Dituntun Burung Jalak, Begini Kisah Pendaki yang Sempat Tersesat di Gunung Lawu
Pada Agustus 2020 lalu, seorang pendaki bernama Mohammad Soleh (37) dan seorang rekannya tersesat saat mendaki Gunung Lawu. Di tengah keputusasaan, muncul seekor burung jalak mendekati mereka. Soleh kemudian ingat tentang mitos Burung Jalak di Gunung Lawu yang konon sering membantu para pendaki.
Burung jalak adalah salah satu hewan khas yang ada di Gunung Lawu. Di kalangan para pendaki Gunung Lawu, ada mitos yang berkembang di mana bertemu burung itu adalah berkah.
Pada Agustus 2020 lalu, seorang pendaki bernama Mohammad Soleh (37) dan seorang rekannya tersesat saat mendaki Gunung Lawu. Waktu itu, mereka berdua terpisah dari rombongan karena berjalan lebih cepat.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Setelah itu, Soleh mengaku tersesat karena tidak mengetahui jalur. Setelah melewati beberapa jalur yang bercabang, dia harus menghadapi kenyataan pahit karena jalur yang ia pilih berakhir di jalan buntu.
“Bos saya capek, istirahat. Beberapa kali begitu. Jalan lalu istirahat. Saat itu seharusnya jalan ke atas tapi saya belok kiri. Ternyata itu bukan jalurnya,” ungkap Soleh mengutip dari Liputan6.com pada Minggu (21/2).
Di saat itulah kemudian muncul seekor burung jalak mendekati mereka. Soleh kemudian ingat tentang mitos burung jalak yang kerap membantu para pendaki. Pada awalnya dia tidak mempercayai mitos tersebut.
Tapi pada akhirnya dia memilih percaya dengan mengikuti ke mana jalak itu berjalan melompat. Lalu ke mana jalak itu membawa mereka berdua pergi? Berikut selengkapnya:
Mengikuti Burung Jalak
©AFP PHOTO/Menahem Kahana
Soleh bersama seorang rekannya itu kemudian mengikuti burung jalak. Selama perjalanan, jalak itu tidak terbang, melainkan hanya melompat-lompat kecil.
Saat Soleh beristirahat, Jalak itu berhenti dan masuk semak-semak. Tapi saat mereka hendak melanjutkan perjalanan, burung jalak itu muncul kembali.
“Ada tiga kali kami harus berhenti untuk istirahat. Setiap kami duduk, Jalak itu masuk ke semak-semak. Ketika kami hendak melanjutkan perjalanan, dia keluar menuntun lagi,” ujar Soleh.
Bertemu Rombongan
©2015 Merdeka.com
Walau sempat beberapa kali berhenti, burung Jalak itu tak pernah pergi dan terus muncul untuk menuntun mereka. Ternyata, burung itu menuntun mereka sampai ke puncak Lawu.
Di sana, merekapun disambut rombongan yang sempat bingung mencari keduanya. Di momen itulah burung jalak itu menghilang.
Atas pengalaman yang dialaminya, dia merasa bersyukur. Diapun kemudian mempercayai cerita para pendaki yang sebelumnya ia hanya anggap mitos belaka.
“Tadinya saya pikir mitos, tetapi setelah mengalaminya baru saya percaya,” kata Soleh.
Satwa Penghuni Gunung Lawu
©2020 Merdeka.com/commons.wikimedia.org
Burung Jalak Lawu sebenarnya merupakan satwa yang sering ditemui di Gunung Lawu. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) mengungkapkan burung itu lebih banyak muncul di sore hari dan berada di pos 2 atau dalam ketinggian 700 mdpl.
Studi itu juga menunjukkan kalau burung jalak banyak hidup di Gunung Lawu karena tersedia tanaman pakan yang sesuai. Setidaknya ada tujuh tanaman pakan yang sesuai untuk burung ini antara lain Manis Rejo, Putat, Rubus alpestris, Rubus linaetus, Rubus fraxinifolius Poir, Rubus niveus Thunb, dan Rubus rosafolius.
Populasi Mulai Berkurang
©2016 REUTERS/Baz Ratner
Selain itu, studi itu juga menunjukkan bahwa jumlah Jalak Lawu semakin berkurang. Oleh karena itu, usaha konservasi harus dilakukan agar populasi mereka tidak punah.
“Upaya konservasi dapat dilakukan secara ex-situ maupun in-situ, tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh instansi yang terkait dan berwenang, tulis jurnal itu mengutip dari Liputan6.com.