Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya
Inovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi
Inovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi
Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako, Begini Caranya
Mahasiswa merupakan agen perubahan. Mereka telah menciptakan berbagai inovasi yang memberi dampak perubahan di tengah masyarakat.
Terbaru, mereka melakukan inovasi dengan menyulap kotoran sapi menjadi batako untuk bahan bangunan. Bagaimana caranya?
-
Apa yang dilakukan mahasiswa UGM dalam KKN mereka di Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Kapan mahasiswa UGM melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Mereka mengadakan penelitian selama empat hari yaitu pada 24-27 Juli 2023 lalu di desa tersebut.
-
Apa inovasi yang dibuat oleh siswa SMK Kupang? Siswa SMK di Kupang sukses membuat jemuran pintar.
-
Bagaimana Banyuwangi Art Week membantu UMKM? Bupati Ipuk berjanji akan terus memberikan perhatian bagi UMKM daerah berbagai fasilitas dan stimulus.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
-
Apa yang dibahas dalam acara MA Goes To Campus di UIN Jakarta? Mengusung tema 'Hukum, Profesi Jurnalistik & Etika Sosial Media', MA Goes To Campus hadir dengan tujuan untuk mengedukasi para mahasiswa baru agar lebih tertarik dalam berkarier di bidang hukum. Khususnya menjadi hakim di Mahkamah Agung.
Para mahasiswa yang berhasil melakukan inovasi ini berasal dari tiga program studi di Universitas Gadjah Mada. Mereka adalah Dinda Ramadhan dan Zaenal Arif dari Prodi Teknik Veteriner angkatan 2022, Muhammad Rakan Arrandhi, mahasiswa Prodi Teknik Pengolahan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Angkatan 2023, serta Nauziyah Azuardini dan Yossi Dyah Listiana dari Prodi Ilmu dan Industri Fakultas Peternakan tahun 2022.
Dikutip dari Ugm.ac.id, mereka melakukan program bernama Batako Bawono dalam rangka Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang Pengabdian kepada Masyarakat. Program ini dilakukan dalam rangka mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dalam penggunaan sumber daya berkelanjutan.
Dinda Ramadhan mengatakan bahwa program Batako Bawono muncul karena permasalahan di Padukuhan Kulwaru, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kurang efektif dalam memanfaatkan dan mengelola limbah kotoran sapi.
“Karang Taruna sebagai mitra dari tim PKM-PM Batako Bawono memiliki tekad kuat untuk membuat Padukuhan Kulwaru Wetan menjadi Padukuhan yang sehat, bersih, serta memiliki karang taruna yang produktif,” kata Dinda dikutip dari Ugm.ac.id.
Berbagai pelatihan dan sosialisasi dilakukan dalam rangka menjalankan program tersebut. Tak hanya para anggota karang taruna, para bapak-bapak di Kulwaru Wetan ikut berpartisipasi dan belajar bersama dalam program itu.
Pengabdian yang dilakukan oleh tim Batako Bawono telah membuat karang taruna menjadi lebih produktif. Program itupun mampu mengurangi limbah kotoran sapi di Padukuhan Kulwaru Wetan sekitar 61,8 persen dari produksi harian limbah kotoran sapi.
Cara pembuatan batako dari limbah kotoran sapi ini diposting dalam akun Instagram @pkmpm_batakobawono.
Proses pembuatannya diawali dengan menyiapkan alat dan bahan di antaranya cangkul, senggrong, selang, ember, kayu, kawat strimin. Selain itu juga digunakan gergaji kayu, palu, gunting, paku, sendok semen, triplek, dan terpal.
Sedangkan bahan yang digunakan meliputi kotoran sapi, semen, pasir, air, molases, dan EM4.
- Luar Biasa! Mahasiswa UGM Sukses Ubah Limbah Cangkang Keran Jadi Semen Ramah Lingkungan
- Banyak yang Dibiarkan Menumpuk di Sembarang Tempat, Mahasiswa UGM Berhasil Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Meja dan Kursi
- Inovasi Mahasiswa UGM saat KKN di Sulawesi Barat, Pasang Alat Pemanen Hujan dan Penerangan Jalan Bertenaga Surya
- Inovasi Desa di Sragen: Pabrik Susu & Kesejahteraan Peternak Kambing
Tahapan pembuatan batako bawono sendiri dibagi menjadi lima tahapan yaitu fermentasi, penimbangan, pencetakan, pengeringan, dan penyimpanan. Proses fermentasi dilakukan dengan mencampur kotoran sapi dengan molases dan EM4.
Lalu proses penimbangan dilakukan dengan menimbang semen, pasir dan kotoran sapi dengan perbandingan berturut-turut adalah 2:3:3.
Pasir ditimbang sebanyak 5 kg, kotoran sapi 5 kg, dan semen sebanyak 3,3 kg. formulasi tersebut menghasilkan kurang lebih dua buah batako.
Lalu pada tahapan pencetakan dilakukan dengan alat handpress. Kotoran sapi, semen, dan pasir yang telah ditimbang dicampurkan menjadi satu. Adonan tersebut kemudian dicampur hingga merata menggunakan senggrong atau cangkul.
Adonan yang telah merata ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai adonan tidak hancur jika diremas. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat handpress, lalu di “press” sampai bawah sehingga menjadi sangat padat. Kemudian adonan dipindahkan dari alat handpress menuju ke tempat penyimpanan atau pengeringan batako.
Pengeringan batako dilakukan di tempat yang mendapatkan sinar matahari, tidak lembab, dan pula tidak terlalu sempit. Batako kemudian disimpan di tempat yang kering dan aman.