Kesaksian Penghuni Dengar Suara Gemuruh Sebelum Atap Rusun Marunda Roboh
Penuturan warga, fondasi Rusun Marunda sudah tidak layak
Warga menuturkan, fondasi rusun sudah tidak layak.
Kesaksian Penghuni Dengar Suara Gemuruh Sebelum Atap Rusun Marunda Roboh
Robohnya kanopi di Rumah Susun (rusun) Marunda, Blok C5 menurut penuturan warga disebabkan karena fondasi bangunan yang tak layak. Hal itu dikatakan oleh Ranada, salah satu penghuni.
Menurut Ranada, huniannya terletak tepat di samping pintu belakang rusun yang ambruk ditimpa kanopi.
"Ya, orang sudah sering, sudah sering ambruk di sini. Tiga bulan yang lalu, saya lagi cuci piring, enggak lama saya tinggal, gabruk itu kanopi jatoh, untung saya itu enggak kena. Ya Allah saya bilang masih dilindungin, sering banget di sini," kata Ranada saat ditemui wartawan, Rabu (13/9).
- Anies Dorong BUMN Kolaborasi Tanpa Hambat Perkembangan Swasta
- Puan Lantik Tiga Anggota DPR Baru, Salah Satunya Pengganti Dedi Mulyadi dari Golkar
- Ratapan Warga Korban Kebakaran Dekat RSUD Kebayoran Lama: Pikiran Sudah Kosong, Harus Diikhlasin
- Perjalanan Kasus Dugaan Korupsi yang Menjerat Mentan Syahrul Yasin Limpo
Saat kejadian berlangsung, Ranada mengaku sedang tiduran di huniannya. Ketika detik-detik kejadian, terdengar gemuruh bising dari area samping huniannya.
Ranada yang mendengar dan beberapa warga lain kaget, kemudian bertebaran keluar secara terburu-buru untuk memantau dari mana asal muasal suara gemuruh itu.
"Iya, lagi tiduran di sini, lagi nontonin ceramah di HP, gabruk rubuh semua itu, saya langsung loncat kaget, enggak tahunya di samping, kanopi ambruk. Semuanya kaget, warga kaget, pada lari," tutur Ranada.
Menurut dia, gedung rusun C5 sedari awal jadi bentuk fisiknya sudah tak layak.
Ranada menyebut, sebetulnya bangunan rusun C5 kuat dan kekar, hanya saja terdapat kendala dalam pemasangan paralon sehingga menyebabkan kebocoran secara terus menerus seluruh area gedung rusun C5.
Di sisi lain, Ranada yang sedang berkemas meninggalkan hunian lamanya mengaku setuju dengan adanya relokasi ke Rusun Nagrak. Meskipun, menurutnya, sebagai warga 'kurang mampu', yang bisa dilakukan hanyalah ikut menyetujui program relokasi tersebut.
"Saya mah setuju aja lah daripada pertaruhin nyawa juga, disini udah nggak aman. Daripada kenapa-napa, kita mah nurut aja dah disuruh pindah ya pindah, namanya juga orang 'nggak punya'. Pindah ya pindah," jelas Ranada.
Warga Minta Biaya Sewa Rusun Nagrak Tidak Mahal
Namun, Ranada memohon kepada pemerintah setempat untuk meringankan biaya ketika mendiami Rusun Nagrak, secara perbandingan biaya yang terpaut jauh.
"Ya kita bayar sendiri, itu lagi diusahakan buat subsidi, lagi diminta diusahain, kan di sini kan cuma Rp150.000 yang subsidi, kalau di Rusun Nagrak yang subsidi Rp500.000. Di sini aja pada sudah bayar, apalagi di sana. Kita mah mikirnya, terserah bagaimana nanti begitu aja. Nanti juga ada pertolongan ya dari Allah, Allah yang ngatur," ungkap Ranada.
Soal biaya sewa Rusun Nagrak juga dilayangkan Janadidi, Ketua RW 012 Blok C1-C5. Janadidi berharap pemerintah daerah (pemda) membantu meringankan biaya tinggal saat di Rusun Nagrak, menurutnya, tipe Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) antara rusun di Marunda dan Nagrak menjadi penyebabnya.
"Harapan kami sebagai masyarakat klaster C kepada pemda. Karena yang di Nagrak kan UPRS 3 ya, kalau di sini kan kita UPRS 2, karena notabenenya di Rusun Nagrak kan pake lift, pembayaran juga mahal. Kalau di sini kan yang subsidi Rp150.000 per unit, yang umum Rp300.000. Nah, yang subsidi di sini aja masih banyak yang nunggak," kata Janadidi.