Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Penampakannya
Seorang ulama pernah diutus untuk berdakwah pada para penganut ilmu hitam di kampung itu
Seorang ulama pernah diutus untuk berdakwah pada para penganut ilmu hitam di kampung itu
Kampung di Semarang Ini Dulunya Jadi Tempat Penghuni Para Penganut Ilmu Hitam, Begini Sejarahnya
Di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, ada sebuah desa yang menyimpan begitu banyak misteri. Namanya Desa Lemahireng. Dikutip dari Wikipedia, pada tahun 2012 jumlah penduduknya sekitar 7.500 orang.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Dimana Desa Legetang berada? Sejarah Desa Legetang di Dieng, Hilang dan Lenyap dalam Semalam
-
Apa yang menyebabkan Desa Legetang lenyap? Longsor akibat hujan deras yang terjadi pada 17 April 1955, menyebabkan banyak korban tewas dan menjadi bencana alam yang menghancurkan sebagian besar desa tersebut.
-
Di mana letak Desa Promasan? Desa Promasan, Kabupaten Kendal, merupakan sebuah desa yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai pemetik daun teh. Letak desa ini cukup terpencil.
-
Di mana Desa Sembungan berada? Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Menurut data dari Kemenparekraf, desa tersebut berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
-
Apa yang ditemukan di desa Abad Pertengahan tersebut? Tim juga menemukan benteng bukit kecil berbentuk oval yang dianggap sebagai kastil kaum bangsawan setempat. Dalam penggalian selama dua pekan tahun ini, kastil beserta parit dan tembok benteng di depannya diperiksa dengan cermat. Tim penggalian berhasil mendokumentasikan lebih dari 2.000 temuan, termasuk tapal kuda, paku besi, genteng, dan sejumlah pecahan tembikar.
Berdasarkan cerita turun-temurun, pada zaman dulu Desa Lemahireng dihuni oleh para penganut ilmu hitam.
Hingga pada akhirnya sekitar abad ke-17 seorang ulama bernama Syekh Basyaruddin dari Alas Turonggo Surakarta mendapat tugas dari Pangeran Benowo untuk berdakwah di daerah itu.
Syekh Basyaruddin kemudian mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa. Namun usaha dakwah Syekh Basyaruddin selalu gagal karena penganut ilmu hitam di daerah itu cukup banyak.
Maka dari itu Syekh Basyaruddin mendirikan pesantren di Gunung Munggut yang berada di utara desa. Namun usaha dakwah Syekh Basyaruddin selalu gagal karena penganut ilmu hitam di daerah itu cukup banyak.
Maka dari itu dia menugaskan istrinya sendiri yaitu Nyai Basyaruddin untuk berdakwah di daerah itu, dengan alasan sosok perempuan biasanya lebih memahami emosional masyarakat ketimbang sosok laki-laki.
Pada akhirnya, Nyai Basyaruddin berhasil meluluhkan hati para penganut ilmu hitam. Mereka bersedia meninggalkan kebiasaan yang melanggar norma sosial dan norma agama.
Daerah yang sebelumnya merupakan hutan belantara kemudian dibakar untuk dijadikan lahan pemukiman warga.
- Mengenal Mama Sempur, Keturunan Rasulullah di Purwakarta dan Guru Ngaji Bagi Banyak Kiai Kampung
- 7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa
- Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang
- Dapat Dukungan Ulama Jatim, Cak Imin Yakin AMIN Menang Pilpres 2024
Sejak saat itu, pemukiman warga tersebut dinamai Lemahireng. Penamaannya berasal dari tanah yang dibakar sehingga berwarna hitam.
Namun secara filosofis nama itu dapat dimaknai dibakarnya ilmu hitam beserta para penganutnya dengan ayat suci Al Qur’an atau ajaran Islam.
Dibanding Nyai Basyaruddin, masyarakat setempat lebih mengenal Mbah Nyai Ireng. Keduanya merupakan sosok yang berbeda. Makam Mbah Nyai Ireng berada di punden desa.
Setahun sekali warga desa menggelar acara nyadran di tempat itu.
Namun hingga saat ini tak ada yang tahu nama asli Mbah Nyai Ireng. Tapi menurut beberapa warga ia memiliki nama asli Nyai Wigati.
Di dekat makam Mbah Nyai Ireng, ada sebuah kolam atau sendang kuno. Hingga kini kolam tersebut masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, keberadaan kolam itu sudah ada sejak zaman dulu. Namun kemudian kolam itu direnovasi kembali pada tahun 1988.
“Namanya Mbah Lurah Muriat. Dia pernah bersumpah kalau jadi lurah, aku akan membangun sendang. Setiap malam dia mandi di sini,” kata Pak Tamir, salah seorang warga Desa Lemahireng.