Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Di Desa Hargorejo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, terdapat sebuah tugu monumen peringatan. Monumen itu dibangun untuk mengenang korban-korban kekejaman pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948.
-
Kenapa monumen Jenderal Hoegeng dibangun di Kota Pekalongan? Monumen Hoegeng itu dipahat oleh Dunadi, seniman patung atau pematung asal Bangul yang sering membuat patung Proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. Monumen Hoegeng sengaja dibangun di Kota Pekalongan karena Hoegeng lahir dan besar di Kota Batik tersebut. Bahkan pengabdian Hoegeng sebagai anggota polisi juga dimulai di tanah kelahirannya itu.
-
Siapa yang hadir dalam peresmian monumen Jenderal Hoegeng? Selain Kapolri dan Pj Gubernur Jawa Tengah, turut hadir dalam peresmian tersebut Habib Luthfi, Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi, Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Widi Prasetijono, Kapolda DIY, Gubernur Akpol Irjen Krisno Halomoan Siregar, Ketua Harian Kompolnas, Ketua MUI dan BAZNAS Jateng Ahmad Daroji, serta perwakilan dari tokoh masyarakat dan Forkompimda.
-
Dimana lokasi Monumen Yonaguni? Letak Monumen Yonaguni tepat berada di lepas pantai Yonaguni. Wilayah tersebut masih menjadi bagian dari Okinawa, bagian paling selatan Kepulauan Ryukyu, Jepang.
-
Siapa yang membangun monumen makam tunggal di Tanjakan Gombel? Seperti diketahui sebelum dibangun jalan pada tahun 1797, Bukit Gombel merupakan kawasan kuburan orang-orang Tionghoa.
-
Bagaimana bentuk Monumen Yonaguni? Orang-orang yang pernah melihat monumen tersebut secara langsung seringkali menggambarkannya sebagai piramida atau bangunan dengan banyak anak tangga.
-
Di mana Monumen Antroposen dibangun? Di Bantul, tepatnya tak jauh dari TPST Piyungan, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah bangunan yang cukup unik bernama Monumen Antroposen.
Beberapa nama korban kekejaman PKI dapat terlihat dari tulisan yang terukir di tiang monument tersebut. Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Guna memperingati peristiwa berdarah itu, pada tahun 1989 Pemkab Wonogiri monumen yang kemudian diberi nama Monumen Hargorejo.
Lalu seperti apa kisah di balik monument itu? berikut selengkapnya:
Salah seorang warga Desa Hargorejo, Mbah Tuwimen, menjadi saksi hidup kekejaman PKI di kampungnya. Ia mengatakan, pembantaian itu terjadi pada jam 12 malam. Para anggota PKI itu membawa pamong desa, polisi, tokoh desa, dan masyarakat lainnya.
Setelah itu, Tentara Siliwangi datang melalui desa. Antara tentara PKI dan Siliwangi sempat terlibat kontak senjata. Tentara PKI lari berhamburan melewati ladang.
“Tempat ini jadi lokasi peristirahatan saat mengevakuasi korban PKI. Kalau di sana itu tempat yang dijadikan lokasi tahanan oleh PKI,” kata Mbah Tumiwen sambil menunjuk lokasi lahan perkebunan pisang di dekat sana, dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.
Mbah Tumiwen mengatakan, saat itu tidak ada korban jiwa dari rakyat biasa. Namun di sisi lain para korban yang akan dibunuh terlebih dahulu digiring ke tempat eksekusi dalam keadaan terikat. Di sana terdapat lubang yang digunakan untuk tempat pembuangan jenazah para korban pembantaian PKI.
Mbah Tumiwen bercerita, saat itu ia sedang menggembala hewan ternak saat tentara Siliwangi datang dan membebaskan para tahanan. Setelah Tentara Siliwangi datang, kondisi pun menjadi aman.
- Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo
- Melihat Kehidupan Warga di Kampung Tengah Pegunungan Kapur Wonogiri, Sepi karena Banyak yang Merantau
- Kaesang Ajak Warga Pontianak: Dibolongin Ya Nanti Mukanya Gibran
- Pembunuhan Berantai di Wonogiri Terbongkar, Sarmo Bunuh 4 Orang dengan Dicekik hingga Diracun Sianida
Sigit Sugianto, Kepala Dusun Dawuhan, Desa Hargorejo, mengatakan bahwa berdasarkan para sesepuh desa, pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di desa itu.
Lokasi pembantaian berada di sebuah bangunan bekas gudang dinamit peninggalan Jepang.
“Berhubung di sana tidak dimungkinkan untuk dibangun monumen, lokasi pembangunan monument dipindah ke sini,” kata Sigit.
Sigit mengatakan, Tentara Siliwangi datang ke desa mereka pada tanggal 4 September 1948. Mereka menyelamatkan para tawanan yang hendak dieksekusi para anggota PKI.
Saat Tentara Siliwangi datang, para anggota PKI pergi melarikan diri. Selanjutnya para tawanan yang sudah dikubur di tempat dipindahkan ke makam pahlawan Genengharjo.
“Kalau nggak ada Tentara Siliwangi tentu semua tahanan yang ditahan di gudang dinamit semua meninggal,” tutur Sigit dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.