Berawal dari Hobi Bertani, Kelompok Ibu-Ibu di Sleman dapat 'Green House' dari BRI
Berawal dari kesamaan hobi bercocok tanam, ibu-ibu di Padukuhan Karangploso, Maguwoharjo, Sleman, mendirikan sebuah kelompok wanita tani. Berkat kiprah dalam memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, mereka memperoleh hadiah program CSR berupa 'green house' dari BRI.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari resmi berdiri pada 29 Januari 2020. Kelompok itu terbentuk berawal dari kesamaan hobi bercocok tanam para ibu-ibu di Padukuhan Karangploso, Kalurahan Maguwoharjo, Depok, Sleman.
“Awalnya dari 'rasan-rasan'. Karena kita punya kesamaan hobi menanam di pekarangan masing-masing gitu. Waktu itu kami sudah punya rencana gimana kalau kita buat komunitas sendiri,” kata Sri Harnani (57) Ketua KWT Mentari saat ditemui Merdeka.com pada Jumat (16/6).
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Untuk mengisi waktu, mereka rajin ikut pelatihan di berbagai tempat. Dari pelatihan-pelatihan itu mereka semakin bersemangat untuk bertani. Apalagi hasil pertanian dapat mereka olah untuk menghasilkan makanan yang sehat.
Demi mewujudkan keinginan memiliki kelompok tani sendiri, mereka mengadakan pertemuan. Pada awalnya yang bergabung dalam pertemuan itu ada 10 ibu-ibu.
©Instagram/@kwtmentari
Saat itu mereka belum punya lahan untuk bertani. Sebuah gereja di padukuhan tersebut punya lahan kosong yang tidak dimanfaatkan. Pengurus gereja mengizinkan mereka untuk mengelola lahan itu secara cuma-cuma. Lahan kosong itu kemudian dipercantik dengan sebuah kebun kecil yang terdiri dari aneka tanaman sayur mayur. Jenis sayurannya beragam, ada selada, bayam, kangkung, timun Jepang, buncis, dan berbagai jenis lainnya. Begitu panen, mereka bisa langsung menjual hasil dari kebun mereka.
“Lokasinya benar-benar di dekat gereja. Jadi tiap minggu kan di gereja ada kebaktian. Kami bisa jual di situ. Setelah mereka selesai kebaktian baru mereka bisa mampir dan membeli olahan sayur kita,” ungkap Sri Harni.
Tak hanya menjual sayur mayur, di sana mereka juga menjual produk jamu bubuk. Produk itu mereka buat setelah mendapat pelatihan pembuatan jamu bubuk yang pernah mereka ikuti.
“Saat dijual produk kami sudah punya PIRT dan label halal,” lanjut Sri Harni.
Produk jamu inilah yang kemudian menjadi keunikan KWT Mentari. Apalagi tak lama setelah dibentuk, dunia dilanda pandemi COVID-19. Saat itu, Presiden Joko Widodo menyebut jamu dan empon-empon sebagai minuman berkhasiat penguat daya tahan tubuh agar tidak terkena Virus COVID-19. Tak heran produk jamu yang dijual KWT Mentari laku keras waktu itu.
Mereka membuka tempat jualan itu dari pagi sampai malam. Penghasilan yang diperoleh dari berjualan jamu bisa menjadi tambahan penghasilan mereka di tengah krisis ekonomi akibat pandemi.
“Jadi untuk dampak pandemi benar-benar tidak terasa. Karena kami punya penghasilan (dari berjualan jamu),” kata Sri Harnani.
Dapat Hadiah Green House
©Instagram/@kwtmentari
Keberhasilan ibu-ibu KWT Mentari mengatasi badai krisis di masa pandemi menarik perhatian Bank Rakyat Indonesia (BRI). Melalui program Coorporate Social Responsibility (CSR) Srikandi, BRI memberikan hadiah berupa rumah kaca. Di dalam rumah kaca tersebut mereka bercocok tanam secara hidroponik.
Selain itu, mereka juga diminta memberi pelatihan pada KWT lain. Salah satunya adalah komunitas ibu-ibu di Kawasan Wisata Bendhung Lepen, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
“Saat itu Ibu Erick Thohir minta di tempat itu ada ‘hijau-hijau’-nya. Akhirnya kita dipasrahi mendampingi ibu-ibu di sana untuk membuat KWT dan membuat rumah hidroponik,” kata Nining Widodo, salah satu anggota KWT Mentari.
Dalam sebulan, KWT Mentari memperoleh omzet sekitar Rp3-5 juta dari penjualan sayur mayur serta produk jamu mereka. Rini (58), salah satu anggota KWT Mentari, mengakui bahwa omzet itu cukup kecil untuk dibagi ke para anggotanya. Namun baginya, yang paling penting dari itu adalah pemerataan kesejahteraan bagi para anggota.
“Jadi inti dari semua kegiatan yang kami lakukan adalah pemberdayaan. Bagaimana caranya anggota kita sukses. Walau kas kita sedikit, yang penting adalah anggota kita sejahtera. Yang penting lingkungan kita sejahtera. Bahkan dari modal penghasilan yang diperoleh, ada anggota yang membuka katering sendiri,” kata Rini.
©Instagram/@kwtmentari
Tak hanya menyejahterakan ibu-ibu di lingkungan, keberadaan KWT Mentari menarik minat para mahasiswa untuk melakukan studi di kelompok itu. Mereka datang dari berbagai kampus seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST), UPN Veteran, UIN Sunan Kalijaga, hingga Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).
Mereka menjadikan KWT Mentari sebagai objek penelitian untuk skripsi.
Aditya Ananta Putra, salah satu mahasiswa yang melakukan penelitian di KWT Mentari, mengatakan bahwa ia tertarik meneliti KWT Mentari sebagai penerima program CSR dari BRI. Apalagi CSR itu diberikan dalam rangka memperingati Hari Kartini dan juga untuk mengembangkan kelompok tersebut.
Tak bisa dipungkiri, KWT Mentari benar-benar merasakan manfaat dari program BRI. Apalagi pada Jumat (16/6) lalu, KWT Mentari merupakan satu dari 11 UMKM yang mendapat kesempatan untuk mengikuti bazar yang diadakan di Kantor Wilayah Bank BRI Yogyakarta.
“Dengan adanya acara seperti ini kita dapat kesempatan untuk memasarkan produk, meluaskan pasar, dan belajar dari peserta lainnya. Ini sangat membantu kita, dan bisa membuat kita makin sejahtera,” pungkas Rini.