Mahasiswa UGM Teliti Pengaruh Tiktok Terhadap Kemampuan Membaca Bagi Pelajar, Begini Hasilnya
Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia merupakan negara dengan tingkat minat baca terendah kedua di dunia.
Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia merupakan negara dengan tingkat minat baca terendah kedua di dunia.
Mahasiswa UGM Teliti Pengaruh Tiktok Terhadap Kemampuan Membaca Bagi Pelajar, Begini Hasilnya
Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia merupakan negara dengan tingkat minat baca terendah kedua di dunia. Dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang saja yang rajin membaca.
-
Kapan doa mau belajar dibaca? Dengan berdoa sebelum belajar, seseorang dapat memohon bantuan dan petunjuk dari Tuhan agar diberi kecerdasan, kejelian, dan pemahaman yang baik dalam proses belajar.
-
Bagaimana tanda baca membantu pembaca memahami makna tulisan? Tanda baca sangat penting dalam tulisan karena dapat menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, serta intonasi dan memisahkan kalimat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
-
Bagaimana cara agar bisa merasakan nikmatnya memiliki ilmu? Demikianlah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga kita semua bisa terus belajar tanpa merasa malas sehingga kita bisa merasakan nikmatnya memiliki ilmu.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Kenapa username TikTok lucu penting? Username TikTok lucu yang mudah diingat, menarik, dan relevan dengan konten dapat membantu Anda membangun identitas online yang kuat dan memperluas jangkauan.
-
Bagaimana mitos kejatuhan cicak di tangan kiri dikaitkan dengan keberhasilan dalam studi? Cicak tersebut diartikan sebagai simbol pengetahuan dan keberhasilan akademik.
Di sisi lain, Indonesia merupakan negara dengan kepemilikan gadget kelima terbanyak di dunia. Berdasarkan riset digital marketing Emarketer, pada tahun 2018 ada 100 juta orang Indonesia yang memiliki gadget.
Dengan kata lain, banyak pula orang Indonesia yang bisa mengakses media sosial melalui gadget mereka dalam hal ini Tiktok.
Berdasarkan data wearesocial tahun 2017, orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial, orang Indonesia berada di urutan ke-5 dunia.
Bahkan Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, merupakan kota paling cerewet di dunia maya.
Baru-baru ini, tim mahasiswa UGM yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Filsafat dan FMIPA UGM melakukan penelitian mengenai pengaruh konten singkat video Tiktok terhadap rentang perhatian atau attention span pelajar serta konsekuensinya bagi tren penurunan skor kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains pada pelajar usia 15 tahun.
Rizqi Vazrin, salah seorang anggota tim penelitian, mengatakan bahwa penelitian yang mereka lakukan berangkat dari hasil performa akademik yang biasanya diukur dari survey Programme for International Student Assessment (PISA). Terhitung sejak tahun 2010-2024 Indonesia mengalami penurunan skor.
Pada tahun 2022, Tiktok telah muncul sebagai salah satu platform media sosial yang paling diminati. Media sosial itu menawarkan pada penggunanya suguhan konten-konten video singkat berkisar lima detik hingga tiga menit.
“Kemajuan teknologi salah satunya Tiktok membuka wacana baru tentang dampak teknologi terhadap performa akademik seorang pelajar,” kata Rizqi dikutip dari Ugm.ac.id pada Senin (20/5).
- Luar Biasa! Mahasiswa UGM Sukses Ubah Limbah Cangkang Keran Jadi Semen Ramah Lingkungan
- Mahasiswa USU Ditemukan Tewas Usai Jatuh ke Jurang di Gunung Sibayak
- Inovasi Mahasiswa UGM saat KKN di Sulawesi Barat, Pasang Alat Pemanen Hujan dan Penerangan Jalan Bertenaga Surya
- Mahasiswa UI Ditemukan Tewas di Kamar Kos
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian itu, konsumsi konten singkat di Tiktok ternyata bisa berdampak pada penurunan daya attention span. Sebab jika terus-menerus terpapar oleh konten video singkat, maka attention span seseorang menjadi lebih pendek. Hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan performa akademik seorang pelajar.
Kegiatan penelitan itu diharapkan dapat menemukan implikasi yang mungkin terjadi atas fenomena tersebut, baik secara positif maupun negatif, sehingga dapat dirumuskan upaya pencegahan dan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia.