Analisis Potensi Anies Kembali Bertarung di Pilgub DKI
Ada empat syarat mutlak yang dianggap perlu dimiliki oleh kandidat
Analisis Potensi Anies Kembali Bertarung di Pilgub DKI
Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada November mendatang, mulai bermunculan nama-nama kandidat yang disebut akan maju memperebutkan kursi DKI 1.
- Kritik Putusan MA soal Aturan Batas Usia Kepala Daerah, Pakar: Jangan Heran Kalau Masyarakat Curiga
- Mengurai Pasal Dalam Draf RUU Penyiaran yang Jadi Polemik
- Kesimpulan Sidang Sengketa Pilpres di MK, Gugatan Anies dan Ganjar Ditolak Semuanya
- Komisi IX DPR Minta Kemenkes Serius Tangani Kenaikan Kasus DBD
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyebut, mantan Gubernur Jakarta yang juga mencalonkan diri dalam Pemilu 2024, Anies Rasyid Baswedan atau Anies Baswedan memiliki potensi untuk maju lagi ke DKI 1.
Ujang menyebut masih ada banyak kemungkinan siapa saja yang nanti akan mencalonkan diri sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Namun dia berpendapat ada empat hal yang harus dimiliki kandidat agar ideal untuk maju ke DKI 1.
"Pertama soal kapasitas atau kapabilitas atau keahlian, itu harus punya diantara kandidat-kandidat yang muncul itu, kalau tidak ahli, tidak punya kemampuan, tidak punya prestasi, tidak punya rekam jejak yang bagus ya buat apa juga," ucap Ujang saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/3).
Kedua popularitas. Menurutnya, suka tidak suka, senang tidak senang kalau maju sebagai kepala daerah harus punya popularitas.
Ketiga adalah elektabilitas. Menurut Ujang, ini bermakna adanya tingkat keterpilihan yang tinggi di mata warga Jakarta.
"Lalu yang keempat ya isi tas, soal uang, soal rupiah, soal apa namanya gizi ya, yang harus dimiliki oleh seorang kepala daerah entah milik sendiri, entah dari donatur, entah dari apa namanya bandar begitu," terangnya.
Figur seorang calon juga dinilai sangat berpengaruh untuk meningkatkan elektabilitas. Ujang menyebut partai politik cenderung hanya berperan sebagai pendukung untuk memenangkan seorang kandidat.
Investasi politik dan rekam jejak kandidat juga sangat menentukan elektabilitas, melihat budaya masyarakat Jakarta yang kosmopolitan.
"Kalau yang menjanjikan, kalau dalam pemilihan langsung itu, dalam Pilkada khususnya, persona ya, figur. Persona calon. Artinya figuritasnya, artinya pribadi sang kandidat itu, sang calon itu. Jadi yang lebih dominan di situ. Jadi partai itu lebih kepada pengusung pendukung atau menjadi perahu atau tiket bagi sang kandidat," sebutnya.
"ya tergantung dari kerja-kerja politik. Karena masyarakat atau budaya masyarakat jakarta kan kosmopolitan modern ya. Jadi tergantung dari investasi politik dari sang kandidat," tambahnya.
Ujang juga menyebut Anies memiliki kemungkinan untuk maju lagi merebut kursi DKI 1. Ditambah, Ujang menyebut Anies pernah mengumpulkan KTP di akhir jabatannya sebagai gubernur.
"Saya dengar dulu saat Pak Anies selesai jabatannya jadi gubernur pernah mengumpulkan KTP. KTP-KTP untuk seandainya tidak dapat partai kan bisa nyalon dari jalur independen. Sebenarnya bisa jadi bahwa Anies juga bisa maju," ucapnya.
"sekarang sih ya punya potensi untuk maju juga. Karena kalau tidak maju mau ngapain juga," tambahnya.
Reporter magang: Antik Widaya Gita Asmara