Vaksin Disebut Bisa Kurangi Angka Kematian Covid-19, Begini Kata Epidemiolog Bandung
Dirinya menyebut, hadirnya vaksin disebutkan bisa mengurangi risiko berbahaya dari virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. Ia juga mengatakan bahwa terdapat kekeliruan yang berkembang di masyarakat, terkait kekebalan kelompok atau herd imunity.
Kehadiran vaksin Covid-19 di Indonesia merupakan harapan baru, di tengah kondisi wabah yang belum menunjukkan adanya penurunan kasus di banyak wilayah. Hal tersebut turut diaminkan oleh pakar Epidemiolog dari Universitas Padjadjaran, dr Panji Fortuna Hadisoemarto.
Dalam Rakor Sub Divisi Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19 se- Jawa Barat, secara virtual Selasa (12/1/2021) lalu dirinya menyebut bahwa hadirnya vaksin disebutkan bisa mengurangi risiko berbahaya dari virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut.
-
Kenapa surat kabar menjadi primadona di Bandung? Di era kejayaannya, surat kabar menjadi primadona bagi masyarakat yang tengah menantikan informasi.
-
Apa yang sebenarnya terjadi di foto-foto yang beredar di media sosial tentang Bandung yang dipenuhi salju? Berdasarkan hasil penelusuran, foto tersebut merupakan hasil suntingan dan telah beredar dari tahun lalu.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Bagaimana Sariban menyebarkan pesan kebersihan di Bandung? Di sepeda tuanya, ia menuliskan pesan untuk masyarakat agar membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Imbauan ini diserukan agar banyak orang yang makin sadar akan kebersihan lingkungan demi masa depan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Kemudian ia juga mengatakan bahwa terdapat kekeliruan yang berkembang di masyarakat, terkait kekebalan kelompok atau herd imunity yang beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan di berbagai media massa.
Lantas bagaimana penjelasan epidemiolog dari Bandung tersebut? Berikut informasinya yang sudah dirangkum merdeka.com.
Vaksin Dapat Mengurangi Angka Kesakitan
Epidemiolog Bandung, dr Panji Fortuna Hadisoemarto
©2021 Jabarprov.go.id/editorial Merdeka.com
Seperti melansir dari jabarprov.go.id, Panji mengatakan bahwa vaksin Covid-19 bisa mengurangi risiko berbahaya seperti angka kesakitan atau kematian akibat virus Corona dalam waktu yang relatif cepat.
Berkurangnya angka kesakitan akan berdampak kepada longgarnya sisi keterisian kasur dan ruangan isolasi di berbagai instansi pelayanan kesehatan khusus Covid-19 seperti rumah sakit rujukan maupun rumah sakit darurat.
“Saat ini tingkat keterisian tempat tidur di kabupaten/kota sudah di atas 80% atau dalam level kritis. Jika angka kesakitan berkurang, pasien yang dirawat pun berkurang sehingga BOR (bed occupancy rate) tidak akan pernah penuh,” ucapnya.
Bisa Mencapai Kekebalan Kelompok
Vaksin tersebut diketahui juga turut menciptakan kekebalan kelompok atau herd imunity. Namun ia mengungkapkan jika efeknya bisa terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun setelah disuntik kepada manusia.
Panji mengatakan, ada pandangan keliru di masyarakat bahwa vaksin dapat membentuk kekebalan kelompok dalam waktu cepat serta vaksin disamakan dengan obat yang dapat menyembuhkan pasien yang terinfeksi Covid-19.
“Kekebalan kelompok paling tidak butuh waktu setahun dari sekarang karena harus mencakup 70 persen penduduk. Kemudian ada tiga faktor yang mendukung keadaan tersebut. Pertama, seberapa tinggi penularan setelah vaksinasi. Vaksin dapat mencegah sakit tapi tidak mencegah penularan. Kedua, seberapa lama perlindungan yang diberikan vaksin kalau penularan (masif) terjadi, herd immunity tidak akan terjadi, dan ke tiga sebanyak apa cakupan masyarakat yang akan divaksin,” terang Panji dalam rakor dengan tema Vaksin untuk Kita, Jabar Siap Vaksinasi.
Ia berpendapat jika Vaksin Sinovac yang disuntikkan di Jabar mulai Kamis (14/1/2021) hari ini. Di mana harus diinjeksi ke satu orang dengan dua dosis atau dua kali penyuntikan, dengan jarak waktu antara penyuntikan pertama dan kedua adalah dua pekan.
Vaksin Sinovac baru akan memberi proteksi setelah dua minggu pasca penyuntikan kedua. Syarat tersebut setidaknya baru 1 persen untuk memenuhi standar herd imunity. Secara nasional orang yang harus divaksin 181,5 juta jiwa. Tahap pertama untuk pekerja di kantor kesehatan berjumlah 1,3 juta jiwa.
“Ini baru satu persen saja, sedangkan herd immunity cakupannya harus 70 persen. Jadi masih buruh waktu kurang kebih satu tahun lagi. Tapi untuk mengurangi angka kesakitan, itu pasti,” terangnya.
Memiliki Tingkat Keamanan Tinggi
Menurut Panji dalam rakor tersebut, sejatinya orang yang positif Covid-19 sebetulnya tidak perlu disuntik vaksin. Namun tidak menutup kemungkinan orang divaksin justru terindikasi positif Covid-19 tanpa diketahui.
“Tapi hingga kini belum ada laporan orang yang demikian mengalami efek samping yang buruk. Setelah disuntik vaksin, orang tidak perlu melakukan isolasi mandiri selama dua pekan. Tapi kan pasti ada yang nanya, kan sudah divaksin kenapa masih pakai masker? Jawab saja, lebih baik dobel perlindungan daripada singel,” tuturnya.
Setelah mengantongi izin penggunaan darurat dari BPOM, termasuk sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia, Panji juga menandaskan bahwa vaksin Covid-19 Sinovac memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk disuntikan kepada masyarakat.