Kalurahan Pleret Bangun Kios Baru Manfaatkan Program Desa Brilian, Begini Dampaknya Bagi Pelaku UMKM
Mereka memanfaatkan bangunan senilai Rp500 juta hasil Program Desa Brilian. Namun mereka dikenakan tarif sewa lebih mahal untuk bisa berjualan di sana.
Mereka memanfaatkan bangunan senilai Rp500 juta hasil Program Desa Brilian. Namun mereka dikenakan tarif sewa lebih mahal untuk bisa berjualan di sana.
Kalurahan Pleret Bangun Kios Baru Manfaatkan Program Desa Brilian, Begini Dampaknya Bagi Pelaku UMKM
Pada Desember 2022, Kalurahan Pleret, Kabupaten Bantul, terpilih sebagai salah satu penerima program Desa Brilian dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan adanya program itu, Kalurahan Pleret mendapat suntikan bantuan dana sebesar Rp500 juta.
Besarnya dana itu dimanfaatkan oleh Pemerintah Kalurahan Pleret untuk membangun tempat jualan pelaku UMKM di timur Lapangan Kanggotan. Setelah bangunan tempat jualan itu rampung dibangun, para pedagang UMKM yang sebelumnya berjualan di pinggir jalan dipindah ke bangunan baru tersebut.
-
Apa itu Desa BRILian? Keberhasilan dan inovasi Desa Trawas membuat wilayah ini meraih penghargaan Desa BRILian dari BRI.
-
Apa yang dilakukan BRI untuk UMKM binaannya? Dukungan inilah yang berusaha diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Sebagai bank yang fokus di segmen UMKM, BRI menorehkan prestasi membanggakan. 2 UMKM binaannya berhasil unjuk gigi di Pameran Dagang Internasional bergengsi, New York (NY) Now Summer Market 2023 yang diselenggarakan pada 13 – 16 Agustus 2023 lalu di Jacob K. Javits Convention Center, New York, Amerika Serikat.
-
Apa itu Desa BRIlian? Desa BRIlian merupakan program yang diadakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
-
Apa bantuan yang diberikan BRI kepada pelaku UMKM di Desa Sambirejo? Program Desa BRIlian dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Desa Sambirejo turut berkontribusi dalam mengembangkan sektor UMKM penduduk setempat. Di samping memberikan pelatihan atau bantuan alat produksi, mereka juga memberikan uang beasiswa untuk anak-anak pelaku UMKM yang masih bersekolah.
-
Kenapa Desa Kemudo jadi Desa BRILian? Di tahun itu pula, BRI menetapkan Desa Kemudo sebagai Desa BRILian dan masuk kategori juara satu batch pertama.
-
Bagaimana BRI kurasi UMKM di BRILIANPRENEUR? Aspek kurasi yang dilakukan meliputi design inovasi produk, dampak sosial & lingkungan, kemampuan ekspor, pencapaian UMKM dan apresiasi yang pernah diraih oleh UMKM Pendaftar.
Adanya Program Desa Brilian dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) idealnya bisa membantu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bisa mengembangkan usahanya.
Namun hal itu sepertinya tidak dirasakan Uma Ismawati (47), pedagang Soto Lamongan yang sehari-hari berjualan di bangunan baru itu.
Sejak menempati bangunan baru itu, pembelinya justru berkurang. Padahal saat ia masih berjualan di selatan lapangan di mana bangunan itu belum ada, dagangannya lebih laku.
“Sebenarnya lebih ramai di sana (selatan lapangan) soalnya kalau di sana lokasinya di pinggir jalan utama. Kalau di sini cuma jalan alternatif,” keluh Uma.
Selain itu, harga sewa bangunan baru itu juga lebih mahal. Setiap bulan, ia harus membayar Rp300 ribu untuk sewa tempat ke pemerintah kalurahan. Saat masih berjualan di selatan lapangan, ia hanya membayar sewa tempat Rp60 ribu.
Uma sudah berujualan Soto Lamongan sejak tahun 2015. Setiap Bulan Ramadan ada larangan dari Pemerintah Kalurahan Pleret untuk berjualan pada siang hari. Maka saat bulan suci ia berjualan dari sore hingga malam hari dengan menu pecel lele.
“Tapi sejak pandemi kita berhenti jualan malam. Jadi mulai besok Ramadan kita libur total semuanya,” ujarnya saat ditemui Merdeka.com pada Minggu (10/3).
Tak hanya harga sewa tempat yang makin mahal, Uma harus dihadapkan pada tantangan lain. Dari hari ke hari, makin banyak warga yang membuka usaha kuliner. Apalagi saat masa pandemi COVID-19 lalu, warga yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan, setelah di-PHK membuka usaha kuliner sendiri.
Karena makin banyak usaha kuliner yang buka, para pelanggan warungnya mulai beralih ke warung kuliner yang baru.
Bila Uma sudah berjualan di sekitar Lapangan Kanggotan sejak sembilan tahun lalu, Ngadiono Subekti (61) jauh lebih lama lagi. Ia sudah berjualan di sana sejak tahun 1988.
“Waktu itu belum ada pedagang-pedagang kayak gini. Cuma saya sendiri,” kata Ngadiono.
Selama berjualan di sana, Ngadiono sudah banyak melewati masa-masa sulit seperti saat krisis moneter dan krisis ekonomi pandemi COVID-19.
Walau sudah lama menjadi seorang pelaku UMKM, namun usahanya tetap stagnan.
“Tapi Alhamdulillah tetap stabil,” kata Ngadiono saat ditemui di warungnya.
Dalam sehari, ia bisa menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp300-500 ribu.
Selama hampir 36 tahun lebih, ia sudah merasakan beberapa kali penggusuran. Ia bersyukur saat ini menempati tempat yang lebih layak.
Walau sudah mendapat tempat layak untuk berjualan melalui Program Desa Brilian, baik Uma maupun Ngadiono tak ingin program itu berhenti pada pembangunan saja.
Mereka ingin agar para UMKM dibina agar menghasilkan produk lebih variatif dan terbebas dari masalah ekonomi.
“Kalau bisa jangan buat kuliner-kuliner lagi. Soalnya di sekitar sini banyak tanah milik desa yang dimanfaatkan buat usaha kuliner. Sekarang penjual yang baru pada banting harga, kasihan pedagang lama seperti saya,”
curhat Uma terkait keadaan persaingan bisnis kuliner di tempatnya saat ini saat ditemui Merdeka.com pada Minggu (10/3)
Sementara itu Ngadiono ingin baik Pemerintah Kalurahan maupun BRI lebih memperhatikan nasib pelaku UMKM, terutama dari sisi perekonomian mereka.
“Kita usaha gini kan demi memerangi kemiskinan. Kalau nggak usaha masak gini terus. Jadi kita harus punya peningkatan. BRI dan kelurahan bisa memperhatikan bagaimana meningkatkan perekonomian kami agar terbebas dari kemiskinan,” tutur Ngadiono.
Di depan kios tempat para pelaku UMKM berjualan di Lapangan Kronggahan itu, tertempel sebuah papan bertuliskan “BRI Peduli”. Tapi apakah pihak BRI memang benar-benar “peduli” terhadap nasib mereka?
Peraturan Desa
Lurah Pleret, Taufik Kamal, mengatakan bahwa pembangunan pendopo tempat berjualan pelaku UMKM itu merupakan bantuan yang diberikan BRI terkait Program Desa BRILian.
Desa Pleret sendiri mendapatkan penghargaan itu karena memiliki banyak situs peninggalan masa lalu, di antaranya Situs Masjid Kauman, Situs Keraton Kerto, Sumur Gumuling, dan masih banyak lagi.
Lebih lanjut, Taufik mengatakan kalau pembangunan pendopo itu dilakukan sebagai pendukung daya tarik situs. Untuk menyesuaikan tema cagar budaya, pendopo itu dibangun dengan gaya arsitektur khas Jawa.
"Jadi kalau orang ke sini kan biasanya ingin berwisata sejarah. Kalau mereka capek dan mau jajan di mana? Nah itu bisa ke kios UMKM yang ada di pendopo itu," kata Taufik.
Setiap pelaku UMKM yang menempati bangunan itu untuk berjualan dikenakan biaya sewa Rp300.000 per slot tiap bulannya. Di pendopo tersebut ada 12 slot tempat berjualan UMKM yang disewakan.
Apabila slot terisi semua, maka pendopo UMKM itu bisa menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,6 juta per bulannya.
Taufik mengatakan, penetapan biaya sewa itu sudah ditentukan dalam peraturan kalurahan yang sudah disepakati semua elemen. Baginya, tarif itu tidak memberatkan pelaku UMKM, justru harga itu terhitung murah karena jika dihitung per hari tarif sewanya hanya Rp10.000.
"Menurut saya ini tidak mahal. Kalau misal mereka jualan makanan seperti soto misalnya, seharusnya Rp10.000 per hari itu tidak memberatkan," pungkas Taufik