Heru Budi Tahu Riset di China soal Semprot Air Memperparah Polusi
Heru mengatakan, riset di China tersebut menemukan penyemprotan air malah membuat polusi udara makin parah.
Riset di China tersebut menemukan penyemprotan air malah membuat polusi udara makin parah.
Heru Budi Tahu Riset di China soal Semprot Air Memperparah Polusi
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menanggapi kritikan pakar soal penyemprotan air di jalanan Ibu Kota tak efektif mengurangi polusi udara.
Bahkan, semprotan air di jalan dikhawatir justru menguap bersamaan dengan polusi.
- Luhut Sebut Masalah Polusi Udara Bisa Beres 1 Tahun, Mari Elka: Tidak Bisa
- Menkes Usul ke Jokowi Tiru China Tangani Polusi Udara
- Jejak Kaki Misterius Berusia 3,1 Miliar Tahun Ditemukan di China, Diduga Milik Raksasa yang Pernah Menghuni Bumi
- Peribahasa China Bijak, Berisi Pepatah serta Jadi Warisan Tak Lekang oleh Waktu
Heru mengatakan, evaluasi bakal dilakukan terlebih dahulu. Dia mengaku bersedia menghentikan cara tersebut, apabila pembahasan rampung dilakukan serta ditemukan bahwa menyiram jalan tak efektif kurangi polusi di Jakarta.
"Ya nanti akan dibahas. Kalau memang tidak boleh ya saya berhentikan. Gampang,"
kata Heru di acara Diskusi Publik Quick Response Penanganan Kualitas Udara di DKI Jakarta" di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Senin (28/8).
merdeka.com
Heru juga mengetahui hasil sebuah riset di China yang terbit di jurnal National Library of Medicine pada Mei 2021. Riset tersebut menemukan penyemprotan air malah membuat polusi udara makin parah.
"Ya dikritik kan karena ada PM 10 terpecah jadi PM 2.5. Saya tahu itu, tapi di salah satu kota di ASEAN melakukan itu dan memang beda situasi mungkin ya. Tapi mereka melakukan itu,"
ucap Heru.
Lebih lanjut, Heru menyatakan akan menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara. Dia berujar, akan menyampaikan saran ahli dan pakar ihwal penyemprotan air di jalan Ibu Kota.
"Nanti itu saya sampaikan, saya minta syarat, kalau itu enggak boleh ya kita hentikan," kata dia.
"Menurut saya penyemprotan (air di jalan) itu jadi seperti hujan, tapi satu waktu saja. Jadi hujannya tidak merata. Kalau hujan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) agak merata," kata Edvin kepada Liputan6.com, Minggu (27/8).
Edvin menjelaskan, penyiraman air yang hanya dilakukan di situasi tertentu itu dikhawatirkan justru menguap bersama polutan yang ada di tanah.
"Takutnya ini yang kecil tadi kan karena disemprot pada situasi tertentu dan waktu tertentu air yang disemprot itu bisa naik lagi karena menguap, takutnya begitu,"
jelas Edvin.
Adapun kekhawatiran Edvin bukan tanpa alasan. Dia menyebut, berdasarkan hasil sebuah riset di China yang terbit di jurnal National Library of Medicine pada Mei 2021, menemukan penyemprotan air malah membuat polusi udara makin parah.
"Iya saya mengkhawatirkan karena ada catatan dengan yang dari China. Dia kan menyimpulkan begitu kalau sekali saja (penyemprotan) tidak efektif ya," ungkap Edvin.