Kisah Konglomerat Perkebunan Teh Belanda Asal Boyolali, Jadi Musuh Bebuyutan Pangeran Diponegoro
Konglomerat itu bernama Johannes Augustinus Dezentje. Ia merupakan seorang penguasa perkebunan teh kaya raya namun juga kontroversial pada masanya.
Jejak kekayaannya kini lenyap tak bersisa.
Kisah Konglomerat Perkebunan Teh Belanda Asal Boyolali, Jadi Musuh Bebuyutan Pangeran Diponegoro
Di sebelah utara pusat kota Boyolali, terdapat sebuah pemakaman tua Belanda atau biasa disebut kerkhof. Di sana terdapat makam seorang konglomerat Belanda yang terkenal pada masanya.
Konglomerat itu bernama Johannes Augustinus Dezentje. Ia merupakan seorang penguasa perkebunan teh kaya raya namun juga kontroversial pada masanya.
-
Bagaimana kisah nisan Johanna Albertina Van Affelen? Mengutip YouTube Tombo Kangen Channel, berdasarkan cerita yang beredar, pernah ada petugas keamanan yang memindahkan nisan Johanna ke makam di belakang THR. Namun tak berselang lama kemudian petugas tersebut membawa nisan kembali ke Pasar Beringharjo. Petugas tersebut ketakutan. Ia tak berani bercerita atas apa yang dialaminya.
-
Bagaimana Johan Berenschot meninggal? Mengutip dari beberapa sumber, Berenschot akan melakukan agenda pertemuan di Bandung, tempat markas KNIL berada. Namun, ketika pesawat jenis Lockheed Lodestar LT910 ini jatuh saat hendak lepas landas dari Bandara Kemayoran, Jakarta.
-
Kenapa Johan Berenschot meninggal? Penyebab kecelakaan tersebut diduga karena mesin pesawat sebelah kiri menglami masalah saat lepas landas.
-
Siapa Johan Berenschot? Johan Berenschot adalah salah satu letnan jenderal dan Komandan KNIL yang menjabat rentang tahun 1939-1941 yang merupakan satu-satunya orang yang memiliki darah asli Indonesia.
-
Kapan Johan Berenschot meninggal? Nahas, pesawat tersebut kemudian menghantam permukiman dan seluruh penumpang dan awak kabin tewas di tempat, termasuk Gerardus Johannes Berenschot.
-
Kapan Pastor Hendricus Van Der Grinten meninggal? Dalam sejarahnya, Pastor Hendrikus Van Der Grinten lahir pada 2 November 1811 di Eindhoven, Belanda dan meninggal dunia di Batavia pada 23 Januari 1864.
Johannes Augustinus Dezentje lahir pada tahun 1797 Masehi. Dia adalah putra dari seorang pengawal berkebangsaan Eropa untuk raja dari Kasunanan Surakarta bernama August Jan Caspar.
Mengutip Boyolali.go.id, walaupun memiliki darah Eropa, sosok yang akrab dipanggil Tinus itu memiliki gaya hidup seperti bangsawan Jawa.
Rumahnya dibangun dalam gaya seperti rumah bangsawan Keraton Surakarta atau Bupati Jawa.
Bahkan rumahnya juga dilengkapi kebun binatang dan dikelilingi tembok tebal seperti benteng beserta bastion dan gardu pengawasnya.
“Umur 18 tahun dia menikahi Johanna Dorothe Boode. Berselang 3 tahun kemudian untuk memperluas tanah perkebunannya, Tinus menikahi kerabat Raja Surakarta bernama Raden Ayu Tjokrokoesoemo,”
kata Surojo, salah satu pemerhati sejarah Boyolali.
Sejak kecil, Tinus besar di kalangan keluarga kaya raya. Saat itu keluarga Dezentje merupakan keluarga pemilik perkebunan yang sangat disegani di wilayah Surakarta raya. Tanahnya mencakup hampir separuh luas wilayah Kabupaten Boyolali sekarang.
Pemerhati budaya dari Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, mengatakan saat Perang Jawa (1825-1830) meletus, kondisi sosial politik ekonomi yang terjadi mengancam bisnis perkebunan milik Tinus. Ia rela mengeluarkan biaya untuk mempekerjakan 1.500 serdadu asing yang kemudian dikenal dengan nama Detasemen Dezentje.
- Potret Anak Konglomerat bareng Jenderal Maruli Simanjuntak, Wajah Keduanya jadi Sorotan
- 11 Bohir di Belakang Prabowo-Gibran
- Dikabarkan Dekat, Ini Potret Kebersamaan Alam Ganjar dan Eca Aura Anak Konglomerat Malang
- Nikah dengan Anak Konglomerat, Potret Rumah Pratama Arhan Sebelum Direnovasi Begitu Sederhana
Atas permintaan Jenderal De Kock, Dezentje memengaruhi Sri Susuhunan (Raja Keraton Surakarta) untuk tetap bersikap netral terhadap Perang Jawa. Untuk jasanya ini, Kerajaan Belanda memberikannya penghargaan Orde de Nederlandse Leeuw.
“Dezentje merupakan salah satu musuh besar Pangeran Diponegoro. Pasukan Pangeran Diponegoro agak keteteran saat bertempur di Ungaran. Lokasi pertempurannya tepat di seberang Jalan Pabrik Tekstil. Di sana ada makam senapati Pangeran Diponegoro,”
kata BRM Kusumo Putro, mengutip dari Boyolali.go.id.
Tinus meninggal pada 7 November 1839 dalam usia 42 tahun. Ia mewariskan lahan perkebunan seluas 1.275 hektar pada keluarga penerusnya. Selain itu, ia juga meninggalkan sebuah rumah mewah di Boyolali. Namun kini jejak-jejak kekayaannya lenyap tak bersisa.