Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda
Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.

Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.

Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda
Masyarakat Jawa Barat masih memelihara tradisi nenek moyang hingga sekarang, salah satunya Ngalokat Sirah Cai. Kebudayaan ini dibawa oleh para leluhur di masa silam, sebagai salah satu cara untuk hidup bersinergis dengan alam.

Ngalokat Sirah Cai menjadi salah satu acara kebudayaan yang diadakan di waktu-waktu tertentu.
Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air dalam kehidupan sehari-hari.
Ada makna mendalam yang dibawa, sebagai pesan agar manusia bisa terus hidup tanpa merusak lingkungan sekitar

Dirawat oleh Warga Bandung sampai Tasikmalaya
Dalam akun instagram @budayakuring disebutkan bahwa tradisi ini masih dirawat secara turun temurun oleh warga di beberapa daerah Jawa Barat.
Beberapa daerah yang masih melestarikan di antaranya Kampung Legok Kiara, Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Lalu di Desa Cihedeung, Parongpong dan Situ Ciburuy, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat serta sekitar Situ Sanghyang, Kabupaten Tasikmalaya.
Biasanya, Ngalokat Sirah Cai dilaksanakan oleh komunitas warga yang masih memegang teguh adat kebudayaan Sunda.
Memelihara dan Menghormati Air
Merujuk instagram @kampunglegokkiara, tradisi ini menjadi salah satu cara masyarakat untuk menghormati lingkungan melalui air.
Dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa prosesi, seperti berjalan kaki menuju sumber air, menyertakan sesajen sampai berdoa bersama dan melakukan tabur bunga.
Secara bahasa, Ngalokat artinya merawat atau menghormati. Sedangkan Sirah Cai adalah kepala air atau mata air.
Sehingga Ngalokat Sirah Cai dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan menghormati air sebagai zat yang harus dijaga.
Ilustrasi/cimahikota.go.id

Air Melahirkan Kehidupan
Mengutip jurnal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berjudul “Tradisi Ngalokat Cai sebagai Upaya Masyarakat dalam Melestarikan Budaya Situ Sanghyang Kabupaten Tasikmalaya” kegiatan ngalokat cari juga bisa diartikan sebagai mengawinkan air.
Mula-mula air dimasukan ke dalam wadah tanah liat yang dibawa oleh tokoh adat maupun pemangku setempat. Kemudian, air diarak ke sumber lainnya seperti situ atau danau untuk dituang atau dalam bahasa setempat adalah “dikawinkan”.
Secara mendalam, ini merupakan cara orang Sunda untuk bersyukur akan air yang berlimpah.
Mengawinkan dimaknai sebagai menyambut sumber air yang tidak kunjung habis di wilayah tersebut.
Air juga selama ini banyak membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Diiringi Kesenian Rudat
Sementara itu, tradisi Ngalokat Sirah Cai di Tasikmalaya memiliki keunikan dibandingkan di tempat lainnya di Jawa Barat.
Di sana, terdapat kesenian rudat sebagai pengiring acara. Rudat merupakan pertunjukan musik gambus dengan gerakan silat.
Ini juga mengukuhkan bahwa Ngalokat Sirah Cai di Tasikmalaya dan beberapa daerah lainnya yang bernafaskan Islam.
Setelah rudat, acara biasanya ditutup dengan perlobaan rakit kayu di Situ Sanghyang yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tradisi kawin cai/Liputan6
