Naik Gaji dari Rp200 Ribu Jadi Rp2.3 Juta, Begini Haru Cerita Guru Honorer di Jateng
Berkat kebijakannya dalam menaikkan gaji guru, para guru honorer di Jateng yang tadinya mendapat gaji mulai dari Rp200 ribu naik 10 kali lipat jadi Rp2,3 juta. Namun kenaikan gaji itu diharapkan dibalas dengan sikap profesionalitas yang diberikan dalam mendidik anak-anak calon penerus bangsa.
Walaupun memiliki tanggung jawab besar yaitu sebagai pendidik calon penerus bangsa, para guru di Indonesia belum mendapat gaji yang layak. Khususnya bagi mereka yang masih berstatus guru honorer.
Masalah ini mendapat perhatian dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Berkat kebijakannya dalam menaikkan gaji guru di provinsi Jateng, para guru honorer yang tadinya mendapat gaji mulai dari Rp200 ribu, sejak tahun 2017 digaji Rp2,3 juta.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dampak itu langsung dirasakan beberapa guru, salah satunya Ekasari Lukitawati. Sudah sembilan tahun menjadi guru tidak tetap dan mendapat honor Rp200 ribu per bulan, kini ia bisa merasakan dampak dari kebijakan Ganjar.
“Honornya sekarang pakai UMK. Kita digaji sekitar Rp2,3 juta. Alhamdulillah naik 10 kali lipat,” kata Ekasari dikutip dari Jatengprov.go.id pada Kamis (25/11).
Eka membalas perhatian dari Pemprov Jateng itu dengan prestasinya. Ia mengikuti sejumlah lomba yang mengantarkannya juara di tingkat nasional berkat inovasi pembelajaran yang dihasilkannya.
Hasil Sebuah Dedikasi
©jatengprov.go.id
Eka bercerita, sebelum menjadi guru, ia berkarier sebagai seorang HRD perusahaan di Jakarta. Namun panggilan jiwa menuntunnya beralih profesi menjadi seorang guru.
“Saat menjadi HRD, saya menangani ribuan karyawan. Jobdesk saya banyak, tanggung jawabnya besar. Entah kenapa saya lebih enjoy bersama anak kebutuhan khusus,” kata salah satu pengajar SDLB Kota Tegal itu.
Sejak tahun 2012, ia mengajar di SDLB Kota Tegal berkat Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Pada awalnya, ia hanya mendapat honor Rp200 ribu per bulan. Namun, hal itu tidak membuat semangatnya kendur. Hingga akhirnya ia mendapat kenaikan gaji hingga 10 kali lipat.
Sempat ingin Berhenti Jadi Guru
©jatengprov.go.id
Cerita berbeda dialami Titin Wulan Purnami, Guru Bimbungan Konseling di SMA N 2 Kendal. Ia mengaku sempat ingin berhenti mengajar karena gajinya hanya Rp300 ribu per bulan. Padahal selain kebutuhan keluarga, ia juga harus memenuhi biaya kuliah adiknya. Inilah yang membuatnya ingin menjadi TKW di Jepang.
Sempat diliputi dilema, Titin akhirnya mantap untuk meneruskan kariernya sebagai seorang guru. Mulai tahun 2017 ia mendapat gaji setara UMK Kendal ditambah 10 persen.
“Semangat saya ya di anak-anak itu. Karena sekolah ini juga almamater saya. Sekarang saya terima Rp2.560.000, setiap tahun ada peningkatan. Kita dihargai oleh provinsi,” kata Titin.
Harus Dibalas dengan Sikap Profesional
©jatengprov.go.id
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng, Suyanta, berharap perhatian yang diberikan Pemprov Jateng pada para guru harus dibalas dengan sikap profesional. Ia meminta para guru peka terhadap teknologi.
“Di era digitalisasi 4.0 dan 5.0 plus era pandemi, guru diharapkan meningkatkan profesionalitasnya. Berdedikasi untuk membangun sumber daya manusia anak-anak sebagai pewaris bangsa,” jelas Suyanta.
Sementara itu data dari Disdikbud Jateng, jumlah guru tidak tetap (GTT) di provinsi itu ada 12.866 orang. Jumlah pegawai tidak tetap (PTT) mencapai 8.580 orang. Sedangkan untuk realisasi anggaran tahun 2020, untuk GTT sebesar Rp315 miliar, sedangkan untuk PTT sebesar Rp211 miliar.