DPRD: Tracing Covid-19 di DKI Jakarta Lemah
"Yang masalah adalah 3T, testing kita tidak tahu akurasinya berapa karena tidak pernah dievaluasi. Yang lebih jelek lagi adalah tracing," kata Anggota DPRD DKI Gilbert.
Anggota DPRD DKI Jakarta fraksi PDIP Gilbert Simanjuntak menyoroti tes dan pelacakan penularan Covid-19 oleh Pemerintah Provinsi. Menurutnya, prinsip uji dan pelacakan atau disebut dengan istilah 3 T, testing, tracing, dan treatment, yang dilakukan Pemprov di tengah lonjakan kasus tidak terukur dan transparan.
"Yang masalah adalah 3T, testing kita tidak tahu akurasinya berapa karena tidak pernah dievaluasi. Yang lebih jelek lagi adalah tracing. Data terakhir bulan Mei adalah 1:3, paling baik 1:33, kalaupun dapat 1:10 sudah bagus," jelas Gilbert kepada merdeka.com, Senin (28/12).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu DPK? DPK adalah singkatan dari Daftar Pemilih Khusus. DPK adalah daftar pemilih yang memiliki identitas kependudukan tetapi belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb).
-
Kapan PDRI dibentuk? Walaupun secara resmi radiogram Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut:
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta menangani kasus DBD? Heru menyampaikan, Dinas Kesehatan (Dinkes) telah menangani kasus DBD yang cenderung meningkat dengan melakukan fogging atau tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.
-
Di mana PDRI didirikan? Berawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Politikus sekaligus epidemiolog ini menilai program tracing yang kerap disampaikan eksekutif tidak terlihat dampaknya. Dia menilai tracing justru terlihat seolah tidak jalan.
Pemprov DKI menegaskan kapasitas testing Jakarta melampaui target World Health Organization (WHO), namun Gilbert berpandangan hal itu tidak akan berpengaruh jika kualitas tracing tidak memadai. Terlebih lagi, dalam rangkaian 3T, kualitas tracing lebih penting dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19.
"Testing buat apa kalau tidak diikuti tracing? Karena maksudnya kan untuk tracing. Kalau 2000 kasus, apakah ada 20.000 yg diperiksa? Kemampuan lab tidak mencapai, jadi jangan hanya melebihi WHO. Tracing lebih penting," tandasnya.
Mengutip data dari corona.jakarta.go.id, jumlah orang yang dites secara Polymerase Chain Reaction (PCR) pada Minggu (27/12) sebanyak 10.612 orang, dan 12.424 spesimen.
Kemudian, angka penambahan kasus Covid di DKI mencapai 1.997 kasus. Sehingga akumulasi kasus di Jakarta sebanyak 175.926 kasus. Sementara kasus aktif, pasien Covid-19 yang masih menjalani isolasi dan perawatan, sebanyak itu 14.107 kasus.
Baca juga:
Survei KPAI: 78,17 Persen Peserta Didik Setuju Sekolah Dibuka Januari 2021
NasDem Nilai Belum Perlu Tarik Rem Darurat di DKI Meski Kasus Covid-19 Melonjak
Update 28 Desember: 3.285 Pasien Covid-19 Jalani Rawat Inap di RSD Wisma Atlet
Sekda Bangka Barat Positif Covid-19
VIDEO: GeNose, Alat Tes Covid 19 Lewat Embusan Napas Buatan UGM Siap Beredar