Gaji Tak Cukup, Guru Honorer di Magelang Ini Rela Kerja Sampingan Kuli
Anaknya menyandang down syndrome dan memerlukan terapi. Honornya yang tak cukup, ia pun rela kerja sampingan jadi kuli saat libur mengajar.
Penantian Muhammad Ali Imron akhirnya berakhir. Setelah 10 tahun menjadi guru honorer, kini ia resmi dilantik menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Ia pun merasa bersyukur.
“Alhamdulillah akhirnya saya bisa diangkat menjadi P3K. Sekarang saya ingin segera pulang ke Serang untuk bertemu dengan ibu saya,” kata Ali dikutip dari Liputan6.com pada Jumat (2/6).
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Usut punya usut, ternyata Ali sudah 4 tahun tidak pulang ke kampung halamannya karena tidak punya uang. Perjuangannya selama menjadi guru honorer tidak main-main. Pernah ia harus menjadi kuli untuk memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga.
Berikut selengkapnya:
Perjalanan Panjang Karier Seorang Guru Honorer
©2023 liputan6.com
Ali mengawali kariernya sebagai operator di SDN Kejabang, Serang, Banten. Pada tahun 2018, ia mengadu nasib ke Magelang. Di sana, ia memperoleh kesempatan menjadi operator di SMP Muhammadiyah Tempuran. Saat itu, ia rajin mengikuti ujian CPNS. Namun dari berbagai kesempatan ia tidak pernah beruntung.
Ali tidak patah arang. Ia tetap gigih mewujudkan impiannya dan melamar menjadi guru tidak tetap di SMP Negeri 1 Borobudur. Ia diterima sebagai guru agama dan petugas nonteknis.
“Namun honor waktu itu tidak cukup untuk biaya hidup,” kata Ali.
Rela Jadi Kuli Demi Anak
Perjuangan Ali cukup berat. Anaknya menyandang down syndrome dan memerlukan terapi. Untuk biaya terapi anaknya, ia harus membayar Rp500 ribu.
Oleh karena itu demi memperoleh penghasilan tambahan, ia rela mengisi hari libur dengan menjadi kuli angkut batu bata. Sebagai kuli, ia bisa menghasilkan minimal Rp40 ribu sehari.
“Tergantung dari fisik saja. Karena upah itu untuk setiap angkutan per mobil colt. Menaikkan dan menurunkan batu bata itu,” ujar Ali.
Hidup Tak Melulu Soal Uang
www.usatoday.com
Saat merasa terhimpit kebutuhan, tebersit di benaknya untuk keluar dari pekerjaannya sebagai guru honorer. Namun dalam lubuk hati, ia merasa kasihan dengan para muridnya jika ia keluar. Ia sadar bahwa hidup tak melulu soal uang.
“Wajah murid-murid selalu ada di pikiran saya. Dari situ saya berpikir kalau guru itu harus kuat dan harus bisa melewati situasi sulit karena guru itu panutan. Saya juga yakin kalau semua itu ada jalannya,” pungkas Ali.