Pengamat Sebut Perlu Kajian Efektivitas Sistem Kontrol Lalin di Jakarta
Saat ini, dari 321 simpang yang ada di DKI Jakarta, terdapat 162 simpang yang menggunakan sistem ATCS generasi sebelumnya dan setidaknya 20 simpang dengan teknologi AI Traffic Light.
Pengamat transportasi perkotaan ITS (Intelligent Transport System) Indonesia Budi Yulianto mengajak pemerintah, pakar transportasi, dan akademisi mengkaji efektivitas teknologi ATCS (Area Traffic Control System) dan AI Traffic Light untuk mengurai kemacetan di sejumlah simpang jalan DKI Jakarta.
ATCS merupakan sistem pengendalian lalu lintas berbasis teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI) yang diklaim mampu mengoptimasi dan mengkoordinasi pengaturan lampu lalu lintas di setiap persimpangan.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa itu tanaman pengusir lalat? Tanaman pengusir lalat memanfaatkan sifat-sifat tertentu dari minyak esensial atau senyawa kimia yang dihasilkannya untuk menjauhkan lalat dan serangga dari area sekitar.
-
Kapan pantun palang pintu dilantunkan? Pantun palang pintu Betawi biasanya digunakan dalam acara pernikahan atau pertunangan sebagai bagian dari tradisi adat Betawi.
-
Apa itu lapisan lilin putih pada buah anggur? Lapisan lilin putih di kulit anggur bukan dari pestisida, tapi pelindung alami tanaman anggur.
-
Apa yang dilakukan Laksamana Malahayati untuk membalaskan dendam suaminya? Malahayati membunuh Cornelis de Houtman yang merupakan kapten Belanda untuk membalaskan dendam suaminya, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief yang tewas terbunuh dalam perang di perairan Selat Malaka.
-
Kapan Upacara Kukhuk Limau dilakukan? Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, ada dua rangkaian upacara untuk mengiringi kehamilan yaitu Kukhuk Limau yang dilaksanakan pada usia kandungan 5 sampai 8 bulan terhitung sejak sang ibu berhenti haid.
“Traffic signal control penting untuk mengurai kemacetan yang diakibatkan oleh antrean kendaraan di persimpangan lampu lalu lintas, apalagi jika sudah menggunakan teknologi baru yang lebih canggih, maka perlu dilakukan proof of concept atau kajian," kata Budi Yulianto, dilansir dari Antara, Kamis (8/7).
"Memang harus ada bukti, karena pendanaannya dari pemerintah sehingga harusnya dapat memberikan manfaat yang baik,” ucap Budi.
Saat ini, dari 321 simpang yang ada di DKI Jakarta, terdapat 162 simpang yang menggunakan sistem ATCS generasi sebelumnya dan setidaknya 20 simpang dengan teknologi AI Traffic Light.
Beberapa simpang yang dipilih merupakan titik-titik kemacetan panjang karena kepadatan antrean lampu lalu lintas, antara lain di simpang Gunung Sahari - Martadinata, Gunung Sahari - Underpass Angkasa, simpang Hayam Wuruk/Gajah Mada - Sawah Besar dan simpang Harmoni.
Di sisi lain, teknologi AI Traffic Light pada sistem ATCS yang diterapkan mulai Februari tahun ini belum terlihat efektif untuk mengurai dan menurunkan kemacetan di DKI Jakarta.
"Di Jakarta, dalam pengaturan lalu lintas harusnya sudah berorientasi dengan demand responsive. Maksudnya, sistem traffic signal harus responsif terhadap kondisi lalu lintas yang ada, dan terintegrasi ke semua simpang di sekitar," papar Budi
"Teknologi AI yang diklaim ini pun perlu dijelaskan, teknologi AI apa yang dipakai dan menggunakan logika apa, sehingga para akademisi dan pelaku transportasi memahami,” sambung Budi.
Budi melanjutkan, Indonesia menggunakan beberapa konsep sistem lampu lalu lintas, antara lain fixed time traffic signal atau lampu lalu lintas yang pengoperasiaannya menggunakan waktu yang tepat dan tidak mengalami perubahan di setiap ruas jalan.
Kemudian vehicle activated control, yaitu pengaturan traffic light berdasarkan kondisi lalu lintas. Namun tidak semua konsep tersebut sesuai dengan karakter lalu lintas di Indonesia.
"Contohnya sistem ethics balance dari Jerman yang pernah diterapkan di salah satu kota di Indonesia. Sistem ini tidak berhasil dibuktikan dari derajat kejenuhan lalu lintas di atas 0,7," kata dia.
Budi menambahkan, Jerman menggunakan jalan satu jalur tanpa sepeda motor yang berbeda dengan Indonesia. "Karenanya produk dari luar negeri belum tentu bisa digunakan di Indonesia tanpa melalui kajian yang komprehensif dan bisa dibuktikan,” jelas Budi.