Kisah Inspiratif Bakso Goyang Lidah, Kuliner Legendaris dari Rembang
Pak Haji Paidi sudah berjualan bakso selama 50 tahun. Kuliner yang ia jual pun memiliki nama yang unik, yaitu Bakso Goyang Lidah. Kuliner Bakso Goyang Lidah merupakan kuliner legendaris dari Rembang.
Pak Haji Paidi sudah berjualan bakso selama 50 tahun. Kuliner yang ia jual pun memiliki nama yang unik, yaitu Bakso Goyang Lidah.
Kuliner Bakso Goyang Lidah merupakan kuliner legendaris dari Rembang. Kuliner itu telah dikenal banyak warga dan sukses menjadi buruan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Berkat dedikasinya selama bertahun-tahun berjualan bakso,Paidi mampu berangkat naik haji dari uang hasil berjualan bakso. Kini di usia senja, Ia masih tampak sehat dan semangat dalam berjualan bakso.
Dalam kesempatan ini ia pun membongkar rahasia awet muda dan kesuksesannya dalam merintis bisnis kuliner legendaris Bakso Goyang Lidah. Berikut kisah selengkapnya:
Dari Sukoharjo Hijrah ke Rembang
©YouTube/Musyafa Musa
Dilansir dari kanal YouTube Musyafa Musa, Pak Haji Paidi sebenarnya asli Nguter, Sukoharjo. Dia bersama ayahnya merantau ke Kota Rembang pada tahun 1966.
Awalnya dia bersama ayahnya berjualan es puter keliling. Namun karena sering tidak laku akibat curah hujan tinggi, ia memutuskan untuk beralih jualan bakso mulai tahun 1969.
Saat siang hari, ia memikul gerobak baksonya di sekitar Pasar Rembang. Sementara itu pada malam harinya ia berjualan di dekat Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin Rembang. Waktu itu ia menjual baksonya seharga Rp5 semangkuk.
Usaha Mulai Berkembang
©YouTube/Musyafa Musa
Pada 1970, Pak Haji Paidi membuka warung pertama Bakso Goyang Lidah di dekat Perempatan Zaini. Seiring waktu, usahanya makin laris. Dia kemudian membuka usaha di depan Pasar Pentungan tahun 1982 hingga sekarang.
Seiring perkembangan waktu, warung baksonya di Perempatan Zaini tergusur. Ia kini fokus mengelola warungnya di depan Pasar Pentungan.
“Pertama agak sedang-sedang, kemudian makin rame. Sampai sekarang agak lumayan,” kata Pak Haji Paidi.
Berangkat Haji dari Jualan Bakso
©YouTube/Musyafa Musa
Dari berjualan bakso, Pak Haji Paidi mampu menghidupi keluarga. Bahkan tiga orang anaknya bisa kuliah hingga meraih gelar sarjana. Selain itu, Pak Haji Paidi bersyukur berkat usahanya ia memperoleh kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
“Hasilnya memang lumayan. Bisa buat berangkat haji sama istri saya. Semua hasil bakso ini,” kata Pak Paidi.
Rahasia Awet Muda
©YouTube/Musyafa Musa
Kini, Pak Haji Paidi telah berusia 74 tahun. Walau begitu ia tampak masih sehat dan awet muda.
Ketika ditanya rahasia awet muda, pria tiga anak dan enam cucu ini menanggapi bahwa hidup harus banyak humor. Setiap harinya, ia suka bercanda dengan para pembeli yang mampir ke warungnya.
“Guyon-guyon. Macem-macem. Sama anak muda guyonnya kayak gini, sama orang tua guyonnya kayak gini,” kata Pak Haji Paidi sambil tersenyum.
Bagi Pak Haji Paidi, hidup harus didasari dengan semangat bekerja namun tetap santai dan selalu bersyukur. Saat para penjual bakso lain bermunculan, Pak Haji Paidi tak pernah menganggapnya sebagai pesaing. Baginya rezeki seseorang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa.