5 Fakta Elang Jawa, Burung Legendaris Asal Tanah Jawa yang Terancam Punah
Burung Elang Jawa adalah salah satu spesies endemik yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Konon, lambang Burung Garuda yang menjadi lambang Negara Indonesia terinspirasi dari burung ini. Ini dikarenakan pada masa perjuangan dulu burung ini banyak dijumpai pada hutan-hutan di kawasan Pulau Jawa.
Burung Elang Jawa adalah salah satu spesies endemik yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Konon, lambang Burung Garuda yang menjadi lambang Negara Indonesia terinspirasi dari burung ini. Ini dikarenakan pada masa perjuangan dulu burung ini banyak dijumpai pada hutan-hutan di kawasan Pulau Jawa.
Seiring pembangunan pesat yang terjadi di Pulau Jawa, kini spesies endemik itu terancam punah. Dilansir dari Liputan6.com, banyak pemburu liar yang tak bertanggung jawab menculik anak Elang Jawa yang masih kecil dan belum bisa terbang dari sangkarnya.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Selain itu, kawasan hutan yang kian menyempit dan sifat biologis hewan yang hanya bertelur dua tahun sekali juga memicu kelambatan perkembangbiakan Elang jawa. Berikut fakta seputar Elang Jawa yang telah merdeka.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (1/4/2020).
Ciri Khas Elang Jawa
2015 Merdeka.com
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, Elang Jawa merupakan salah satu spesies endemik di Pulau Jawa. Burung itu memiliki ciri khas berupa jambul di atas kepala dengan panjang 12 cm. Selain itu, sebagai spesies berukuran sedang, Elang Jawa memiliki tubuh dengan panjang 56-70 cm dan memiliki rentang sayap selebar 110-130 cm.
Elang Jawa memiliki bunyi nyaring yang tinggi. Burung yang memiliki nama ilmiah Spizaetus Bartelsi itu secara sekilas mirip dengan Elang Brontok baik dari suaranya maupun ketika ia terbang. Namun Elang Jawa memiliki warna yang lebih kecokelatan.
Habitat Elang Jawa
2015 merdeka.com/muchlisa choiriah
Pada zaman dahulu, Elang Jawa dapat ditemukan di hampir seluruh hutan-hutan lereng gunung yang ada di Pulau Jawa. Namun, selain daerah lereng gunung, keberadaan Elang Jawa sulit ditemukan. Habitat burung ini hanya sebatas berada di wilayah hutan primer dan daerah peralihan antara dataran rendah dan pegunungan.
Sementara itu, sebagai burung pemangsa Elang Jawa sering bertengger di pohon-pohon yang tinggi. Dilansir dari Indonesia.go.id, selain memangsa burung-burung kecil seperti Puai dan Walik, burung ini juga memangsa mamalia kecil seperti tupai, musang, bahkan anak monyet.
Populasi Elang Jawa
2019 Merdeka.com/Imam Buhori
Tidak diketahui pasti berapa jumlah populasi Elang Jawa yang masih hidup kini. Berdasarkan jurnal yang diterbitkan Menteri Kehutanan berjudul Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa pada tahun 2013, kemungkinan jumlah populasi maksimum burung itu hanyalah sebanyak 200 ekor.
Populasi Elang Jawa tidak bisa berkembang cepat karena burung itu merupakan tipe burung monogami yang hanya kawin dengan satu pasangan seumur hidupnya. Kebanyakan penelurannya terjadi pada paruh pertama tahun, yaitu mulai dari Januari sampai Juli.
Terancam Punah
2019 Merdeka.com/Imam Buhori
Karena keberadaannya yang terancam punah, para ilmuwan berusaha melakukan konservasi atas burung ini. Walau begitu, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Hal ini disebabkan semakin rusaknya habitat hewan tersebut dan perburuan serta perdagangan illegal yang diyakini terus meningkat khususnya pada kota-kota besar di Jawa.
Dilansir dari jurnal yang berjudul Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa (2013), pada 2004 ada sebanyak 20 ekor Elang Jawa diperdagangkan pada beberapa pasar burung di Pulau Jawa. Pada tahun itu pula sebanyak 10 ekor Elang Jawa dikirim ke Korea Selatan melalui Jakarta dan 11 ekor dikirim ke Taiwan dan Singapura melalui Surabaya.
Dipilih Jadi Lambang Negara
Pada 1950, dilakukan sebuah sayembara untuk pemilihan lambang negara. Dari sayembara itu, dipilihlah rancangan Burung Garuda milik Sultan Hamid II dari Pontianak.
Dilansir dari Indonesia.go.id, rancangan itu mengalami perbaikan dan masukan dari Presiden Soekarno. Untuk membedakannya dengan Bald Eagle yang menjadi simbol negara Amerika Serikat, Presiden Soekarno kemudian menambahkan jambul di kepala garuda. Jambul di atas kepala identik dengan Elang Jawa.