Ilmuwan Temukan Fosil Biji Anggur Berusia 60 Juta Tahun, Ada Kaitannya dengan Kepunahan Dinosaurus
Ini adalah fosil biji anggur tertua yang pernah ditemukan di daerah neotropis barat.
Setelah lebih dari satu dekade melakukan pencarian, para ilmuwan yang bekerja di Amerika Selatan telah menemukan fosil biji anggur tertua yang pernah ditemukan di daerah neotropis barat.
Lokasi penemuan fosil kecil berusia 60 juta tahun ini menunjukkan bahwa tanaman anggur mulai menyebar ke seluruh dunia dari tempat yang sekarang disebut Amerika Selatan tak lama setelah kepunahan sebagian besar dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu.
-
Fosil dinosaurus apa yang ditemukan? Para peneliti di Hong Kong baru saja mengumumkan penemuan fosil dinosaurus yang merupakan yang pertama kalinya di daerah tersebut.
-
Mengapa fosil biji anggur tertua ditemukan di India? Biji buah ini membatu karena terkena dampak Chicxulub, yang memusnahkan dinosaurus non-unggas dan 76 persen dari seluruh spesies yang hidup di planet ini.
-
Fosil tanaman apa yang ditemukan? Fosil tumbuhan yang ditemukan di antaranya kerabat tumbuhan hidup seperti Araucaria, kerabat pinus Wollemi yang merupakan tumbuhan purba dan sangat langka di mana hanya terdapat kurang dari 100 pohon dewasa saat ini.
-
Berapa usia fosil dinosaurus tersebut? Saat sedang jalan-jalan dengan anjingnya, seorang pria asal Prancis menemukan fosil dinosaurus berusia 70 juta tahun.
-
Kapan fosil dinosaurus tertua ditemukan? Fosil yang ditemukan pada Mei lalu di dekat sebuah waduk di kotamadya Sao Joao do Polesine itu diperkirakan berusia sekitar 233 juta tahun. Demikian menurut paleontolog Rodrigo Temp Müller, yang memimpin tim dari Universitas Federal Santa Maria yang menemukan tulang-tulang itu.
Fosil ini digali di Kolombia pada tahun 2022, yang sangat menggembirakan ahli paleobotani Fabiany Herrera dari Chicago's Field Museum. Rekan Herrera, Mónica Carvalho, adalah orang pertama yang menemukan biji buah purba ini di atas batu di Andes.
“Saya telah mencari anggur tertua di belahan bumi barat sejak saya masih menjadi mahasiswa sarjana," kata Herrera, dikutip dari Science Alert, Selasa (20/8).
Berdasarkan catatan penemuan fosil, buah yang memiliki jaringan lunak seperti anggur jarang ditemukan. Namun penemuan ini membuat Herrera dan Carvalho serta rekan mereka yang lain memikirkan kembali sejarah buah merambat ini.
Saat ini, dari Meksiko sampai Patagonia, ada sekitar 100 spesies tanaman anggur, namun catatan fosil dari keluarga tanaman yang sebagian besar tropis ini tidak merata dan secara historis bias terhadap Amerika Utara dan Eurasia.
Pada 2013, para ilmuwan di Museum Florida menemukan fosil biji anggur di India, yang usianya hampir 10 juta tahun lebih tua dibandingkan yang ditemukan di Eropa atau Amerika Utara. Sejak saat itu, Herrera terus mencari penemuan serupa di daerah neotropis barat Amerika dan Karibia.
Dampak Kepunahan Massal
Selain benih fosil berusia 60 juta tahun yang ditinggalkan oleh spesies yang diberi nama Lithouva susmanii oleh para peneliti, Herrera dan timnya juga telah mendeskripsikan delapan fosil biji anggur lainnya di Amerika Tengah dan Selatan.
Beberapa fosil ditemukan di tempat yang sekarang disebut Panama dan Peru, namun mereka berkerabat jauh dengan genus Dunia Lama yang terletak di belahan dunia lain. Genus-genus ini pernah dianggap terbatas di Asia, namun penelitian baru menunjukkan bahwa benih tersebut menyebar lebih jauh dan lebih cepat ke seluruh dunia daripada yang diperkirakan para ilmuwan.
Sebaliknya, benih berumur 19 juta tahun dari genus Ampelocissus ditemukan di Panama dan “sangat mirip” dengan spesies yang hidup di Karibia dan Mesoamerika, yang menunjukkan bahwa genus tersebut berasal dari daerah sekitar sebelum menyebar ke benua lain.
“Kami selalu memikirkan hewan, dinosaurus, karena merekalah yang paling terkena dampaknya, namun peristiwa kepunahan juga berdampak besar pada tumbuhan,” kata Herrera.
“Hutan mengatur ulang dirinya sendiri, dengan cara mengubah komposisi tanaman.”
Perubahan Ekosisten
Tanaman anggur tumbuh subur di hutan yang padat, di mana tanaman ini berputar-putar melalui tumbuhan bawah dan kanopi, menempel pada tanaman lain sebagai penyangga. Tanpa dinosaurus yang memangkas kembali hutan, tanaman anggur mungkin memiliki ruang untuk tumbuh.
“Hewan besar, seperti dinosaurus, diketahui mengubah ekosistem di sekitarnya,” jelas Carvalho.
“Kami berpikir jika ada dinosaurus besar yang berkeliaran di hutan, kemungkinan besar mereka akan menebang pohon, sehingga secara efektif menjaga hutan lebih terbuka dibandingkan saat ini.”
Studi ini dipublikasikan di Nature Plants.