8 Mitos Seputar Olahraga yang Salah Kaprah, Tak Perlu Dipercaya
Terdapat berbagai anggapan tidak benar tentang olahraga yang perlu diketahui faktanya.
Olahraga merupakan aktivitas yang perlu dilakukan secara rutin setiap hari. Ini tidak lain karena berolahrga rutin dapat menunjang kesehatan tubuh yang lebih baik. Rajin berolahraga juga dapat meningkatkan imun dan mencegah berbagai penyakit.
Sayangnya, terdapat berbagai mitos seputar olahraga yang berkembang dan sering kali menimbulkan kesalahpahaman. Mulai dari anggapan bahwa olahraga harus lama, olahraga harus banyak berkeringat, hingga mitos tentang jenis-jenis latihan dan dampaknya.
-
Siapa yang punya mitos ini? Mitos anak terakhir menikah dengan anak terakhir menurut adat Jawa dalam primbon mengatakan bahwa pernikahan sesama anak bungsu akan membawa kemalangan dan ketidakberuntungan bagi hubungan tersebut.
-
Bagaimana mitos bisa menyebar? Mitos sering kali disampaikan melalui transmisi lisan dari generasi ke generasi, meskipun ada juga mitos yang ditulis dalam bentuk teks.
-
Kapan mitos umumnya diceritakan? Mitologi atau mitos merupakan kumpulan cerita tradisional yang biasanya diceritakan secara dari generasi-kegerasi di suatu bangsa atau rumpun bangsa meyadur dari buku Akulturasi Budaya Banjar di Banua Halat (2011).
-
Apa arti dari mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang.
-
Apa arti dari mitos menurut konteks ini? Mitos artinya cerita kepercayaan, yang tidak hanya berupa narasi fantastis semata, melainkan juga cerminan dari keyakinan, nilai, dan pengalaman suatu masyarakat.
-
Di mana mitos biasanya muncul? Mitos menceritakan tentang terjadinya alam semesta dan bentuk topografi, keadaan dunia dan para makhluk penghuninya, serta deskripsi tentang para makhluk mitologis.
Untuk meluruskan anggapan ini, berikut kami rangkum berbagai mitos seputar olahraga dan penjelasan faktanya, bisa disimak.
1. Nyeri setelah olahraga adalah tanda otot sedang terbentuk
Mitos seputar olahraga yang pertama yaitu nyeri setelah olahraga dipercaya tanda otot sedang terbentuk. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat. Nyeri setelah olahraga, yang sering dikenal dengan istilah Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS), adalah tanda bahwa otot sedang beradaptasi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi selama latihan. Namun, jika nyeri berlangsung lama atau semakin parah, ini bisa menandakan adanya cedera akibat teknik olahraga yang salah atau beban latihan yang berlebihan.
Sangat penting untuk menghentikan latihan jika nyeri tidak kunjung mereda atau mengganggu aktivitas sehari-hari. Melanjutkan latihan dalam keadaan nyeri yang berkepanjangan justru dapat memperparah kondisi otot dan meningkatkan risiko cedera lebih jauh. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan pelatih atau ahli kebugaran untuk mendapatkan evaluasi yang tepat mengenai teknik olahraga dan program latihan yang sesuai.
2. Semakin lama berolahraga, semakin baik
Mitos seputar olahraga berikutnya berkaitan dengan durasi yang lama. Mitos olahraga yang umum beredar adalah bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan untuk berolahraga, semakin baik manfaatnya bagi tubuh. Namun, durasi yang lama tidak selalu menjamin hasil yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, namun dengan intensitas yang tepat dan konsistensi, dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada kebugaran tubuh.
Sebenarnya, 20-30 menit olahraga secara rutin sudah cukup untuk meningkatkan kebugaran. Kualitas dari latihan yang dilakukan dan konsistensi dalam melakukannya jauh lebih penting daripada hanya memperpanjang durasi olahraga. Dengan fokus pada intensitas dan variasi dalam latihan, seperti kombinasi aerobik dan kekuatan, kita dapat mendapatkan manfaat yang optimal tanpa harus berjam-jam di gym.
Jadi, alih-alih terjebak pada mitos bahwa durasi adalah segalanya, sebaiknya utamakan konsistensi dan kualitas dalam berolahraga untuk mencapai tujuan kesehatan yang lebih baik.
3. Tidak boleh makan setidaknya 2 jam setelah olahraga
MItos seputar olahraga selanjutnya berkaitan dengan aturan makan. Mitos bahwa tidak boleh makan setidaknya 2 jam setelah olahraga adalah keliru. Setelah berolahraga, tubuh memerlukan asupan nutrisi segera untuk mempercepat pemulihan dari kelelahan dan nyeri otot. Menunda makan justru dapat menyebabkan Anda merasa lapar dan berpotensi makan berlebihan saat akhirnya makan.
Makanan yang mengandung karbohidrat dan protein sangat penting setelah berolahraga. Karbohidrat membantu mengisi kembali cadangan energi, sementara protein diperlukan untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan otot yang rusak. Dengan mengonsumsi makanan bergizi setelah berolahraga, Anda mendukung proses pemulihan, sehingga tubuh dapat kembali berfungsi optimal.
Oleh karena itu, penting untuk tidak mengabaikan waktu makan setelah berolahraga. Memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup sangat membantu dalam mengoptimalkan pemulihan dan mencegah cedera. Jadi, jangan ragu untuk makan setelah olahraga!
4. Rajin sit-up agar perut rata
Mitos seputar olahraga lainnya berhubungan dengan target perut rata. Sit-up sering dianggap sebagai solusi utama untuk mengecilkan perut buncit, namun pendekatan ini tidak cukup efektif jika dijadikan satu-satunya cara. Meskipun sit-up dapat membantu meningkatkan massa otot di area perut, mereka tidak membakar lemak secara signifikan. Untuk mencapai perut yang lebih rata, penting untuk mengkombinasikan sit-up dengan olahraga kardio yang membantu membakar kalori.
Olahraga kardio, seperti lari, bersepeda, atau renang, sangat penting karena dapat menciptakan defisit kalori, yang diperlukan untuk mengurangi lemak di seluruh tubuh, termasuk di perut. Selain itu, tubuh juga membutuhkan waktu untuk beristirahat agar dapat membentuk otot dengan baik. Tanpa istirahat yang cukup, proses pemulihan otot terhambat, dan hasil dari latihan menjadi kurang optimal.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang maksimal, tidak hanya melakukan sit-up dengan rutin, tetapi kombinasikan juga dengan olahraga kardio dan tetap beri tubuh waktu istirahat yang cukup. Dengan cara ini, perut buncit bisa lebih mudah dikendalikan dan memberikan hasil yang lebih efektif.
5. Olahraga lari tidak baik untuk lutut
Mitos seputar olahraga yang kelima yaitu tentang olahraga lari. Mitos olahraga lari tidak baik untuk lutut adalah anggapan yang tidak benar. Berbagai studi menunjukkan bahwa lari dapat meningkatkan massa otot kaki dan kepadatan tulang, yang justru memberi manfaat bagi kesehatan lutut. Jika seseorang memiliki kondisi lutut yang normal dan berat badan ideal, berlari tidak akan berdampak buruk pada lutut sama sekali.
Namun, penting untuk diingat bahwa latihan kekuatan sangat diperlukan untuk menurunkan risiko cedera. Latihan kekuatan membantu memperkuat otot dan ligamen di sekitar lutut, sehingga memberikan dukungan ekstra saat berlari. Kombinasi antara lari dan latihan kekuatan yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan lutut dan mencegah cedera.
Jadi, jangan ragu untuk berlari jika Anda sehat dan mematuhi prinsip latihan yang tepat. Olahraga lari bukan hanya baik untuk kebugaran fisik, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan lutut Anda, selama dilakukan dengan cara yang benar.
6. Pagi hari adalah waktu ideal berolahraga
Mitos seputar olahraga berikutnya yaitu berkaitan dengan waktu ideal berolahraga. Pagi hari sering dianggap sebagai waktu ideal untuk berolahraga karena banyak manfaat yang bisa didapatkan. Ini tidak sepenuhnya salah, sebab olahraga di pagi hari terdapat udara segar yang menyegarkan, membantu meningkatkan suasana hati dan fokus sepanjang hari. Olahraga di pagi hari juga dapat meningkatkan energi dan metabolisme, memberikan dorongan positif untuk aktivitas sehari-hari.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada waktu khusus yang paling tepat untuk berolahraga. Konsistensi adalah kunci utama dalam mencapai tujuan kebugaran. Jika seseorang tidak terbiasa bangun pagi, olahraga di siang atau sore hari juga merupakan alternatif yang baik. Keduanya dapat memberikan manfaat yang sama, seperti meningkatkan kebugaran, kesehatan jantung, dan kebugaran mental.
Jadi, apapun waktu pilihan Anda, yang terpenting adalah melakukannya secara teratur. Dengan komitmen dan konsistensi, Anda akan merasakan manfaat dari olahraga kapanpun Anda melakukannya.
7. Berat badan akan turun lebih cepat kalau banyak keringat
Mitos seputar olahraga selanjutnya yaitu berkaitan dengan banyak tidaknya keringat. Berkeringat banyak memang sering diasosiasikan dengan penurunan berat badan, namun penting untuk diketahui bahwa ini tidak secara langsung berhubungan dengan penurunan berat badan yang permanen. Keringat biasanya berfungsi untuk mendinginkan tubuh dan kehilangan cairan, sehingga penurunan berat badan yang terjadi adalah sementara, terutama jika seseorang tidak cukup minum air untuk menggantikan cairan yang hilang.
Sebaliknya, strategi pengurangan berat badan yang efektif harus meliputi olahraga yang tepat dan seimbang, serta pola makan yang sehat. Mengandalkan keringat sebagai indikator keberhasilan dalam menurunkan berat badan dapat menyesatkan, karena berat badan yang hilang akibat dehidrasi tidak akan bertahan lama.
Penting untuk memiliki pemahaman yang benar tentang mitos berkeringat dalam konteks penurunan berat badan. Keringat bukanlah tanda seberapa banyak lemak yang terbakar, melainkan reaksi tubuh terhadap suhu dan aktivitas fisik. Kesadaran akan hal ini dapat membantu kita mengambil langkah-langkah yang lebih realistis dan sehat dalam mencapai tujuan penurunan berat badan.
8. Memulai olahraga di usia lanjut tidak memberikan efek pada kesehatan
Mitos seputar olahraga yang terakhir disebut bahwa memulai olahraga di usia lanjut tidak akan memberikan efek apa pun bagi kesehatan. Faktanya, memulai olahraga di usia lanjut tetap memberikan efek positif yang signifikan bagi kesehatan. Olahraga ringan seperti tai chi, yoga, atau pilates sangat bermanfaat dalam mempertahankan kepadatan tulang dan mencegah pengeroposan. Latihan-latihan ini membantu meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan otot, yang semuanya penting untuk menjaga mobilitas dan kemandirian.
Meskipun usia telah lanjut, penting untuk tetap aktif. Aktivitas fisik tidak hanya mendukung kesehatan fisik tetapi juga berkontribusi pada kesehatan mental dengan mengurangi risiko depresi dan meningkatkan suasana hati. Dengan rutin berolahraga, tubuh dapat beradaptasi dan membentuk respons positif dalam peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
Oleh karena itu, jangan ragu untuk memulai rutinitas olahraga, meskipun di usia lanjut. Investasi dalam kesehatan sekarang akan membawa manfaat jangka panjang, menjadikan Anda lebih bugar dan aktif di tahun-tahun mendatang.