Hubungan Perubahan Iklim dengan Virus Covid-19, Bisa Bantu Penyebaran dan Mutasi
Dari sebuah pasar hewan, menyebar dan terbaru, virus ini telah bermutasi. Bagaimana bisa terjadi?
Akhir 2019 hingga awal 2020, dunia dikejutkan dengan kehadiran virus baru. Ialah Novel Coronavirus, atau biasa disebut Corona. Wuhan, Cina menjadi tempat penemuan pertama virus ini. Dilansir dari laporan WHO 20 Januari 2020, pada 31 Desember 2019, WHO Cina melaporkan ada kasus mirip pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.
Dua pekan setelah itu, tepatnya pada 11 dan 12 Januari, WHO Cina mengumumkan kasus tersebut bermula dari sebuah pasar hewan di Wuhan. Sejak pengumuman itu, virus baru ini diidentifikasi dalam tipe baru coronavirus. Sehari setelahnya, Thailand mengumumkan kasus Corona pertama di negara mereka, diikuti Jepang dan Korea Selatan.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Kenapa Kurikulum Merdeka diterapkan? Seperti disebutkan, Kurikulum Merdeka diterapkan untuk mengganti kurikulum sebelumnya. Meski belum mencakup seluruh Indonesia, namun mayoritas daerah terutama di kota besar sudah mulai menerapkan kurikulum baru ini.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Virus yang menyebabkan Covid-19 ini, terus menyebar ke berbagai belahan dunia. Hingga kini, Jumat (1/1/2021), WHO mencatat ada sekitar 83.4 juta kasus di seluruh dunia, dengan angka kematian 1.82 juta. Sedangkan di Indonesia, tercatat 735 ribuan kasus.
Dari sebuah pasar hewan, menyebar, dan terbaru, virus ini telah bermutasi. Bagaimana bisa terjadi?
Perubahan Iklim Bantu Penyebaran Virus
Jauh sebelum Novel Coronavirus, sudah ada beberapa kasus serupa. Sebut saja Middle East Respiratory Syndrome (MERS) atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang masih satu keluarga dengan Covid-19 atau SARS-Cov2. Ditarik lebih jauh lagi, ada kasus pandemi yang disebabkan oleh virus H1N1 pada 1918, pandemi virus H2N2 pada 1957, pandemi 1968 yang disebabkan H3N2, dan beberapa lainnya. Covid-19 bukanlah penyakit pertama yang menjadi pandemi.
David Wallace-Well dalam bukunya, menuliskan kekhawatirannya terhadap permasalahan wabah. "Yang lebih membuat khawatir para ahli epidemologi dibanding penyakit purba adalah penyakit yang ada sekarang berpindah tempat, berubah, atau bahkan mengalami evolusi lanjutan karena pemanasan global." (Bumi Yang Tak Dapat Dihuni, 2019)
Dari pernyataan Wallace-Well itu, secara tidak langsung, pemanasan global ikut berperan dalam permasalahan wabah, tidak hanya Covid-19. Indonesia Climate Change Trust Fund juga mengatakan, perubahan iklim (termasuk pemanasan global) memang tidak menyebabkan wabah Covid-19, tapi dapat membantu menyebarkannya.
Dampak Perubahan Iklim pada Penyebaran Wabah
Covid-19, ialah peristiwa zoonosis, mirip flu burung yang berawal dari unggas dan PES dari tikus, virus ini menular dari hewan ke manusia. Lalu bagaimana hewan-hewan yang selama ini dianggap baik-baik saja, terserang virus? Ada banyak hal yang memengaruhinya, salah satunya perubahan iklim.
"Pemanasan global akan mengacau ekosistem-ekosistem itu, sehingga akan membantu penyakit menerobos batas," tulis Wallace-Well dalam bukunya. Pemanasan global yang terjadi akibat krisis iklim, membuat suhu bumi meningkat, es di kutub mencair, membuat berbagai perubahan di muka bumi. Karena itu, setiap makhluk hidup harus beradaptasi. Begitu pula virus dan bakteri.
Wallace-Well mencontohkan dalam bukunya, fenomena mega-death yang dialami oleh sekelompok saiga pada Mei 2015. "Hampir dua pertiga populasi saiga sedunia tewas dalam hitungan hari... tiba-tiba ratusan ribu bangkai saiga bergelimpangan tanpa ada yang bertahan hidup."
Setelah diteliti, ternyata penyebabnya ialah bakteri yang selama ini ada di tubuh saiga, Pasteurella multocida. Bakteri itu mengalami pertumbuhan pesat dan menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan saiga mati. "Tempat-tempat saiga mati pada Mei 2015 menjadi hangat dan lembap," tulis Ed Yong di The Atlantic. Iklim menjadi pemicu, sedangkan bakteri itu menjadi pelurunya, lanjut Yong.
Habitat saiga yang memanas dan makin lembap, menyebabkan bakteri dalam tubuhnya beradaptasi, yakni menjadi cepat bertumbuh. Hal semacam ini, juga bisa terjadi pada virus dan bakteri lain, begitu juga Covid-19.
Lalu Bagaimana dengan Novel Coronavirus?
Novel Coronavirus, merupakan anggota baru dalam keluarga besar Coronavirus. Itu artinya, virus terus bertumbuh dan menghasilkan virus-virus baru. Dilansir dari laman Drug.com, virus berasal dari material genetik DNA atau RNA, yang mana materi ini bisa bermutasi.
Dalam Kajian Molekular Patogenesis dan Transmisi Covid-19 yang diunggah Universitas Airlangga di laman resminya, menyebutkan bahwa virus dengan materi genetik RNA jauh lebih mudah bermutasi dan menghasilkan jenis virus baru. Dan, Novel Coronavirus adalah jenis virus RNA. Terbaru, di Inggris telah ditemukan mutasi baru dari virus ini.
Ada beberapa faktor mekanisme mutasi pada virus. Dilansir dari laman NCBI, ada tiga mekanisme, pertama karena efek mutagen fisik (sinar UV, sinar X) pada asam nukleat; kedua, karena perilaku alami basa yang membentuk asam nukleat; ketiga falibitas enzim yang mereplikasi asam nukleat.
Mutasi genetik pada virus, bisa menjadi salah satu bentuk adaptasi virus di lingkungan baru. Seperti yang dicontohkan Wallace-Well tentang Zika. Virus ini menyerang ibu hamil di area terbatas (Uganda dan Asia Tenggara), tapi kini Zika sudah ditemukan di beberapa negara, salah satunya Indonesia sejak 1981.
"... bisa saja penyakit itu berubah ketika sampai di Amerika, sebagai akibat suatu mutasi genetis atau tanggapan adaptif ke lingkungan baru..." tulis Wallace-Well. Ini bisa dikaitkan dengan penemuan mutasi virus Corona di Inggris. Virus ini beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dari iklim Wuhan ke iklim Inggris, dan tidak menutup kemungkinan adanya mutasi lain di kawasan iklim yang berbeda.
Penyebaran dan mutasi ini, bisa menjadi makin buruk, apabila kondisi iklim yang makin tak stabil. Karena banyak makhluk yang harus beradaptasi, begitu pula manusia.