Nostalgia Kombes Krishna Murti di Kalijodo setelah 12 tahun
"Saya paham betul sudut-sudut di sini," kenang Krishna Murti.
Kamis (18/2) malam, satu pleton Sabhara Polda Metro Jaya tiba-tiba menyambangi kawasan Kalijodo, Jakarta. Polisi menggelar operasi penyakit masyarakat di kawasan yang terlanjur dicap kawasan prostitusi dan hiburan malam. Operasi itu langsung dipimpin Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Pol Krishna Murti.
Operasi malam itu untuk memastikan kondisi pemukiman di Kalijodo menjelang pembongkaran betul-betul aman. Krishna mengaku tidak segan menindak warga yang melawan. Apalagi melawan dengan senjata tajam dan senjata api.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
"Kalau ada yang memiliki senjata api atau barang-barang berbahaya, langsung kami sikat. Operasi ini kami lakukan berkala sampai hari pembongkaran," tegas Krishna.
Saat menggelar operasi malam hari, Krishna seolah bernostalgia saat masih menjabat Kapolsek Penjaringan pada 2001-2004. Menurutnya, Ibu Kota Jakarta seharusnya menjadi kota yang beradab. Oleh karena itu, tempat hiburan dan prostitusi di wilayah Kalijodo harus diberantas karena dianggap tak layak ada di Kota Jakarta. "Jakarta seharusnya kotanya beradab, ini (Kalijodo) daerah yang tidak beradab," katanya.
Merdeka.com mencatat nostalgia Krishna Murti ketika kembali ke Kalijodo setelah hampir 12 tahun meninggalkan kawasan itu.
Dulu masuk Kalijodo kayak lorong neraka
Saat mengunjungi Kalijodo, Kamis (18/2) malam, Direktur reserse dan Kriminal Umum Kombes Krishna Murti terbayang saat masih menjabat Kapolsek Penjaringan, beberapa tahun lalu. Beberapa kali Krishna menyambangi Kalijodo yang diisi preman-preman.
"Kalau dulu, mau masuk ke Kalijodo itu kayak masuk lorong neraka. Preman di mana-mana, ada 2000-an. Ini mah sepi, jauh lebih sepi. Kalijodo itu dulu ramai kalau malam. Nah, ini berarti sudah aman, ini harus dipertahankan," kata Krishna, Kamis (18/2).
Bukan rahasia, kawasan lokalisasi Kalijodo dibeking preman. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti punya pengalaman saat menertibkan preman di kawasan itu. Pada 2001, saat masih menjabat Kapolsek Penjaringan, Krishna Murti mengaku ikut membantu Gubernur DKI Jakarta saat itu yakni Sutiyoso, menertibkan kawasan Kalijodo.
"3,5 tahun saya di sana, kami meratakan Kalijodo bersama Gubernur Sutiyoso, preman habis 2.000 orang habis (amankan), perjudian habis," kata Krishna di Polda Metro Jaya, Jumat (12/2)
Dulu tiap minggu ada perang
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengenang Kalijodo sebagai kawasan pusat kejahatan. Dia pernah menceritakan, saat masih menjabat Kapolsek Penjaringan, dia rajin menyambangi Kalijodo untuk melihat situasi dan kondisi di sana. Dari pemetaannya, kerap terjadi konflik berkepanjangan di tiga lokasi perjudian besar. Ada tiga kelompok preman saat itu yakni Bugis-Makassar, Mandar dan Serang.
"Ini lebih aman, kalau dulu tiap minggu ada perang, preman di mana-mana 2000-an (jumlahnya). Jika dibiarkan, ini (Kalijodo) bisa jadi hotspot kejahatan. Sebab ini tempat ilegal, negara tak bisa mengatur yang ilegal. Maka harus ada penataan agar negara bisa hadir ditengah masyarakat," jelas Krishna.
Saya paham setiap sudut Kalijodo
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti kembali menyambangi kawasan Kalijodo pada Kamis (18/2). Satu pleton pasukannya menggelar operasi pada malam hari guna memastikan kondisi pemukiman di wilayah itu betul-betul aman.
"Saya dinas di sini sudah lama ya, sejak masih jadi Kapolsek. Saya paham betul sudut-sudut di sini. Sebelumnya kami sudah masuk, kami sudah masuk dan hasilnya lihat sendirikan. faktanya berbicara ditemukan barang-barang itu," pungkasnya.
Tak cari Daeng Aziz
Dalam sidak ini, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti mengaku tidak berencana mencari keberadaan Daeng Aziz, yang mengaku sebagai tokoh masyarakat Kalijodo. Bukan rahasia, ada hubungan emosional antara Krishna dan Daeng Aziz. Saat masih bertugas di Polsek Penjaringan, Krishna harus berhadapan dengan preman bersenjata ketika hendak 'membersihkan' kawasan Kalijodo dari praktik perjudian.
Termasuk ketika dia bertemu dengan Daeng Aziz. Krishna mengakui pernah ditodong pistol oleh Daeng Aziz. Peristiwa itu juga ditulis dalam bukunya berjudul 'Geger Kalijodo'. Dalam buku itu, Krishna menyebut yang menodongnya adalah bedul.
Namun beda dengan kali ini, Krishna mengaku tidak punya rencana reuni dengan Daeng Aziz. "Enggak ada rencana cari dia (Daeng Azis). Tadi malam saya patroli ke sana terkait dengan kebijakan Kapolda ada operasi pekat dan pemetaan," ujar Krishna di Polda Metro Jaya. Jumat (19/2).
"Ngapain cari dia, emang dia bapak saya?" katanya.
Dia kembali mengenang masa-masa ketika memburu Daeng Aziz dan memenjarakannya. Kini semua sudah berubah. "Saya sudah pernah cari dia, enggak masalah dia kan sudah pernah untuk kasus penodongan dan senpi, sudah pernah ditahan. Jadi dia (sekarang) warga," ucapnya.
Ratakan rumah Daeng Aziz lebih dulu
Direktur Reserse Kriminal Umum Kombes Pol Krishna Murti mengancam akan meratakan wilayah Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, jika menolak tempat tinggalnya ditertibkan. Krishna menklaim bila semua warga sudah setuju atas langkah yang diambil Gubernur DKI Jakarta Basuki Thajaja Purnama alias Ahok.
"Anda kan lihat sudah pada pindah yang ngontrak, warga sudah setuju. Jadi siapa yang nolak? Kalau yang nolak, yang punya rumah ini besok duluan dihancurin selesai kan," ujarnya sambil menunjuk rumah Daeng Azis, Kamis (18/2) malam.
Baca juga:
Cerita pelanggan PSK di Kalijodo ditelanjangi karena tak mau bayar
Ahok minta polisi usut temuan miras, kondom dan sajam di Kalijodo
Menengok kebaktian terakhir warga Kalijodo jelang digusur
Selain rusun, Pemprov DKI berikan bus sekolah buat warga Kalijodo
Menteri Ferry tegaskan Ahok tak perlu ganti rugi warga Kalijodo
Pasca pembongkaran, puluhan petugas oranye bersih-bersih Kalijodo