Mengenal Joglo Pencu, Rumah Adat Kudus yang Unik dan Penuh Makna Simbolik
Joglo Pencu merupakan rumah adat dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Selain ciri khas berupa atapnya, Joglo Pencu merupakan perpaduan dari gaya arsitektur budaya Jawa, Persia, Cina, dan Eropa. Model rumah ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1500-an menggunakan bahan kayu jati asli.
Joglo Pencu merupakan rumah adat dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah atapnya yang disebut “pencu”.
Selain ciri khas berupa atapnya, Joglo Pencu merupakan perpaduan dari gaya arsitektur budaya Jawa, Persia, Cina, dan Eropa. Model rumah ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1500-an menggunakan bahan kayu jati asli.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Tak hanya itu, di dalam rumah adat itu, terdapat berbagai ukiran sulur-suluran, mahkota, dan sejumlah relief binatang dan tumbuhan yang indah dipandang.
“Misalnya saja daun pisang. Jadi makna relief ini adalah pendahulu kita mengharapkan manusia itu harus berguna seperti pohon pisang, yang tidak mati sebelum berbuah,” kata Sugito, Perangkat Desa Langgar Dalem yang juga menjadi salah satu pengelola Joglo Pencu.
Berikut selengkapnya:
Berbeda dengan Rumah Adat Lain
©YouTube/BNPB DIY
Sejarah rumah adat Joglo Pencu tak bisa lepas dari sejarah seni ukir di sana yaitu sejak masuknya seorang imigran asal Cina bernama The Ling Sing yang masuk ke Jawa di abad ke-15. Di Kudus, dia menekuni kariernya sebagai ahli seni ukir. Karena memiliki ciri khas, seni ukir yang dikembangkan The Ling Sing kemudian dikenal sebagai seni ukir sungging yang terkenal halus dan indah.
“Rumah adat ini rata-rata merupakan warisan dari ayah atau ibu atau kakek bahkan buyut, karena sekarang tidak membuat lagi rumah adat yang semegah ini. Sehingga bisa dihuni oleh anggota keluarga yang jumlahnya relatif besar dari pada rumah penduduk lain yang bukan termasuk rumah adat Kudus,” kata Drs. Sutiyono, M.Pd, Kepala Saksi Sejarah dan Kepurbakalaan Kabupaten Kudus dikutip dari YouTube BPNB DIY.
Penuh Makna Filosofis
©YouTube/BNPB DIY
Suyanto, kepala Museum Kretek Kudus mengatakan, rumah adat Joglo Pencu memiliki makna filosofisnya sendiri. Sebagai contoh ruang keluarga yang ditopang oleh empat buah saka guru atau tiang penyangga.
Dilansir dari Wikipedia, keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah agar mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan empat sifat manusia yaitu amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
Lalu ada pula bagian ruang tamu yang memiliki satu tiang tunggal yang menyimbolkan keesaan Allah SWT. Ada juga atap genteng yang terdapat genteng kerpus yang berlubang-lubang sebagai bentuk cara hidup yang menerima atau terbuka.
Mulai Dilupakan
©YouTube/BNPB DIY
Seiring waktu, keberadaan rumah adat Joglo Pencu mulai dilupakan. Apalagi, sumber literasi mengenai keberadaan rumah adat ini juga tidak memadahi. Hal inilah yang membuat tidak ada sumber acuan atau referensi dalam pengenalan budaya lokal tersebut.
Selain itu, juga telah banyak Joglo Pencu yang berubah bentuk karena rusak atau mengikuti model dan material baru. Para pengrajin bangunan pun mematok harga yang sangat mahal untuk pembangunan rumah adat dengan model seperti Joglo Pencu, sehingga tak banyak masyarakat yang berminat untuk membuatnya.