Takut dibayangi wajah korban, jambret di Cempaka Putih datangi kantor polisi
Polsek Jagakarsa, kedatangan dua orang tidak dikenal, Minggu sore (8/7). Mereka datang sekitar jam 16.30 WIB langsung menemui petugas yang berjaga di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).
Polsek Jagakarsa, kedatangan dua orang tidak dikenal, Minggu sore (8/7). Mereka datang sekitar jam 16.30 WIB langsung menemui petugas yang berjaga di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).
Belakangan diketahui salah seorang tamu di antaranya merupakan pelaku jambret yang sedang dicari-cari polisi. Dia adalah Sandi Haryanto.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
Oleh petugas, Sandi lalu dibawa ke Polres Metro Jakarta Pusat. Tepat pukul 19.00 WIB diserahkan kepada Kanit Resmob Polres Jakarta Pusat.
Nama Sandi masuk sebagai salah seorang yang sedang diburu selama seminggu terakhir. Dia diduga pelaku yang menjambret Warsilah (37). Peristiwa itu terjadi pada Minggu 1 Juli 2018, di Jalan Ahmad Yani, Cempaka Putih.
Warsilah (37), yang menjadi korban penjambretan pun, tewas saat hendak dalam perjalanan ke Rumah Sakit Mitra Kemayoran.
Wakapolres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Arie Ardian mengatakan, pelaku merupakan pemain lama. Tercatat dia sudah delapan kali menjambret. Wilayahnya di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.
"Dari delapan kali kejadian semua yang diambil handphone dan tas," kata Arie, Senin (9/7).
Terakhir kali, korban nya bernama Warsilah. Arie menjelaskan kronologinya. Saat itu, pelaku sedang mengitari ruas Jalan Cililitan hingga Rawasari. Di Rawasari, pelaku menemukan Warsilah Korban dibuntuti hingga ke Jalan Jenderal Ahmad Yani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
"Kejadian 1 Juli pukul 08.40 WIB. Di lokasi, dia menarik tas korban. Karena refleks menahan tasnya, korban terjatuh," ujar dia.
Arie Ardian menjelaskan, penyelidikan kasus ini melibatkan seluruh Unit Reskrim Polsek dan Polres Metro Jakarta Pusat. Selang berapa lama, tim gabungan lalu menemukan titik terang. Pelaku teridentifikasi.
"Kami cari alat bukti dan kami dapat menemukan CCTV. Dari sana kami berhasil mengantongi ciri-ciri dan identitas pelaku. Diketahui tinggal di Cakung, Jakarta Timur," ujar dia.
Petugas menyebar seluruh wilayah. Termasuk lokasi-lokasi yang diduga sering dikunjungi pelaku. Hasilnya nihil.
"Kami sampai melakukan penyebaran ke Bekasi, tempat para pelaku sering berkumpul. Tidak ketemu. Kami dapat informasi pelaku menyerahkan diri. Kami langsung jemput," ujar dia.
Akhirnya Menyerah
Sandi Haryanto, (27) membeberkan alasannya memilih menyerahkan diri ketimbang terus bersembunyi. Dia mengaku dihantui perasaan bersalah selama pelariannya.
Sandi menjelaskan, perasaan gelisah muncul sejak mengetahui korban yang dijambret meninggal dunia dari media online.
Perasaannya selama pelarian, ungkap Sandi, sangat tak karuan. Dia kerap terbayang wajah korban jambret di Cempaka Putih.
"Saya tujuh hari wara-wari di jalan. Saya bingung saya mau ke mana. Saya dibayang-bayangi wajah korban. Perasaan jadi takut dan gelisah," kata dia.
Dia mengatakan, selama tujuh kali menjambret, belum ada satu pun korbannya sampai meninggal dunia.
"Yang ini tewas karena terjatuh mempertahankan barangnya. Dan saya baru tahu korban tewas tiga hari setelahnya," ujar Sandi.
Sandi mengaku memutuskan menemui pamannya pada Minggu, 8 Juli 2018 untuk curhat dan meminta solusi.
"Saya cerita dengan sejujurnya kali ini saya punya masalah," terang dia.
Usai bercerita panjang. Sandi meminta diantar ke kantor polisi terdekat.
"Saya bilang, tolong antarkan saya ke kantor polisi terdekat karena saya punya masalah seperti ini. Akhirnya Beliau mau mengantarkan saya," kata Sandi.
Ibarat nasi sudah menjadi Bubur. Penyesalan Sandi pun tidak berarti. Kini dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum.
Namun, Sandi berjanji akan menemui keluarga korban bila sudah menghirup udara bebas. "Saya mau minta maaf. Saya minta maaf sebesar-sebesarnya atas perbuatan saya. Saya menyesal dan mengaku salah," ucap dia.
Kasus ini, kata Sandi, akan dijadikan untuk memperbaiki diri. "Saya bertobat. Keluar dari penjara mau menjalani hidup dengan apa adanya. Saya tahu pasti banyak enggak nerima," ujar dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Janji penjambret Cempaka Putih pada keluarga korban
Sandi serahkan diri karena terus dihantui wajah korban selama pelarian
Sandi Haryanto ngaku menjambret di Cempaka Putih cuma sampingan
Begini cara penjambret Cempaka Putih mengincar mangsanya
Penjambret di Cempaka Putih yang menewaskan Warsilah sudah 8 kali beraksi