Melihat Klasiknya Arsitektur Bangunan Tua di Kampung Laweyan Solo, Tidak Sembarang Orang Bisa Masuk
Di kampung Laweyan banyak terdapat rumah-rumah kuno tempo dulu. Rumah-rumah itu merupakan milik para saudagar kaya di sana.
Laweyan merupakan sebuah kampung tua tempat tinggal perajin batik yang berada di Kota Solo. Diperkirakan keberadaan kampung batik ini lebih tua dibandingkan Kota Solo sendiri. Dalam sejarahnya kampung batik ini tercatat mulai berkembang pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Pajang.
Tak hanya beragam corak batiknya, di kampung Laweyan banyak berdiri rumah-rumah kuno tempo dulu. Melalui sebuah postingan yang diunggah pada Rabu (2/10), pemilik akun Instagram @roemahtoea mengabadikan beberapa foto rumah-rumah tua di Kampung Laweyan. Dalam penjelasan foto itu, rumah-rumah tua tersebut dulu dibangun oleh orang-orang Kalang.
-
Kenapa Kampung Batik Laweyan terkenal? Sejak zaman dahulu kala, kampung ini sudah dikenal sebagai pusat produksi batik klasik yang mempertahankan keunikan dan keaslian motif dan warna tradisional.
-
Siapa juragan batik yang terkenal di Kampung Laweyan? Pada suatu masa di Kampung Batik Laweyan, Solo, hiduplah seorang juragan batik bernama Mbok Mase. Ia begitu disegani warga lainnya.
-
Apa saja yang bisa dilakukan di Kampung Batik Laweyan? Kini, kampung ini menjadi tempat yang sangat populer dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat, membeli batik klasik, hingga belajar proses membatik sendiri.
-
Bagaimana Kampung Prawirotaman menjadi sentra batik? Selain jadi basis perjuangan, Kampung Prawirotaman juga pernah berkembang menjadi sentra batik yang dikelola keluarga Prawirotama. Apalagi, istri para prajurit Prawirotama mayoritas menekuni usaha batik. Lama-lama peminat kain batik di kampung Prawirotaman semakin meluas. Pada akhirnya batik menjadi komoditas dagang utama di daerah tersebut.
-
Bagaimana Ki Ageng Henis mengenalkan batik di Kampung Laweyan? Mengutip Surakarta.go.id, keteladanan Ki Ageng Henis juga terlihat pada jiwa seni yang ia miliki. Ia menjadi pelopor batik tulis di Desa Laweyan. Sembari berdakwah, ia juga mengajarkan membatik pada warga desa. Salah satu motif batik yang diciptakan Ki Ageng Henis adalah motif Batik Sido Luhur.
-
Kapan Kampung Batik Kembang Mayang diresmikan? Sementara itu, mengutip laman resmi Batik Kembang Mayang, wilayah RW 11, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang sejak 2018 lalu sudah dikenal sebagai Kampung Batik Kembang Mayang.
Selain membangun rumah itu, mereka mencari nafkah dengan jalan berwirausaha. Berikut selengkapnya:
Bentuk Perlawanan Terhadap Keraton
Salah satu bangunan di Kampung Batik Laweyan adalah Ndalem Poesposoemantro. Dari luar, bangunan itu tampak bergaya art deco, tapi saat masuk ke dalam, bangunan itu tampak seperti kediaman bangsawan keraton. Para saudagar batik sengaja membangun rumah itu dengan menggabungkan antara seni arsitektur tradisional Jawa dan Eropa. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap bangsawan keraton.
Perlawanan itu diwujudkan dengan menunjukkan kalau mereka bisa membangun rumah megah seperti rumah-rumah para pangeran di Baluwarti. Mereka pun tidak asal merancang dengan tetap berpatokan pada seni arsitektural Jawa-Eropa, walaupun sedikit keluar dari pakem keraton.
Pemilik Rumah Keturunan Orang Kalang
Ndalem Poesposoemantro dulunya dimiliki oleh pasangan saudagar batik Mas Nganten dan Mbok Mase. Tak jauh dari rumah itu, mereka membangun sebuah rumah produksi batik tulis.
Mereka merupakan para keturunan orang-orang Kalang dari keluarga Poesposoemarto. Keindahan rumah itu tidak lepas dari keahlian orang-orang Kalang dalam merancang gedung yang mencampurkan berbagai seni rupa tanpa menghilangkan seni asli.
- Klasiknya Rumah Singgah Kesultanan Siak Sri Indrapura, Seluruh Bagian Bangunan Terbuat dari Kayu
- Dibangun pada Abad ke-19, Ini Potret Klasik Rumah Adik Sri Sultan HB X yang Kental Nuansa Tradisional Jawa
- Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik
- Melihat Keunikan Stasiun Gundih di Grobogan, Bangunan Klasik Bergaya Arsitektur Indische Empire
Tak heran apabila kediaman mereka disebut lebih mewah dibandingkan dengan Ndalem Pangeran di Baluwarti. Kini Ndalem Poesposoemarto telah bertransformasi menjadi Roemahkoe Heritage Hotel.
Tidak Sembarang Orang Bisa Masuk
Dulu, pasangan Mas Nganten dan Mbok Mase ibarat keluarga “raja alit” dengan segala kehormatannya di tengah masyarakat. Di tempat itulah keluarga saudagar batik itu melakukan berbagai aktivitasnya. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam rumah itu. Hanya Mas Nganten dan Mbok Mase saja yang memiliki wewenang.
Sebagai keluarga saudagar, mereka tidak sembarang memilih pasangan hidup. Mereka menikahkan anaknya dengan sesama keluarga pengusaha batik, baik dari Laweyan maupun dari Kauman Kota Solo. Tujuannya adalah agar mereka bisa menjaga hegemoni usaha batik agar tetap dilanjutkan secara turun-temurun oleh keluarga.
Foto: Ibnu Rustamadji/Instagram@roemahtoea