Arkeolog Temukan Minuman Anggur Berusia 6.000 Tahun, Terungkap Cara Manusia Prasejarah Membuatnya
Temuan ini juga menjadi sampel anggur tertua yang ditemukan di Eropa.
Temuan ini juga menjadi sampel anggur tertua yang ditemukan di Eropa.
-
Kapan biji anggur itu ditemukan? Penggalian ini mencapai lapisan-lapisan yang berasal dari tahun 1600 SM.
-
Bagaimana orang Romawi kuno membuat wine? Pertama, dengan menggunakan teknik yang ditemukan, orang Romawi menghasilkan anggur yang lebih baik, lebih enak, dan lebih stabil daripada yang kita duga sebelumnya.
-
Bagaimana cara arkeolog menemukan bukti minum bir di Yunani? Hal ini didasarkan pada bukti penemuan tanda pembuatan bir Zaman Perunggu di dua situs pemukiman kuno dan Argissa di Yunani tengah.
-
Dimana anggur putih tertua ditemukan? Sebuah guci kaca berisi anggur putih dari 2.000 tahun lalu diketahui berasal dari Andalusia, ditemukan oleh para peneliti di sebuah makam Romawi kuno di Carmona.
-
Dimana ditemukan biji anggur tertua di Belahan Bumi Barat? Akhirnya, mereka menemukan biji anggur yang berusia antara 60 dan 19 juta tahun, salah satu contoh biji anggur tertua yang ditemukan di Belahan Bumi Barat.
-
Dimana ditemukannya bukti tertua tentang pembuatan bir? Bukti tertua bahwa bir telah dikonsumsi sejak zaman kuno digambarkan dalam sebuah lempengan tanah liat Sumeria berusia 6000 tahun.
Arkeolog Temukan Minuman Anggur Berusia 6.000 Tahun, Terungkap Cara Manusia Prasejarah Membuatnya
Sampel anggur tertua yang tercatat di Eropa berhasil ditemukan para arkeolog di permukiman prasejarah Dikili Tash, Yunani Utara. Sampel tersebut berasal dari tahun 4200 SM dan menjadi kunci yang mengungkap cara hidup manusia pada Zaman Neolitikum.
Dilansir Greek Reporter, situs arkeologi ini digali oleh para arkeolog Yunani dan Prancis di dekat kota modern Kavala yang berasal dari Zaman Neolitikum (6.400-4.000 SM) dan Zaman Perunggu (3.000-1.100 SM). Para arkeolog juga menemukan peninggalan dari zaman Helenistik dan Romawi hingga puncaknya, menara Bizantium.
Penggalian arkeologi ini berhasil menemukan “Dikili Trash” dalam bahasa Turki, yang berarti “batu tegak” berasal dari zaman Ottoman atau Kekaisaran Utsmaniyah. Ini mengacu pada monumen penguburan Romawi yang berdiri di sepanjang Via Egnatia (jalan Romawi yang menghubungkan pantai Adriatik ke Bizantium), dekat pintu masuk timur kota kuno Filipi dan sangat dekat dengan pemukiman prasejarah.Penemuan paling menarik di Dikili Tash menurut para arkeolog, adalah bukti pembuatan anggur paling awal di Eropa.
Analisis residu pada bejana dan biji anggur menunjukkan penduduknya telah memproduksi anggur sejak 4.300 SM.
“Ini adalah penemuan yang mengesankan dan penting,” kata arkeolog dari Ephorate of Prehistoric and Classical Antiquities ke-17 dan salah satu direktur penggalian di Dikili Tash, Dimitra Malamidou.
“Selama penggalian yang dilakukan di sebuah rumah di situs arkeologi, yang disebut Rumah 1, sejumlah buah anggur berkarbonisasi yang telah diperas ditemukan di dalam pot, sebuah fakta yang membuktikan adanya ekstraksi jus dari buah anggur," jelas Malamidou.
“Selama ini kita mengetahui bahwa orang meminum anggur pada Zaman Perunggu (sejak abad ke-12 SM), namun kini kita mengetahui bahwa proses pembuatan anggur sudah dikenal jauh sebelum Zaman tersebut, yaitu sejak 4200 SM."
Penemuan Dikili Tash merupakan salah satu penemuan yang paling signifikan, di mana reruntuhan bangunan yang ditemukan berbingkai kayu dari zaman Neolitikum Akhir. Struktur ini memberikan informasi penting tentang teknik bangunan dan gaya hidup penghuni awal.
Para arkeolog menemukan sebuah rumah, yang dihancurkan sekitar tahun 4900 SM, dijuluki “rumah bucranium”. Hunian ini memiliki elemen dekoratif yang unik, yaitu struktur tanah liat yang menggabungkan bagian belakang tengkorak banteng peliharaan.
Penggalian juga menemukan perkakas batu, bejana tanah liat yang dibakar untuk memasak dan menyimpan, ornamen pribadi seperti manik-manik dan liontin, dan amphorae dengan hiasan yang dicat, yang menjelaskan kehidupan sehari-hari masyarakat di Dikili Tash.
Mereka juga menemukan sejumlah besar sisa tanaman yang hangus, termasuk arang kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan atau bahan bakar, serta biji-bijian dan buah-buahan yang dibawa ke lokasi untuk dimakan atau untuk tujuan lain (misalnya obat-obatan, bahan bakar, bahan bangunan, atau bahan tenun).
Kajian antrakologi menunjukkan keanekaragaman yang kaya dalam kanopi hutan di dekat lokasi dan mengungkapkan, antara lain, penggunaan intensif pohon buah-buahan (misalnya apel, pir, plum, dan buah ara) oleh penghuni lokasi pada masa Neolitikum.
Studi arkeobotani menegaskan bahwa sebagian besar pohon-pohon ini dieksploitasi untuk diambil buahnya, yang dapat dikonsumsi sendiri atau dimasukkan sebagai bahan makanan. Makanan nabati utama selama Neolitikum dan Zaman Perunggu adalah sereal dan kacang-kacangan, seperti yang terjadi di seluruh Laut Aegea selama periode ini. Berbagai spesies gandum, barley, lentil, kacang polong, dan pahit vetch adalah tanaman utama yang dibuktikan di Dikili Tash.