8 Negara yang Tidak Terkena Sinar Matahari, Ketahui Penyebab dan Dampaknya
Terdapat beberapa negara yang tidak terkena sinar matahari karena fenomena polar night.
Bagi masyarakat Indonesia, paparan sinar matahari menjadi hal yang akrab ditemukan setiap hari. Ini tidak lain karena Indonesia termasuk negara tropis yang mendapatkan sinar matahari cukup banyak.
Namun, tahukah Anda jika terdapat beberapa negara yang tidak terkena sinar matahari dalam periode tertentu. Dengan kata lain, di waktu tertentu negara-negara ini mengalami malam yang panjang, bahkan tidak terjamah sinar matahari.
-
Kapan matahari tidak terbenam di Svalbard, Norwegia? Masih di Norwegia, tepatnya di Svalbard, wilayah paling utara dari Benua Eropa, matahari terus bersinar sejak 10 April-23 Agustus.
-
Di mana negara yang tidak memiliki nyamuk? Nyamuk ditemukan di hampir setiap negara di dunia, kecuali Islandia dan Antartika.
-
Negara mana yang mengalami midnight sun selama 20-21 jam? Selanjutnya ada Greenland. Negara yang terletak di wilayah Samudera Atlantik Utara ini memiliki durasi siang yang lama, yaitu sekitar 20 hingga 21 jam mulai dari April hingga akhir Agustus.
-
Bagaimana pengaruh fenomena matahari tidak terbenam di Finlandia terhadap kebiasaan tidur penduduknya? Mereka yang tinggal di Finlandia akan merasakan matahari terus bersinar selama sekitar 73 hari selama musim panas. Kondisi itu menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat di negara itu mengurangi waktu tidurnya selama musim panas dan lebih banyak tidur di musim dingin.
-
Apa saja negara yang jarang dikunjungi turis? Di dunia ini, setidaknya terdapat 15 negara yang paling jarang dikunjungi oleh turis.
-
Kapan Bumi akan benar-benar tidak dapat dihuni? Ini karena, jarak Bumi dari matahari terus bertambah 0,25 selama 5 miliar tahun ke depan.
Berikut, kami rangkum berbagai negara yang tidak terkena sinar matahari dan penyebabnya, bisa disimak.
Negara yang Tidak Terkena Sinar Matahari
Pertama, akan dijelaskan beberapa negara yang tidak terkena sinar matahari. Tidak ada negara di dunia yang sepenuhnya tidak terkena sinar matahari. Namun, ada beberapa tempat di dunia yang mengalami periode tertentu tanpa sinar matahari sama sekali atau hampir tidak mendapatkan sinar matahari dalam waktu yang lama, terutama di daerah yang berada di Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Tempat-tempat tersebut mengalami fenomena yang disebut malam kutub (polar night). Beberapa negara yang memiliki wilayah yang mengalami malam kutub adalah:
1. Norwegia: Kota-kota seperti Tromsø dan Svalbard di Norwegia mengalami malam kutub. Di Svalbard, malam kutub bisa berlangsung hingga tiga bulan (sekitar pertengahan November hingga akhir Januari).
2. Swedia: Bagian utara Swedia, seperti Kiruna, juga mengalami malam kutub selama beberapa minggu hingga lebih dari sebulan.
3. Finlandia: Di utara Finlandia, seperti di kota Utsjoki, ada malam kutub selama hampir dua bulan.
4. Rusia: Di Rusia, bagian utara seperti Murmansk mengalami malam kutub yang bisa berlangsung lebih dari 40 hari.
5. Kanada: Di bagian utara Kanada, terutama di wilayah Nunavut dan Yukon, beberapa kota mengalami malam kutub selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
6. Amerika Serikat (Alaska): Di Alaska, kota seperti Barrow (Utqiaġvik) mengalami malam kutub dari akhir November hingga akhir Januari.
7. Islandia: Meskipun tidak seluruhnya gelap, di beberapa bagian utara Islandia seperti Akureyri, ada periode yang hampir tanpa sinar matahari selama beberapa minggu di musim dingin.
8. Greenland: Bagian utara Greenland, seperti di kota Qaanaaq, mengalami malam kutub yang berlangsung selama beberapa bulan.
Penyebab Fenomena Polar Night
Setelah mengetahui beberapa negara yang tidak terkena sinar matahari, berikutnya dijelaskan lebih lanjut tentang polar night. Polar night adalah fenomena di mana matahari tidak terbit sama sekali selama beberapa hari hingga beberapa bulan, tergantung seberapa dekat lokasinya dengan kutub.
Fenomena malam kutub (polar night) terjadi karena kombinasi dari beberapa faktor astronomis dan geofisika. Berikut adalah beberapa penyebab utama fenomena ini:
1. Kemiringan Sumbu Bumi
Sumbu bumi miring sekitar 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya mengelilingi matahari. Kemiringan ini menyebabkan perubahan musim dan mempengaruhi jumlah cahaya matahari yang diterima oleh setiap wilayah di bumi.
Selama musim dingin di salah satu kutub (Utara atau Selatan), sumbu bumi miring menjauh dari matahari. Akibatnya, daerah di sekitar kutub tersebut tidak mendapatkan cahaya matahari langsung, yang menyebabkan malam kutub.
2. Lokasi Geografis (Lintang)
Daerah yang terletak di atas Lingkaran Arktik (66,5° Lintang Utara) atau di bawah Lingkaran Antarktik (66,5° Lintang Selatan) mengalami malam kutub. Semakin dekat lokasi tersebut ke kutub, semakin lama durasi malam kutubnya.
Di Kutub Utara dan Kutub Selatan, malam kutub dapat berlangsung hingga enam bulan karena posisi geografisnya yang ekstrem.
3. Gerakan Revolusi Bumi Mengelilingi Matahari
Bumi mengelilingi matahari dalam waktu sekitar 365,25 hari. Selama orbitnya, kutub-kutub bumi mengalami variasi dalam penerimaan sinar matahari. Ketika belahan bumi utara miring menjauh dari matahari, wilayah di sekitar Kutub Utara mengalami musim dingin dan malam kutub. Sebaliknya, ketika belahan bumi selatan miring menjauh, wilayah di sekitar Kutub Selatan mengalami malam kutub.
4. Pembiasan Cahaya Atmosfer
Meskipun matahari berada di bawah cakrawala selama malam kutub, pembiasan cahaya melalui atmosfer dapat membuat langit terlihat sedikit lebih terang, terutama saat matahari berada tepat di bawah cakrawala. Namun, ini tidak cukup untuk menghasilkan siang hari yang sebenarnya.
5. Rotasi Bumi
Rotasi bumi pada sumbunya tidak secara langsung menyebabkan malam kutub, tetapi berkontribusi pada pola siang dan malam di seluruh dunia. Di wilayah kutub, rotasi bumi dan kemiringan sumbu berarti bahwa matahari dapat tetap di bawah cakrawala selama beberapa minggu hingga bulan, tergantung pada kedekatan dengan kutub.
6. Efek Albedo
Meskipun bukan penyebab langsung, efek albedo (pemantulan sinar matahari oleh permukaan es dan salju) dapat memengaruhi kondisi cahaya di wilayah kutub. Permukaan putih yang luas dari es dan salju mencerminkan sebagian besar cahaya yang sampai ke daerah tersebut, sehingga daerah kutub tetap lebih gelap dan lebih dingin selama periode malam kutub.
7. Fenomena Perubahan Iklim
Perubahan iklim tidak secara langsung menyebabkan malam kutub, tetapi bisa memengaruhi durasi dan intensitas kondisi cuaca di wilayah kutub, seperti meningkatnya suhu yang dapat mempengaruhi distribusi es laut dan salju, yang pada gilirannya bisa berdampak pada kondisi cahaya selama malam kutub.
Dampak Polar Night
Setelah mengetahui beberapa negara yang tidak terkena sinar matahari, terkhir dijelaskan dampak dari polar night. Fenomena malam kutub (polar night) memiliki berbagai dampak terhadap lingkungan, kehidupan manusia, dan makhluk hidup lainnya di daerah kutub. Dampaknya dapat berupa perubahan fisik, biologis, psikologis, serta ekonomi. Berikut adalah beberapa dampak utama dari fenomena malam kutub:
1. Dampak Lingkungan dan Ekosistem
Hibernasi dan Adaptasi Hewan: Banyak hewan di wilayah kutub beradaptasi dengan malam kutub melalui hibernasi atau penurunan aktivitas metabolik untuk menghemat energi. Misalnya, beruang kutub akan memasuki fase hibernasi parsial.
Perubahan Pola Migrasi: Beberapa spesies burung dan hewan lainnya akan bermigrasi ke daerah yang lebih hangat atau dengan kondisi pencahayaan lebih baik untuk menghindari malam kutub.
Penurunan Aktivitas Tumbuhan: Tumbuhan di daerah kutub akan mengalami dormansi (masa tidak aktif) karena kurangnya cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ekosistem tundra.
2. Dampak Ekologis
Perubahan Dinamika Rantai Makanan: Kurangnya cahaya matahari dapat mengganggu proses fotosintesis, yang merupakan dasar dari rantai makanan di banyak ekosistem. Hal ini dapat mempengaruhi populasi plankton dan hewan-hewan yang bergantung padanya, seperti ikan dan mamalia laut.
Penurunan Aktivitas Fitoplankton: Di perairan es laut, malam kutub mengurangi pertumbuhan fitoplankton, yang menjadi sumber makanan utama bagi banyak organisme laut. Hal ini dapat berdampak negatif pada produktivitas laut di wilayah kutub.
3. Dampak Terhadap Kesehatan dan Psikologis Manusia
Gangguan Afektif Musiman (Seasonal Affective Disorder, SAD): Kurangnya sinar matahari selama malam kutub dapat menyebabkan gangguan suasana hati seperti SAD, yang ditandai dengan gejala depresi, kelelahan, dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.
Gangguan Tidur: Tidak adanya cahaya alami dapat mengganggu ritme sirkadian atau jam biologis tubuh manusia, menyebabkan kesulitan tidur, insomnia, atau gangguan tidur lainnya.
Kekurangan Vitamin D: Kurangnya paparan sinar matahari dapat menyebabkan defisiensi vitamin D, yang penting untuk kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan infeksi.
Kelelahan Mental dan Fisik: Malam kutub yang berkepanjangan bisa menyebabkan perasaan kelelahan dan penurunan energi karena kurangnya cahaya dan aktivitas luar ruangan.
4. Dampak Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Penurunan Aktivitas Ekonomi: Kurangnya cahaya dan suhu ekstrem selama malam kutub dapat menghambat aktivitas ekonomi, terutama di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Misalnya, pariwisata yang bergantung pada kegiatan luar ruangan dapat berkurang drastis.
Biaya Energi yang Tinggi: Selama malam kutub, kebutuhan untuk penerangan buatan dan pemanasan meningkat signifikan, yang dapat menyebabkan biaya energi yang lebih tinggi bagi penduduk dan pemerintah.
Aksesibilitas yang Terbatas: Kondisi cuaca ekstrem dan kegelapan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi transportasi dan logistik, membuat akses ke daerah-daerah ini menjadi lebih sulit dan meningkatkan biaya untuk pengiriman barang dan layanan.