Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran
Penjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran
Mengunjungi Makam Tan Gee Tjhiang di Salatiga, Kolongmerat Tionghoa pada Era VOC
Rintik hujan membasahi sebuah pemakaman tua Tionghoadi Salatiga. Makam itu dihiasi oleh bangunan kuno yang telah lumutan dan berkarat dimakan usia.
Diyakini pemakaman tua itu sudah berdiri sejak zaman VOC.
Salah satu tokoh yang dimakamkan di sana adalah Tan Gee Tjhiang.
-
Bagaimana penemuan makam kuno ini terungkap? Mereka pun lantas meminta bantuan organisasi Arkeologi AOC untuk menganalisinya lebih mendalam.
-
Apa yang ditemukan di makam kuno tersebut? Para ahli menemukan slip tertulis pertama yang terkait dengan kalender kuno dalam sebuah makam kuno yang terawetkan dengan baik.
-
Apa yang ditemukan di makam kuno ini? Penggalian telah mengungkap banyak hal terkait masyarakat kuno, tapi juga masih ada yang mengundang pertanyaan. Pemakaman ini terletak di lapangan di halaman Kastil Fonmon, dekat ujung landasan pacu bandara Cardiff.
-
Apa yang ditemukan di dalam makam kuno tersebut? Di dalamnya ditemukan anting, kalung, gelang. Arkeolog menemukan sisa-sisa makam kuno orang kaya sebelum masa Inca di Peru.
-
Siapa yang menemukan makam kuno tersebut? Pada 2017, Institut Arkeologi Ukraina melakukan ekspedisi dan menemukan makam kuno tersebut.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, Tan Gee Tjhiang adalah seorang kolongmerat Salatiga yang hidup pada era VOC. Pada eranya, dia adalah pedagang yang dekat dengan VOC.
Makam Tan Gee Tjhiang adalah makam yang paling besar di kompleks pemakaman tersebut. Di makamnya, terdapat sebuah keramik buatan VOC.
Di salah satu keramik terdapat sebuah ornamen berupa lambang VOC, serta di keramik lain ada lambang Kerajaan Belanda.
Selain Tan Gee Tjhiang sendiri, di sana pula dimakamkan keluarga besar sang kolongmerat mulai dari anak, cucu, hingga keturunan-keturunannya. Makam tersebut dijaga oleh sebuah keluarga yang menempati rumah bernuansa bangunan Tionghoa.
Poniyem, sang penjaga makam Tionghoa tersebut, sudah menempati rumah itu selama hampir 30 tahun.
“Saya meneruskan kakek saya. Dia kenal baik sama pemilik Toko Oen. Makamnya ada di sebelah sana,” kata Poniyem sambil menunjuk makam pemilik toko Oen.
Selama menjaga tempat itu, Poniyem sempat memiliki pengalaman gaib seperti mendengar suara-suara, melihat ular misterius, dan lainnya.
Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe
- Geger Penemuan 41 Makam Keramat Palsu di Sukabumi untuk Praktik Dukun, Ini Faktanya
- MK Tolak Gugatan Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Kaesang Terganjal Maju Pilgub
- Kisah Makam Keramat Marongge Sumedang, Diyakini Jadi Pelet yang Bisa Pikat Lawan Jenis hingga Manjur untuk Karier
- Kaesang Minta Warga Tak Panggil Dirinya Gibran: Saya Lebih Ganteng
Poniyem mengatakan, orang-orang yang dimakamkan di makam kuno itu adalah mereka yang masih satu keturunan dengan anak pertama atau cucu pertama Tan Gee Tjhiang.
Selama menjaga makam itu, Poniyem mengaku tidak dibayar. Ia hanya menerima uang dari para peziarah.
“Kalau ada yang datang, Rp10 ribu, saya terima, 5 ribu saya terima, 20 ribu saya terima,” kata Poniyem.
Poniyem mengatakan makam itu sempat diperbaiki oleh keluarga Oen. Tapi itu sudah lama, yaitu waktu ia masih hamil anak terakhirnya. Kini anaknya sudah besar dan sudah punya anak.
“Sekarang cucu saya sudah empat. Makanya sekarang saya pusingnya gini, saya mau tinggalkan tempat ini tapi kasihan nggak ada yang ngerawat, kasihan kakek nenek saya dulu,” kata Poniyem dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.