Beranggotakan Maling dan Pelacur, Ini Kisah Pasukan Rahasia dari Yogyakarta di Era Kemerdekaan
Strategi ini pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi pejuang revolusi
Strategi ini pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi pejuang revolusi
Beranggotakan Maling dan Pelacur, Ini Kisah Pasukan Rahasia dari Yogyakarta di Era Kemerdekaan
Kondisi Kota Yogyakarta setelah momen kemerdekaan benar-benar tidak kondusif. Saat itu para begal dan maling banyak berkeliaran. Para pencopet beroperasi tak kenal waktu. Saat malam hari, tempat-tempat pelacuran berkembang di setiap sudut kota.
-
Kapan semut berevolusi? Lebih dari itu, semut berhasil melakukan semua ini tanpa adanya bentuk pemerintahan atau kepemimpinan langsung, tetapi mereka telah bertahan jauh lebih lama dan jauh lebih berhasil daripada spesies lain yang berevolusi sekitar 140 hingga 168 juta tahun yang lalu.
-
Apa yang dilakukan Harsono pada masa revolusi fisik? Pada zaman revolusi fisik, Harsono menjadi penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
-
Mengapa menurut Tan Malaka, revolusi terjadi secara alami? Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan.
-
Kapan Revolusi Sosial di Sumatra Timur terjadi? Gerakan Kaum Komunis Lahirnya revolusi sosial di Indonesia dipicu oleh gerakan sosial oleh rakyat terhadap penguasa Kesultanan Melayu yang terjadi pada bulan Maret 1946.
-
Kenapa Revolusi Sosial terjadi di Sumatra Timur? Gerakan Kaum Komunis Lahirnya revolusi sosial di Indonesia dipicu oleh gerakan sosial oleh rakyat terhadap penguasa Kesultanan Melayu yang terjadi pada bulan Maret 1946. Hal ini tak lepas dari peran kaum Komunis yang ingin menghapus sistem kerajaan dengan alasan anti feodalisme.
-
Apa yang terjadi selama Revolusi Sosial di Sumatra Timur? Revolusi Sosial di Sumatra Timur yang bukan lagi melulu soal kesultanan maupun orang Melayu. Siapapun bisa memiliki kekuasaan penuh atas tanah yang mereka miliki.
Kondisi tersebut sangat dikeluhkan oleh Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Ia meminta Mayor Jenderal Moestopo untuk membersihkan penyakit masyarakat di wilayah Yogyakarta.
Alih-alih menertibkan para pembuat onar di masyarakat, Mayjen Moestopo justru memberdayakan mereka untuk ikut berjuang dalam perang revolusi. Dia mengirim para perampok, copet, dan pelacur ke daerah-daerah pendudukan Belanda.
Tak diduga, pihak Belanda kewalahan menghadapi strategi dari Mayjen Moestopo. Kondisi sosial di daerah yang mereka duduki jadi kacau balau. Para tentara Belanda banyak yang terkena penyakit kelamin berkat operasi senyap para pelacur revolusi.
Dikutip dari kanal YouTube Indonesia Insider, sejarawan Australia Robert Cribb mengatakan, senjata yang diperoleh para pejuang revolusi diperoleh dari hasil mencuri dari bantuan sejumlah wanita tuna susila. Oleh Jenderal Moestopo, para maling dan pelacur diberi bekal pendidikan militer. Ia meminta Kolonel TB Simatupang untuk mengajari mereka. Setelah itu, Moestopo membentuk sebuah pasukan bernama Terate, singkatan dari Tentara Rahasia Tertinggi. Di dalamnya bergabung Barisan Maling (BM) dan Barisan Wanita Pelacur (BWP).
Dilansir dari kanal YouTube Indonesia Insider, BWP sukses menjatuhkan mental pasukan Belanda yang terkena penyakit kelamin. Sementara BM sukses mencuri alat-alat militer seperti senjata, teropong, dan baju-baju militer.
- Sejarah Askar Perang Sabil, Pasukan Pejuang Kemerdekaan di Era Revolusi yang Dibentuk Para Ulama Yogyakarta
- Siasat Kuburan Palsu Buatan PKI di Lubang Buaya
- Ketua Pemenangan Ungkap Strategi Ganjar Jelang Pendaftaran Capres-Cawapres 2024
- Mengenal Supit Urang, Lorong di Keraton Surakarta yang Dibuat untuk Menjebak Musuh
Sayangnya strategi Moestopo itu kemudian menjadi senjata makan tuan di kemudian hari. Karena adanya pasukan pelacur, pasukan republik yang merasa kesepian ikut terkena penyakit kotor. Tak cukup sampai di situ, barisan para maling tak hanya menjarah markas pasukan Belanda. Mereka juga mencuri rumah warga biasa. Kondisi ini menambah masalah bagi pasukan republik.
Bahkan pada akhirnya Mayjen Moestopo jadi korban maling dari salah satu anggota Pasukan Terate. Suatu hari ia melapor kepada Letkol Sukanda bahwa ia kehilangan baju. Bukannya segera menyelidiki, Sukanda malah tertawa terbahak-bahak. Moestopo pun bingung atas reaksi dari Letkol Sukanda.
Moestopo akhirnya membubarkan pasukan itu karena banyak membawa masalah. Namun usai perang, para anggota barisan wanita pelacur (BWP) tak lagi melacur. Banyak dari mereka yang kemudian menikah dengan para pemuda teman seperjuangan mereka.