Naik Level dari Normal Jadi Waspada, Ini Fakta Gunung Slamet yang Terbangun dari Tidur Panjangnya
Gunung Slamet punya karakteristik yang "tenang namun menghanyutkan"
Gunung Slamet punya karakteristik yang "tenang namun menghanyutkan"
Naik Level dari Normal Jadi Waspada, Ini Fakta Gunung Slamet yang Terbangun dari Tidur Panjangnya
Pada Kamis (19/10), Gunung Slamet resmi naik level dari berstatus normal (level I) menjadi waspada (level 2). Setelah lima tahun tak terlihat ada gejolak, kini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu seolah telah terbangun dari tidur panjangnya.
-
Dimana lokasi Gunung Slamet? “Meskipun demikian masyarakat dan pendaki diimbau untuk tidak berada atau beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet,” kata Sukedi.
-
Siapa yang dipercaya bersemayam di Gunung Slamet? Dewa-dewa utama yang dipercayai bersemayam di Gunung Slamet antara lain Dewa Brahma, pencipta alam semesta, dan Dewa Wisnu, pemelihara dunia.
-
Di mana saja tempat-tempat angker di Gunung Slamet? Gunung Slamet memiliki reputasi sebagai tempat angker dengan beberapa lokasi yang terkenal menyeramkan, termasuk Pos 2, Pos 9, dan Pasar Setan di Pelawangan.
-
Apa yang diyakini sebagai tempat bersemayam makhluk gaib di Gunung Slamet? Mitos Gunung Slamet yang pertama, yaitu puncaknya konon menjadi tempat bersemayam makhluk gaib. Ada beberapa alasan yang mendukung kepercayaan tersebut.
-
Bagaimana aktivitas Gunung Slamet menurut Sukedi? “Yang pasti sampai saat ini status Gunung Slamet masih normal. Mungkin kabar tersebut berasal dari pemberitaan beberapa tahun lalu saat Gunung Slamet berstatus siaga," Sukedi mengatakan, ia sering ikut membantu pengamatan terhadap aktivitas Gunung Slamet karena secara kebetulan rumahnya cukup dekat dengan Pos PGA Slamet.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Slamet menurut informasi yang beredar? Pada Selasa (1/8), beredar kabar status Gunung Slamet mengalami peningkatan dari Level I menjadi Level III atau Siaga tanpa melewati Level II atau waspada.
Dilansir dari ANTARA, peningkatan aktivitas Gunung Slamet ditandai dengan peningkatan amplitudo tremor secara terus-menerus diikuti terekamnya gempa tremor harmonik dalam durasi yang panjang.
Peningkatan amplitudo tremor ini menunjukkan adanya peningkatan pemanasan air tanah dalam tubuh Gunung Slamet pada kedalaman yang dangkal. Sedangkan terekamnya gempa tremor harmonik menunjukkan peningkatan embusan dalam tubuh Gunung Slamet.
Berdasarkan pengukuran di Stasiun Tiltmeter Bambangan, Pemalang, yang merupakan Stasiun Tiltmeter paling dekat dengan puncak Gunung Slamet, diketahui telah terjadi inflasi tekanan yang bergerak menuju puncak atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya.
Dengan kondisi itu, maka akan memicu terjadinya gempa-gempa dangkal dan erupsi freatik.
Dilansir dari ANTARA, potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak dalam radius 2 kilometer.
Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.
Terkait dengan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung atau wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet.
Terkait kondisi ini, Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Budi Nugroho mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan waspada, serta tidak terpengaruh berita hoaks yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas tersebut.
Ia mengaku pihak BPBD telah memiliki perencanaan terkait kemungkinan bencana erupsi Gunung Slamet untuk level Jawa Tengah. Hingga saat ini, Budi tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait peningkatan aktivitas Gunung Slamet.
- Fakta-Fakta "Sungai Setan" di Garut, Ada di Bawah Jembatan dan Punya Pemandangan Mengagumkan
- Fakta-Fakta Syahrul Yasin Limpo Jadi Tersangka Korupsi Rp13,9 Miliar di Kementan
- Fakta Menarik Burung Kakatua Jambul Kuning Abbotti, Satwa Endemik Sumenep yang Jadi Perhatian Dunia
- Beredar Kabar Status Gunung Slamet Meningkat, Ini Tanggapan BPBD Banyumas
Tenang tapi Menghanyutkan
Sukedi, tokoh masyarakat Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, mengatakan bahwa peningkatan aktivitas Gunung Slamet hampir selalu terjadi lima tahun sekali.
Pria yang pernah selama 38 tahun bertugas di Pos Pengamatan Gunung Slamet Gambuhan itu mengatakan bahwa gunung itu memiliki sifat dan karakteristik yang tenang tapi menghanyutkan.
Sampai saat ini, kondisi Gunung Slamet masih dapat dikatakan tenang. Namun apabila statusnya nanti naik jadi siaga, maka akan terdengar dentuman yang menggema dan menggemparkan masyarakat sekitar.
Pada periode Maret-Agustus 2014 lalu, saat statusnya mencapai level III (siaga), Gunung Slamet mengeluarkan erupsi yang mengeluarkan lontaran material pijar serta abu.
Suara dentuman erupsi itu bahkan terdengar hingga wilayah Kecamatan Kroya, Cilacap. Pada tahun 1987-1988, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu juga mengeluarkan suara dentuman saat tingkat aktivitasnya dinaikkan menjadi siaga.