Sulap Kotoran Ternak Jadi Pupuk Bernilai Ekonomi Tinggi, Pria Asal Sleman Ini Menghasilkan Rp40 Juta per Bulan
Karena dikelola dengan baik, bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang.
Karena dikelola dengan baik, bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang.
Sulap Kotoran Ternak Jadi Pupuk Bernilai Ekonomi Tinggi, Pria Asal Sleman Ini Menghasilkan Rp40 Juta per Bulan
Pada masa pandemi COVID-19, Sigit Aris dan teman-temannya di Dusun Kalisoro, Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman merasakan krisis ekonomi dan kesulitan mencari pekerjaan. Kondisi tersebut membuat mereka berinisiatif untuk mengembangkan bisnis pengelolaan pupuk.
“Kami bersama warga memanfaatkan kotoran-kotoran yang tidak terpakai untuk diolah menjadi produk yang lebih bernilai,” ujar Sigit Aris seperti dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
-
Bagaimana proses pengolahan kotoran sapi jadi pupuk? Berdasarkan pantauan, pupuk-pupuk ini mulanya dikumpulkan dan difermentasi selama dua bulan. Selama itu, tiap hari para pegawai melakukan penyiraman pupuk menggunakan cairan prebiotik dan tetes tebu (molasses) untuk meningkatkan kandungan mineralnya.
-
Siapa yang mengolah limbah jadi pupuk? Setiap hari para petugas di rumah potong hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Banten sibuk mengumpulkan kotoran sapi.
-
Bagaimana mengolah limbah organik jadi pupuk? Menjadi pupuk kompos dengan cara mencampurkan limbah organik basah dengan tanah dan menambahkan mikroorganisme pengurai.
-
Bagaimana cara membuat pupuk organik dari limbah rumen? Proses pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan cara mencampur rumen seekor kambing dengan satu liter tetes tebu, serta 10-20 liter air bekas cucian beras. Sementara rumen dari seekor sapi dicampur dengan lima liter tetes tebu dan 20 liter air bekas cucian beras. Selanjutnya campuran ini didiamkan selama 25 hari dalam wadah tertutup.
-
Dimana rumah potong hewan yang mengolah limbah jadi pupuk? Berawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.
-
Bagaimana Rofik memaksimalkan limbah kotoran sapinya? Semua kebutuhan pupuk untuk perkebunannya tercukupi oleh limbah sapi dari peternakan. Bahkan, masih ada sisa pupuk organik yang bisa dijual kepada petani lain.
Sigit Aris dan warga di Dusun Kalisoro memilih mengolah pupuk karena bahannya cukup melimpah dan murah. Selain itu mereka juga punya lahan kosong yang bisa digarap. Karena dikelola dengan baik, bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang.
Bisa dibilang, mereka memulai bisnis itu dengan modal nol rupiah. Bahan kotoran yang tidak terpakai itu mereka peroleh secara gratis dari para peternak sekitar.
“Bahan itu kita olah, kita lembutkan, punya satu gilingan, setelah itu dari keuntungan yang didapat dari satu ton bisa kita lipatkan sampai sebanyak ini,” kata Sigit dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Perlahan-lahan, keuntungan yang diperoleh dari pengolahan pupuk terus bertambah. Hasil keuntungan digunakan untuk membeli mesin penggilingan dan fasilitas-fasilitas lainnya yang bisa menunjang produksi pupuk lebih banyak lagi.
Saat ini, mereka bisa memproduksi pupuk hingga 30-40 ton per bulan. Bila dinominalkan, hasilnya bisa mencapai Rp40 juta per bulan.
“Produk kami pasarkan ke teman-teman yang punya toko pertanian. Dari hanya satu toko sekarang terus bertambah banyak. Sekarang sudah hampir 30 toko yang langganan di pengolahan ini,” ujar Sigit.
Selain itu, mereka juga memasarkan produknya secara online dan secara langsung kepada instansi pemerintahan.
Selama menjalankan usaha itu, kendala yang dihadapi juga tidak berisiko besar, salah satunya soal cuaca dan musim. Namun satu yang pasti, usaha tersebut telah membuka lapangan usaha baru bagi warga sekitar.
“Karena pada awalnya kita berdiri ini tujuannya untuk mencari rezeki bareng. Ibaratnya kita olah bersama, dan warga bisa mendapatkan hasil yang kita olah ini,” kata Sigit dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Sigit mengatakan, sebuah usaha harus dijalankan secara profesional. Setiap orang yang bekerja fokus melakukan tugasnya masing-masing.
“Misalnya kita ada empat orang, kita fokus semua. Ada yang marketing, formulasi, pengembangan di lokasi, semuanya berjalan dengan baik. Sehingga kita bisa berkembang dengan baik,” kata Sigit.
Sigit berharap, dengan adanya usaha pupuk itu, warga di sekitar rumahnya bisa lebih baik secara perekonomian. Sebagai contoh, dari usaha itu warga bisa bekerja di sana dan menjadi batu loncatan agar kelak bisa menghasilkan UMKM baru.
“Jadi untuk siapa saja yang ingin bisnis, saya berpesan utamakan keseriusan, dan niatnya. Jadi segala hal bisa dijadikan uang. Tinggal bagaimana pola pikir kita untuk maju dan berkembang. Dari hal-hal yang kecil kita olah menjadi besar,” pungkas Sigit dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.