
Kemudian upacara ditutup dan warga akan serempak menyantap sajian yang sudah disediakan warga sebagai perekat tali silaturahmi.
Selain di Sumedang, rupanya tradisi ini juga populer di Kabupaten Majalengka, salah sataunya di Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka.
Dilaksanakan Setelah Munculnya Bencana Alam
Disampaikan sesepuh Desa Darmaraja, pelaksanaan Hajat Uar tahun ini berfokus pada perenungan setelah terjadinya gempa bumi yang berlangsung pada akhir hingga awal tahun 2024.
Hajat Uar juga diketahui kerap dilaksanakan setelah terjadi bencana maupun musibah lainnya, seperti gempa bumi, longsor, banjir, ataupun gerhana matahari/bulan yang kerap dianggap sebagai bencana.
Hajat Uar saat ini menjadi kearifan lokal masyarakat Sumednag yang terus dilestarikan di Kecamatan dan Desa Darmaraja.