Bangunan Tua di Pelosok Wonogiri Ini Diduga Peninggalan Kiai Tunggul Wulung, Begini Penuturan Sesepuh Setempat
Bangunan ini dalamnya kosong. Dibersihkan setahun sekali pada momen hari-hari besar.
Bangunan ini dalamnya kosong. Dibersihkan setahun sekali pada momen hari-hari besar.
Bangunan Tua di Pelosok Wonogiri Ini Diduga Peninggalan Kiai Tunggul Wulung, Begini Penuturan Sesepuh Setempat
Di Dusun Jurang, Desa Pijiharjo, Kecamatan Manyaran, Wonogiri, terdapat sebuah bangunan tua yang konon sudah ada sebelum tempat itu dipenuhi permukiman warga. Bangunan itu dinamakan Sasono Tunggul Wulung.
-
Bagaimana Ki Ageng Pandanaran menemukan Kiai Tunggul Wulung? Ki Ageng Pandanaran melakukan pencarian itu dengan mengikuti arah benang yang ia bawa.
-
Bagaimana suasana di Wana Wisata Gubug Payung? Walaupun di siang hari, suasana tempat wisata yang terbengkalai itu terasa seram. Di sekelilingnya, tumbuh deretan pohon jati dengan ukuran yang besar dan tinggi.Tampak di tempat itu masih ada beberapa bekas tempat duduk untuk bersantai. Masing-masing tempat duduk itu dinaungi oleh sebuah payung yang tiangnya terbuat dari batang pohon jati.
-
Siapa yang mencari Kiai Tunggul Wulung? Utusan Kerajaan Demak, Kiai Pandanaran, diminta untuk mencari Kiai Tunggul Wulung.
-
Bagaimana suasana Kampung Kawangi? Berbeda dengan rumah makan sejenis, Kampung Kawangi benar-benar menyuguhkan suasana perkampungan alami, layaknya di desa Sunda zaman dulu.
-
Bagaimana suasana di jalan Gunung Sumbul saat kabut turun? Tampak dalam video, asap putih kabut menyelimuti seluruh area di lokasi, hingga membuat siapapun yang melintas menjadi tenang.
-
Bagaimana suasana Telaga Saat saat kabut turun? Keindahan Telaga Saat akan semakin terlihat saat kabut mulai turun di sore hari.
Bagian dalam bangunan tua itu benar-benar kosong. Saat kanal YouTube Wonogiren masuk ke dalam bangunan itu, tampak yang ada di dalam hanyalah potongan kayu serta tangga bekas mimbar yang tak lagi digunakan.
Menurut keterangan narator dari kanal YouTube Wonogiren, bangunan itu baru saja dibersihkan. Oleh warga setempat bangunan itu paling tidak dibersihkan setahun sekali.
Karyono, Sesepuh Dusun Jurang yang mengaku sudah berusia 102 tahun, bercerita bahwa bangunan Sasono Tunggul Wulung punya cerita sejarahnya sendiri.
Karyono bercerita, alkisah dulu seorang tokoh bernama Kiai Tunggul Wulung yang bertentangan dengan Kiai Pandanaran. Saat itu, Kiai Tunggul Wulung datang ke Dusun Jurang untuk mementaskan pertunjukan wayang.
Namun di tengah pertunjukan itu, datanglah Kiai Pandanaran. Mereka saling berseteru tentang suatu hal sampai saling melempar peralatan wayang yang ada di hadapan mereka.
“Kelirnya dilempar ke Pasar Kelir, gendernya ke Gunung Gender, panggungnya ke Gunung Panggung, kotaknya ke Gunung Kotak, tumpengnya ke Gunung Tumpeng,” kata Karyono.
- Pencuri Ini Ketakutan Diburu Polisi, Pilih Serahkan Diri Usai Bobol Gudang Milik Ketua KY
- Bangunan Bersejarah di Wonogiri Ini Kini Terbengkalai Bak Rumah Hantu, Ini Kisah di Baliknya
- Melihat Kehidupan Warga di Kampung Tengah Pegunungan Kapur Wonogiri, Sepi karena Banyak yang Merantau
- Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit
Karyono mengatakan, kemungkinan perselisihan dipicu oleh perbedaan keyakinan. Berdasarkan penuturannya, Kiai Pandanaran merupakan seorang muslim, sementara Kiai Tunggul Wulung merupakan seorang budha.
Karyono melanjutkan, setelah peristiwa itu, Kiai Pandanaran meninggal dunia dan dimakamkan di daerah Bayat, Klaten, begitu pula dengan Kiai Tunggul Wulung yang meninggal dan dimakamkan di daerah Gunung Sumilir yang berada di selatan Bayat.
Karyono tidak tahu betul peristiwa itu terjadi tahun berapa. Yang ia tahu bahwa peristiwa tersebut telah terjadi, dan bangunan Sasono Tunggul Wulung sudah ada sebelum tempat itu menjadi perkampungan penduduk.
“Dulu rumahnya lebih kecil. Tidak seperti ukuran seperti itu,” kata Mbah Karyono dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.