5 Mitos Olahraga Lari yang Sering Disalahpahami, Simak Faktanya
Terdapat beberapa mitos olahraga lari yang tak berdasar dan perlu diluruskan.
Lari merupakan olahraga murah dan sederhana yang bisa dilakukan siapa saja. Cukup memiliki niat, Anda bisa segera mengenakan sepatu dan mulai lari secara rutin sebagai latihan fisik setiap hari. Olahraga ini dapat membantu membuat tubuh sehat dan bugar.
Namun, ternyata terdapat beberapa mitos olahraga lari yang beredar dan masih dipercaya masyarakat. Mulai dari anggapan pemanasan tidak perlu dilakukan sebelum lari, lari aman dilakukan setiap hari, lari tidak baik untuk kesehatan lutut, hingga meluruskan kaki setelah lari untuk mencegah varises.
-
Apa manfaat lari untuk kesehatan? Studi baru ini mempertimbangkan kelompok yang lebih besar dalam tiga dekade.Menariknya, pelari yang menyelesaikan 1,6 km dalam 4 menit pada tahun 1960an, memiliki harapan hidup yang lebih besar dibandingkan pelari yang mencapai prestasi tersebut dalam beberapa dekade berturut-turut.
-
Kenapa cedera lutut sering terjadi pada olahraga lari? Cedera lutut sering dialami dalam olahraga yang melibatkan lari dan melompat. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko cedera pada persendian lutut karena tekanan berlebih.
-
Mengapa atlet lari hidup lebih lama? 'Meskipun kami tidak dapat menentukan penyebab kematian sebagian besar pelari, penelitian yang melaporkan pengendara sepeda Tour de France dan kelompok atlet Olimpiade (termasuk pelari jarak menengah hingga jarak jauh) menunjukkan bahwa efek umur panjang terutama dimediasi oleh penurunan tingkat penyakit kardiovaskular dan kanker. kematian terkait,' tulis Foulkes dan rekannya.
-
Kenapa mitos tentang berolahraga saat hamil masih dipercaya? Banyak orang yang masih percaya bahwa ibu hamil tidak boleh berolahraga karena dianggap berbahaya bagi janin.
-
Bagaimana cara melakukan lari di tempat dengan benar? - Pertama, berdiri tegak dengan kedua kaki membuka selebar pundak. Pastikan punggul dalam kondisi netral dan lurus.- Kedua, angkat lutut hingga setara pinggang kemudian mendarat dengan lembut.- Ketiga, saat kaki menyentuh tanah, angkat kaki lainnya dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya.
-
Kenapa sebaiknya hindari olahraga berlebihan sebelum berlari? Sebelum berlari, sebaiknya tidak melakukan pemanasan atau olahraga lain secara berlebihan. Melakukan push-up, squat, atau angkat beban yang berlebihan bisa membuat kamu merasa lelah dan kakimu menjadi berat.
Berikut kami rangkum berbagai mitos olahraga lari dan penjelasan faktanya yang perlu disimak.
1. Tidak Perlu Pemanasan Sebelum Lari
Mitos olahraga lari yang pertama, yaitu tidak perlu pemanasan sebelum lari. Ini adalah anggapan yang keliru. Pemanasan adalah langkah penting yang tidak boleh dilewatkan sebelum berolahraga. Pemanasan tidak hanya melibatkan peregangan otot statis, tetapi juga gerakan dinamis seperti leg swings, lunges, dan butt kicks. Latihan ini sebaiknya dilakukan selama 5-10 menit sebelum berlari.
Dengan melakukan pemanasan, otot dapat beradaptasi dengan baik sebelum menjalani aktivitas yang lebih intens. Persiapan yang tepat ini membantu meningkatkan sirkulasi darah dan fleksibilitas otot, sehingga mengurangi risiko cedera yang mungkin terjadi saat berlari. Tanpa pemanasan, otot berisiko mengalami ketegangan atau cedera lainnya akibat perubahan aktivitas yang tiba-tiba.
Jadi, jangan anggap sepele pentingnya pemanasan sebelum lari. Luangkan waktu untuk melakukan peregangan dinamis sebagai bagian dari rutinitas Anda agar dapat berlari dengan aman dan efektif.
2. Lari Setiap Hari Aman
Mitos olahraga lari berikutnya disebut bahwa lari setiap hari itu aman. Ini juga termasuk anggapan keliru yang perlu diluruskan. Meskipun lari adalah olahraga yang bermanfaat, berlari setiap hari tanpa memberi waktu bagi otot untuk pulih dapat meningkatkan risiko cedera. Otot dan sendi membutuhkan waktu untuk memperbaiki diri setelah latihan intensif, dan tanpa pemulihan yang cukup, pemula dapat mengalami kelelahan serta masalah jangka panjang.
Kombinasi cross-training dengan olahraga lain, seperti berenang dan bersepeda, dapat menjadi alternatif yang lebih baik. Olahraga ini memberikan variasi, mengurangi stres pada otot tertentu, dan membantu meningkatkan kebugaran secara keseluruhan. Ini sangat penting khususnya bagi pemula yang baru memulai rutinitas olahraga.
Konsistensi dalam berolahraga jauh lebih penting daripada sekadar frekuensi. Dengan merencanakan waktu untuk istirahat dan mencoba berbagai jenis olahraga, Anda dapat mencapai tujuan kebugaran tanpa merisikokan kesehatan. Ingat, pemulihan otot adalah kunci untuk mencapai performa terbaik dalam lari dan olahraga lainnya.
3. Lari Tidak Baik untuk Kesehatan Lutut
Mitos olahraga lari selanjutnya yaitu disebutkan bahwa lari tidak baik untuk kesehatan lutut. Namun, penelitian menunjukkan bahwa berlari, terutama lari ringan atau rekreasional, dapat meningkatkan kekuatan tulang dan ligamen, yang justru memperkuat struktur sendi. Aktivitas ini membantu mencegah masalah kesehatan persendian dan tidak menimbulkan risiko bagi mereka yang memiliki kondisi lutut yang normal dan berat badan yang sehat.
Sebaliknya, kurangnya aktivitas fisik malah dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan ligamen, sehingga meningkatkan risiko cedera. Meski demikian, bagi individu yang mengalami osteoarthritis atau kelebihan berat badan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program lari. Dengan pendekatan yang sesuai, lari dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang mendukung kesehatan lutut dan seluruh tubuh. Jadi, jangan terjebak dalam mitos. Alih-alih berbahaya, lari justru membawa manfaat yang signifikan bagi kesehatan lutut
4. Lari Tanpa Alas Kaki Mengurangi Risiko Cedera
Mitos olahraga lari yang keempat yaitu berkaitan tentang penggunaan alas kaki. Anggapan bahwa lari tanpa alas kaki dapat mengurangi risiko cedera sebenarnya tidak berdasar. Lari tanpa alas kaki justru dapat meningkatkan risiko cedera karena adanya benda tajam, seperti pecahan kaca atau batu, yang mungkin tidak terlihat di permukaan. Selain itu, lari tanpa alas kaki dapat memberikan tekanan berlebih pada otot dan sendi kaki, karena kaki tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan saat melakukan gerakan berulang.
Pentingnya menggunakan sepatu lari yang nyaman dan melindungi kaki tidak dapat diabaikan. Sepatu lari dirancang khusus untuk menyerap dampak dan memberikan stabilitas, sehingga mengurangi risiko cedera. Perlindungan yang ditawarkan oleh sepatu lari sangat penting, terutama bagi pelari yang masih dalam tahap latihan atau mereka yang berlari di permukaan yang tidak rata.
Mengandalkan sepatu lari sebagai perlindungan saat berlari lebih bijak daripada berlari tanpa alas kaki, yang justru meningkatkan potensi cedera. Dengan memilih sepatu lari yang tepat, Anda bisa menjaga kesehatan kaki dan meningkatkan pengalaman berlari.
5. Meluruskan Kaki Setelah Olahraga Untuk Mencegah Varises
Mitos olahraga lari lainnya yaitu anjuran meluruskan kaki untuk mencegah varises. Meluruskan kaki setelah olahraga lari bukanlah langkah untuk mencegah varises. Sebaliknya, aktivitas ini berfungsi untuk membantu otot-otot kaki menjadi lebih relaks dan menghindari kram, pegal, atau kaku setelah berolahraga. Setelah melakukan aktivitas fisik, otot-otot kita perlu dipulihkan melalui proses pendinginan yang baik.
Melakukan pendinginan setelah olahraga sangat penting untuk kesehatan otot. Pendinginan dapat membantu mengembalikan denyut jantung ke tingkat normal dan mengurangi risiko cedera. Selain itu, pendinginan juga membantu dalam proses pemulihan serta meredakan ketegangan pada otot.
Jangan lupa melakukan peregangan sebagai bagian dari rutinitas pasca-olahraga. Peregangan yang tepat dapat mengoptimalkan relaksasi otot, meningkatkan fleksibilitas, dan meminimalkan rasa nyeri yang mungkin muncul di hari-hari berikutnya. Dengan mengintegrasikan meluruskan kaki, pendinginan, dan peregangan, kita dapat menjaga kesehatan otot dan menghindari masalah yang lebih serius di kemudian hari.